perjuangan Lucas untuk melawan nasibnya sebagai karakter sampingan dalam novel, dengan menantang alur yang sudah ditetapkan dan mencari jalan untuk bertahan hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yarn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Ujian Kelas
Setelah beristirahat sejenak, Lucas merasa bosan dan memutuskan untuk berjalan-jalan di kota. Saat melangkah di sepanjang lorong akademi, ia bertemu dengan Sylvara yang ternyata sudah lebih dulu berada di akademi.
"Sylvara, kau sudah di sini? Ayo jalan-jalan ke kota," ajak Lucas dengan antusias.
Namun, Sylvara menggeleng pelan. "Maaf, Lucas, aku ingin beristirahat di kamarku. Perjalanan panjang ini cukup melelahkan," jawabnya dengan senyum lelah.
Lucas mengerti dan tidak memaksanya. Setelah berpisah, ia melanjutkan perjalanannya ke kota. Di tengah keramaian, sebuah toko buku sihir menarik perhatiannya. Tanpa ragu, Lucas masuk ke dalam.
Begitu berada di dalam, suasana tenang langsung menyapanya. Buku-buku sihir tertata rapi di rak-rak kayu yang menjulang tinggi, membuat Lucas semakin tertarik untuk melihat-lihat. Ia berjalan di antara rak-rak, memandangi berbagai judul buku yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Sesekali, tangannya menyentuh sampul-sampul tebal berisi pengetahuan sihir yang tampak menarik. Tempat ini terasa seperti surga bagi para penyihir, penuh dengan pengetahuan tersembunyi yang siap ditemukan.
Lucas memutuskan untuk mengambil beberapa buku yang menurutnya menarik dan mulai membaca sambil duduk di pojok toko, menikmati suasana damai di tengah keramaian kota.
Saat Lucas sedang asyik membaca, matanya tertuju pada seseorang yang tampak familiar. Seorang wanita cantik dengan rambut panjang berwarna putih dan mata merah yang mencolok. Tanpa sadar, Lucas memandangi wanita itu terlalu lama.
Wanita tersebut akhirnya menyadari tatapan Lucas dan menghampirinya dengan ekspresi kesal. "Mengapa kau terus melihatku? Cabul!" ucapnya dengan nada dingin, menunjukkan rasa jijik yang jelas.
Lucas tersentak. "Ah, maafkan aku. Aku hanya sedang melamun," jawabnya dengan sedikit kesal dan gugup. Situasinya membuatnya merasa tidak nyaman.
Alih-alih pergi, wanita itu duduk di samping Lucas, tetap memperhatikan dengan mata tajam. "Namaku Violet Reinhaver," katanya sambil menatap Lucas seolah menantang.
Violet Reinhaver adalah karakter penting yang ia kenali dari novel. Di dalam cerita, Violet dikenal sebagai salah satu penyihir paling berbakat dan memiliki reputasi yang cukup menakutkan di kalangan murid-murid akademi. Namun, meskipun dikenal dingin dan sombong, Lucas tahu ada lebih banyak hal yang tersembunyi di balik sikapnya.
"Lucas Valenhart," jawab Lucas, memperkenalkan dirinya dengan sedikit hati-hati.
Violet menatapnya sebentar sebelum bertanya, "Kamu berasal dari mana?"
"Kerajaan Valenor," jawab Lucas singkat, mencoba menjaga suasana tetap tenang.
"Hmm, jadi kamu ke sini untuk masuk akademi?" tanya Violet sambil melirik Lucas dengan sedikit rasa penasaran.
"Iya," jawab Lucas singkat, mencoba tetap tenang.
Violet mengangguk pelan, lalu berdiri. "Semoga beruntung," ucapnya singkat sebelum berbalik dan meninggalkan Lucas tanpa menoleh lagi.
Setelah Violet pergi, Lucas memikirkan ujian masuk kelas yang akan dimulai besok di akademi. Ia merasa sedikit cemas, tetapi juga bersemangat. Tujuannya jelas: ia ingin memasuki kelas eksklusif, sebuah kelas khusus yang hanya bisa diikuti oleh anak-anak berbakat. Di dalam kelas tersebut, para murid mendapatkan hak istimewa seperti akses ke sumber daya terbaik dan pelatihan dari para penyihir top di Eldoria. Bagi Lucas, masuk ke kelas eksklusif akan memberinya banyak keuntungan, termasuk kesempatan untuk mengasah kemampuan magisnya lebih cepat.
