"Waaa kenapa begini."
Itulah jeritan hati sepasang insan yang di pertemukan di acara perjodohan oleh keluarga mereka yang merupakan mafia terbesar di kota dan membagi kota menjadi dua wilayah. Perjodohan mereka sebagai pewaris adalah kunci perdamaian dan penggabungan dua keluarga mafia yang selalu berselisih dan saling memperebutkan wilayah.
Namun keduanya menjadi sangat bingung dan tidak berani menolak walau mereka ingin menolak karena memiliki kekasih masing masing dan melihat satu sama lain sebagai aib di masa lalu.
Alasannya ketika keduanya sempat melarikan diri dari keluarga mereka karena tidak mau menjadi pewaris sewaktu muda, keduanya bekerja menjadi aktor dan aktris film porno yang selalu tampil bersama dalam setiap syuting.
"Ya, kami mau menikah," ujar keduanya dengan terpaksa demi menjaga perdamaian dua keluarga walau mereka tidak saling mencintai dan hanya tubuh mereka yang saling mengenal satu sama lain.
Mohon di baca dan tinggalkan jejak ya, makasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5
“Layla,” ujar Dean.
“Ap...hmph ?”
Tanpa menunggu jawaban Layla, Dean langsung mencium Layla dengan mesra dan tentunya Layla membalasnya dengan ciuman yang sangat panas, Hans dan Al melewati gang toilet dan melihat mereka, keduanya langsung tersenyum dan enggan mengganggu mereka. Setelah Hans dan Al pergi,
“Dah....mereka pergi....tapi....gimana nih....gerah,” ujar Dean sambil menatap Layla.
“Cepet...masuk ruang itu....lanjutin di dalem,” balas Layla yang semakin erat memeluk Dean dan menatap Dean.
Keduanya langsung masuk ke dalam ruangan khusus untuk ibu menyusui dan meneruskan kegiatan mereka. 15 menit kemudian keduanya keluar satu persatu dengan tubuh berkeringat kemudian kembali ke meja mereka. Ketika Dean sampai di meja,
“Lama banget sih sayang, kamu ngapain aja ?” tanya Yessi.
“Maaf, ternyata keluar semua haha,” jawab Dean sambil duduk kembali.
Dean melirik melihat Layla yang menunduk di depannya dan di rangkul Anton di sebelahnya, kemudian dia menoleh melihat Yessi.
“Kita jalan duluan yu, udah selesai kan rencananya ?” tanya Dean.
“Udah sih, yuk, mau kemana lagi ?” tanya Yessi.
“Um...ke kos kosan ku ?” tanya Dean.
“Hehe ayo deh,” jawab Yessi malu malu.
Dean menoleh melihat Anton dan Sarah yang juga sedang berbicara satu sama lain, kemudian dia berdiri dan memegang tangan Yessi supaya berdiri bersamanya,
“Anton, Sarah, kita duluan ya,” ujar Dean.
“Oh iya Dean, hati hati di jalan ya, ingat ya hari sabtu,” balas Anton berdiri sambil menjulurkan tangannya.
“Beres, sampai sabtu ya,” balas Dean menjabat tangan Anton,
Kemudian Dean menoleh melihat Sarah yang masih duduk dan menunduk di sebelah Anton, dia melepaskan tangan Anton dan menjulurkannya ke hadapan Sarah,
“Duluan ya Sarah,” ujar Dean.
“I...iya, sampai sabtu ya,” balas Sarah yang berdiri dan menjabat tangan Dean.
Setelah itu, Yessi berpelukan dengan Sarah dan bersalaman dengan Anton, kemudian Dean dan Yessi pergi meninggalkan Anton dan Sarah, setelah keduanya pergi,
“Kita juga pergi yu beb,” ajak Anton.
“Mau kemana lagi ?” tanya Sarah.
“Hmmm ke kontrakan kamu aja mau ?” tanya Anton.
“Oh boleh,” jawab Sarah berdiri.
Anton berdiri kemudian keduanya saling bergandengan tangan dan pergi meninggalkan food court, tapi walau berpisah dan pergi ke arah yang berlawanan, pikiran Dean dan Sarah masih saja singkron,
“Kena lagi barusan, tapi mudah mudahan yang abis ini akan terjadi, bisa menutup yang barusan dan tadi pagi di hotel,”
Dean dan Yessi pergi ke basement dan mengambil mobil milik Yessi, kemudian dia mengemudikan mobil Yessi keluar dari mall, begitu juga Sarah yang menaiki mobil Anton dan keluar dari mall, mereka menuju ke tempat mereka masing masing tanpa terlihat oleh Hans dan Al yang menunggu mereka di lobby mall. Ketika sudah sampai tempat tujuan mereka yaitu kos kosan Dean dan kontrakan Sarah yang terletak jauh satu sama lain, keduanya saling mengirim pesan yang sama, isi nya “mall, jam 7 malam,”
******
[Pov Dean]
“Cklek,” Dean membuka kunci kamar kos kosannya, kemudian dia masuk ke dalam bersama dengan Yessi. Baru saja menutup pintu, “bruaak,” Yessi menabrak Dean dan memeluknya, mereka langsung berciuman dengan mesra, tapi tiba tiba Dean mendorong Yessi,
“Bentar dulu sayang, aku mandi dulu boleh ya ?” tanya Dean.
