"People come and go, but someone who is compatible and soul mates with you will stay"
Dengan atau tanpa persetujuanmu, waktu akan terus berjalan, sakit atau tidak, ayo selamatkan dirimu sendiri. Meski bukan Tania yang itu, aku harap menemukan Tania yang lain ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
I Don't Care What They Say
Malam pun datang, Joon Young sampai bosan menunggu di parkiran gedung Holy Accessories, Tania tak kunjung datang bahkan ponselnya tidak aktif sama sekali sejak siang terbukti pesannya tak dibalas satu pun bakan tidak terkirim.
Setelah menutup telepon, tidak sengaja ia melihat Khael sedang celingak celinguk seolah memastikan keadaan hendak membuang sesuatu ke tong sampah parkiran itu. Tidak membuang kesempatan, ia berharap Khael bisa tahu Tania sudah pulang atau kemana.
"Khael ssi."
"Oh mas Joon. Ada apa mas? Kok ada disini?", serunya sedikit terperanjat menyembunyikan sesuatu di punggungnya.
"Kamu tahu Tania dimana? Saya ada janji tapi dia malah tidak ada. Tidak bisa dihubungi juga."
"Tania udah pulang dari siang mas, dia cuti setengah hari. Tapi ngga yakin juga dia pulang ke apart atau malah kelayapan."
"W-waeyo? Kenapa? Dia sakit?", kaget Joon Young.
"Aa.. hmmm... gimana ya."
"Ada apa Khael ssi, cerita saja. Saya dan Tania itu dekat. Saya pacarnya. Ada apa?", paksa Joon Young.
"Hah? Udah jadi pacar aja? Woah Tania gercep." Khael gagal fokus.
"Diganggu bagaimana Khael ssi?".
"I-ini mas. Mantannya yang dokter itu bertingkah lagi. Tadi pagi Tania dikirimin bunga ini." menunjukkan buket bunga di punggungnya, lalu mengeluarkan sesuatu dari dompetnya. "Dan foto ini, mau saya bakar tadi. Kalau sudah di rumah."
Deg
Jika ada termometer untuk marah, mungkin kemarahan Joon Young tidak terdeteksi lagi karena melewati garis ukurnya. Seketika itu juga ia ngebut kembali ke rumah sakit bedua dengan Khael. Pria itu juga marah, kesal, dan ingin tantrum juga mengingat bagaimana Bryan memperlakukan sahabatnya itu.
Tidak butuh waktu lama, dengan langkah terburu-buru dan raut wajah marah mereka masing-masing mereka segera menuju ruang istirahat dokter, karena ia yakin Bryan ada disana, dan benar saja. Joon Young dengan buket bunga yang ia pegang sudah tak berbentuk lagi kusutnya, dan foto yang tidak sadar sudah ia remas sejak tadi.
Bukan hanya Bryan yang ia temukan, lengkap dengan Sony dan Yona. Timing yang pas sekali.
Bugh... Bugh...
Joon Young mendaratkan tinjunya tanpa permisi di wajah Bryan bergantian kiri dan kanan. Pria itu tidak sempat berpikir lagi, ia sudah limbung kebawah meja.
"Iyan...!!!", panik kedua sahabatnya dan segera membantu Bryan berdiri. Untunglah Joon Young tidak melanjutkan tinjuannya, ia menahan dirinya lagi. Terlihat dari bagaimana kerasnya ia mengepal kedua tangannya.
Khael juga tidak mau ketinggalan, bughhh.. ia melemparkan buket bunga itu beserta foto syaland yang menyertainya tepat ke wajah Bryan yang sudah babak belur oleh Joon Young.
"Gua ngga tahu ya visi misi lu macarin Tania itu apa, tapi kalo lu kayak gini, lu cuma keliatan bener-bener jadi pecundang. Jangan deketin dia lagi. Joon Young gebuk lu begitu cuma peringatan, jangan tunggu giliran gua. Paham lu Bryan." bentak Khael.
"Ayo mas Joon. Tania pasti di apartemennya, temuin. Jangan sampe orang gila datengin dia lagi."
"Dokter Bryan, ingat kamu menyerang, menguntit dan mencoba memperkosa Tania kemarin, saya bisa serang balik dengan itu. Tapi mengingat Tania juga tidak bereaksi apa-apa, berarti dia masih ada rasa empati pada kamu. Ingat itu dokter Bryan, saya tidak main-main."
Setelah itu Joon Young dan Khael pergi. Kedua sahabatnya auto menginterogasi, perihal apa yang terjadi. Baik Sony maupun Yona, keduanya speechless mendengar penuturan Bryan.
Sementara Joon Young membeku di kursi kemudi, Khael berdiri di luar. Tepat di samping Joon Young, mereka berdua sama-sama diam, mungkin sedang menetralkan syaraf-syaraf mereka yang menegang.