Setelah menata pikirannya, Lucas mengembalikan buku yang telah dibacanya ke rak dan berjalan keluar toko. Dia memutuskan untuk membeli beberapa barang yang akan ia perlukan untuk ujian besok. Salah satu benda yang menarik perhatiannya adalah sebuah buku sihir yang memiliki lingkaran sihir di dalamnya. Dengan buku ini, Lucas dapat mengeluarkan sihir tanpa perlu merapal mantra, sebuah keuntungan besar saat ujian berlangsung. Namun, ada satu kekurangan: sihir dari buku ini hanya bisa digunakan sekali.
"Ini mungkin bisa berguna kalau aku kehabisan tenaga," pikir Lucas sambil membeli buku tersebut.
Setelah berbelanja, Lucas kembali ke kamarnya, mempersiapkan diri untuk ujian esok hari. Pikiran tentang tantangan yang akan dihadapinya membuatnya bersemangat, tetapi juga sedikit waspada. Dia tahu bahwa untuk masuk ke kelas eksklusif, ia harus memberi kesan yang kuat kepada para penguji.
Keesokan harinya, Lucas bangun pagi dan segera bersiap-siap. Setelah semuanya siap, ia bersama Damien berjalan menuju aula akademi. Saat mereka tiba, aula sudah dipenuhi oleh banyak murid baru yang tampak bersemangat, meski beberapa terlihat gugup. Ruangan itu dipenuhi dengan obrolan yang riuh, tetapi suasana segera berubah hening ketika para profesor dan kepala sekolah memasuki aula.
Kepala sekolah, seorang pria tua dengan rambut dan janggut putih panjang, berjalan dengan penuh wibawa menuju podium di depan aula. Semua mata tertuju padanya. Setelah berdiri di tempatnya, ia memulai pidato dengan suara yang tenang namun penuh kekuatan.
"Selamat datang di Eldoria Institute of Magic," kata kepala sekolah, suaranya bergema di seluruh aula. "Kalian yang berdiri di sini hari ini adalah generasi muda yang penuh harapan, bakat, dan potensi. Di sinilah kalian akan ditempa, diuji, dan diajarkan untuk mengendalikan kekuatan magis yang ada dalam diri kalian."
Lucas mendengarkan dengan seksama, merasakan semangat dalam pidato kepala sekolah. Ia tahu bahwa perjalanan panjang baru saja dimulai, dan tantangan di akademi ini tidak akan mudah. Kepala sekolah melanjutkan pidatonya, memberikan nasihat dan peringatan tentang pentingnya kedisiplinan, kerja keras, dan pengendalian diri.
"Di akademi ini, hanya mereka yang paling berbakat dan berdedikasi yang akan mencapai puncak. Buktikanlah bahwa kalian layak berada di sini," tutup kepala sekolah, sebelum kembali ke tempat duduknya.
Salah satu profesor maju ke depan, seorang pria dengan aura magis yang kuat. Dengan hanya satu jentikan jarinya, tiba-tiba seluruh murid yang ada di aula berpindah ke lapangan terbuka. Lapangan tersebut sudah dipersiapkan dengan sebuah gerbang sihir besar yang berpendar, tampak siap membawa mereka ke tempat ujian.
Profesor itu melangkah maju, memegang sebuah tongkat kecil, dan mulai berbicara. "Ujian ini akan menguji kemampuan bertahan dan strategi kalian. Di balik gerbang ini adalah sebuah hutan yang dipenuhi dengan tantangan. Kalian akan diberi satu stik seperti ini." Ia menunjuk ke tongkat di tangannya, kemudian melanjutkan, "Setelah memasuki gerbang, kalian harus bertahan di dalam hutan selama tiga hari. Namun, tugas kalian bukan hanya bertahan, melainkan juga merebut stik dari murid lainnya."
Profesor itu memandang para murid dengan serius. "Hanya 20 murid dengan jumlah stik terbanyak yang akan berhasil masuk ke dalam kelas eksklusif. Ingat, ujian ini tidak hanya menguji kekuatan kalian, tetapi juga kecerdasan, kerja sama, dan keberanian. Hanya yang terbaik yang akan berhasil."
Lucas menggenggam stik yang diberikan kepadanya dengan perasaan campur aduk. Ia tahu tantangan ini tidak akan mudah, dan dia harus berhati-hati. Dia menoleh ke arah Damien yang tampak tenang namun bersemangat, sementara murid-murid lain di sekitarnya saling mengukur kekuatan masing-masing.
"Saatnya dimulai," ujar profesor itu, sebelum menjentikkan jarinya sekali lagi. Gerbang sihir terbuka, dan satu per satu murid mulai melangkah masuk ke dalam hutan yang penuh misteri dan bahaya.