“Eh...mau bareng ?” tanya Yessi.
“Jangan ah, kamar mandinya sempit, kalau di rumah kamu sih ga apa apa,” jawab Dean menghindar.
“Ok deh, aku tunggu ya, abis itu gantian aku yang mandi juga,” balas Yessi.
“Oh kalau gitu kamu duluan aja, aku belakangan ga apa apa,” balas Dean.
“Sip, ok deh, bentar ya sayang,” balas Yessi.
Tanpa menunda lagi, Yessi langsung melucuti pakaiannya sendiri di depan Dean dan masuk ke dalam kamar mandi di kamar kosan Dean. “Srrrrh,” terdengar suara shower di nyalakan, Dean berjalan ke depan cermin dan menatap dirinya sendiri,
“Iya, gue mencintai Yessi, gue yakin,” gumam Dean.
Dia membuka kausnya dan berbalik, kemudian ketika mau melepaskan celanana nya, dia menoleh melihat cermin, matanya langsung membulat dan dia langsung berdiri menghadap cermin,
“Waaaaa apa ini ?” teriaknya.
Ternyata banyak bercak merah di sekujur tubuhnya yang tersebar di titik titik tertentu, dia langsung melihat ke dalam celana nya dan ada juga bercak merah di daerah dekat senjata nya. Dia langsung ingat kejadian tadi pagi dan di ruang menyusui ibu yang berada di mall.
“Laylaaaaaaa,” ujarnya dalam hati.
“Ada apa sayang ?” tanya Yessi yang mengintip dari balik pintu.
“Ah..ti..tidak apa apa,” balas Dean yang langsung mengambil kausnya dan menutupi tubuhnya.
“Kirain ada apa, tunggu ya, sebentar lagi aku selesai,” balas Yessi sambil kembali masuk.
Begitu Yessi menutup pintu kembali, Dean langsung kelabakan dan langsung panik sambil mengacak ngacak rambutnya sendiri, dia membuka lemarinya dan mengambil sebuah kaus berwarna hitam kemudian memakainya, dia kembali bercermin,
“Bagus ga nembus,” balas Dean.
Setelah itu dia memakai kembali celana nya dan berbaring di tempat tidurnya, “klek,” Yessi keluar dari kamar mandi berbalut handuk, ketika dia melihat Dean sudah berbaring terlentang sambil menutup wajahnya dengan lengan, dia langsung melompat ke ranjang dan duduk di atas Dean, Yessi melepas handuknya dan tampil polos di depan Dean, tapi dia melihat Dean tidak bereaksi dan langsung bertanya,
“Kamu kenapa sayang ?” tanya Yessi sambil memegang pipi Dean.
Mendengar pertanyaan Yessi, Dean langsung berpikir keras walau tidak membuka lengan yang menutupi matanya, akhirnya dia menemukan jawaban spontan untuk menjawab pertanyaan Yessi,
“Um...aku kayaknya cape deh, semaleman ga tidur soalnya karena pusing habis di pecat, aku langung nyari kerjaan lain,” ujar Dean.
Yessi yang mendengar jawaban Dean langsung memakai kembali handuknya dan dia berbaring di sebelah Dean sambil memeluknya,
“Sabar aja sayang, aku tahu ini berat tapi ada aku kan yang bersama kamu, kita hadapi sama sama ya,” ujar Yessi perlahan.
“Iya, terima kasih sayang, tapi maaf ya, kayaknya aku ga bisa melakukan nya hari ini, pikiran ku penuh, aku ga bisa konsentrasi,” balas Dean.
“Iya, aku ngerti kok, nanti aja ga apa apa, lagian kita baru melakukannya beberapa hari lalu kan, aku ga masalah kok sayang,” balas Yessi yang semakin erat memeluk Dean.
Dean berbalik dan memeluk Yessi di sebelahnya, dia membenamkan kepala Yessi di dadanya, dia sangat sadar kalau dia mencintai Yessi dan Yessi juga sangat mencintai dirinya, namun Layla juga mulai muncul di benaknya dan mengisi bagian lain dari dirinya,
“Maaf Yessi...gue ini memang laki laki payah....gue harus atasi segera masalah ini, di satu sisi gue mau bersama Yessi, tapi di satu sisi....gue ga bisa lepas dari ikatan gue dengan Layla karena kesalahan besar yang gue perbuat dulu,” gumam Dean di dalam hatinya.
Yessi membalas pelukan Dean dengan erat dan tangannya naik mengelus belakang kepala Dean yang membenamkan wajahnya di pundaknya. Namun pikiran Dean mulai melayang ketika dia masih muda dan bekerja, dia mengenal gadis bernama Helga Carrera yang notabene adalah Layla ketika masih muda, tanpa sadar dia tersenyum, namun tangan dan tubuhnya merasakan kehangatan tubuh Yessi di depannya, “hik,” air mata menetes mengalir di pipinya,
“Gue ga mau berpisah dari Yessi.....tapi gue juga ga bisa mengabaikan Layla....kenapa begini, gue ga mau kehilangan keduanya,” ujar Dean di dalam hati.