Khael hanya tahu bahwa ia di untit Bryan, itupun ia ketahui dari Tania. Karena sahabatnya itu asik melamun seharian ditambah buket bunga aneh yang diterimanya. Khael terus menerus memaksanya menceritakan apa yang terjadi, Tania memang bercerita tapi hanya sepenggal saja.
Jika saja ia tahu lebih awal bahwa Bryan mencoba memerk*syanya, mungkin detik itu juga ia sudah membuat Bryan masuk UGD, tapi setidaknya sudah diwakilkan Joon Young.
"Mas Joon, pergi ke tempat Tania sekarang, dia pasti terguncang banget. Saya pulang sendiri."
"Terima kasih Khael ssi."
Khael hanya membalas dengan senyum tipis lalu pergi.
🌼🌼
Rumah Tania gelap gulita, dan sangat tenang. Seolah tidak ada kehidupan disana. Joon Young memencet bel berulang kali tapi tidak ada respon apa-apa. Sang Oppa ini sangat yakin Tania didalam. Sampai akhirnya ia menggedor dengan keras.
Klek, pintu dibuka menampilkan Tania yang berekspresi datar, dan matanya sedikit bengkak.
"Leave me alone, we can do out date later. Aku bener-bener mau sendiri Joon Youngah." lirihnya.
"No. Aku yang tidak bisa." Joon Young menerobos masuk.
"Jung Joon Young!." seru Tania, nada suaranya meninggi.
Tanpa memperdulikan protesan Tania, Joon Young terlihat seperti mencari sesuatu. Dapat. Ia melihat koper berukuran sedang di atas lemari pakaian, mengambilnya lalu memberikan pada Tania.
"Ayo pergi dari sini. Aku pastikan kamu aman bersamaku. Aku yang tidak bisa tenang kalau kamu disini sendirian. Kajja, Tania ya. I'll protect you, no matter what. Apartemenku luas, kamar sebelah itu kosong, sudah aku bersihkan jauh-jauh hari karena kamu pernah menginap disana, aku pikir pasti kamu akan bermain kesana lagi.
Kamu bisa lakuin apapun yang kamu mau disana. kalau kamu masih belum ingin bicara, tidak apa, kamu bisa diam disana. As long as you are there, near with me. Jebal Taniaya..." mohon Joon Young.
Tania memandang sendu pada Joon Young yang memohon itu, otaknya berisik. Lalu tangannya terulur menerima koper itu dan mengemas segala sesuatu yang ia butuhkan didalamnya.
Sepanjang perjalanan tidak ada seorang pun yang bicara, Joon Young fokus menyetir meski pikirannya berkecamuk kemana-mana. Tania juga diam tapi dalam diamnya ...
"Gua kenapa sih?"
"Selama dua tahun gua pacaran si musang itu gua ngga pernah mau diajak tinggal serumah."
"Lah ini? Kenal sebulan aja belum ngapain gua mau di ajak tinggal bareng anjir?"
"Tapi kalo di tolak juga gua udah takut tinggal sendirian. hiks"
"Ngadu ke mama juga nanti masalahnya makin meledak."
"Joon Youngah, boleh ngga sih gua begini."
sibuknya dalam hati.
Sesampainya di apart Joon Young, pria itu menyeret koper Tania, dan membukakan sebuah kamar tepat disebelah kamarnya.
"Istirahatlah. Aku disebelah." serunya.
Tania masuk dan diam memandangi langit-langit. Air matanya keluar dengan sendirinya. Entah apa yang sekarang ia rasakan. Jika ditanya lega atau tidak, jelas seribu persen ia merasa lega, aman, karena sejak kemarin ia terus terbayang-bayang bagaimana Bryan menyerangnya, bagaimana bibir lembut yang menjadi candu Tania pada masanya, malah berubah jadi se brutal itu.
Tangan Bryan yang dulunya kokoh merengkuh tubuhnya dengan lembut, hanya berani menekan pelan tengkuk Tania agar memperdalam ciuman mereka, atau mengelus punggung gadis itu. Kini malah menyentuh dan meremas yang seharusnya tidak disentuhnya, bahkan seperti kesetanan ia berusaha menelanj*ngi Tania. Siapa yang tidak trauma jika seperti itu.
Tanpa ia sadari sesegukannya yang tadinya lirih menjadi keras.
"Taniaya ...." seru seseorang dengan lembut dari luar.
"I don't care about any other, I don't care what they say. It's okay to make mistakes, It's okay to do something wrong. Jangan biarkan dia menyakiti kamu terus seperti ini, Taniaya. Besok pagi aku mau melihat kamu tersenyum, cerah, seperti biasnya. Gwenchana Taniaya, Joon Young-i wass eo yo."
suara lembut itu jelas terdengar di telinga Tania, tulus dan dalam sekali.
.
.
.
Tbc ... 💜