Terlahir dengan tubuh fisik yang sangat lemah, Satria selalu di intimidasi oleh orang-orang sekitarnya. Namun kebangkitan kekuatan merubah segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Simpatict, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Setelah menyelesaikan hari berpatroli,Satria kembali ke rumahnya dengan mengendap-endap,karena ingin menyembunyikan pakaian yang terkoyak dari ibunya. Tapi dasarnya sedang kurang beruntung, Satria memasuki kamarnya saat ibunya sedang membersihkan tempat tidur.
"Kamu kembali ke rumah dengan diam-diam seperti itu,apa yang disembunyikan?,' tanya Shinta.
"Ti...tidak ada apa-apa Bu,aku keluar dulu." Jawab Satria sambil mundur dan menutup pintu.
Merasakan keanehan Satria,Shinta segera menyusulnya,betapa terkejutnya ia ketika melihat Satria dengan pakaian penuh sayatan pedang. "Siapa yang melakukan ini padamu?," desak Shinta.
"Ada seseorang yang tiba-tiba menyerang kami Bu,kami tidak mengenal orang tersebut,tapi Luna berjanji akan melaporkan kepada petugas keamanan desa, untuk menyelidiki siapa orang itu."
Shinta mengangguk. "Lain kali,dimanapun kamu berada,harus selalu waspada terhadap sekitarnya,untung saja anak ibu sangat kuat,jika tidak,ibu pasti sangat sedih kehilangan kamu."
Satria menganggukkan kepalanya. "Baik ibu,aku pasti akan selalu waspada lain kali."
"Kamu membersihkan diri terlebih dahulu,ibu akan membawamu pergi ke warung mie Bu Lin,aku sedang tidak memasak," kata Shinta.
Setelah membersihkan diri, Satria pergi besama dengan Shinta menuju ke toko mie,yang berada di dekat pos penjaga desa.
Shinta mengenakan pakaian berwarna hijau terang,tidak terlihat seperti ibu-ibu sama sekali, malahan terlihat seperti gadis dewasa yang menawan. "Ibu terlihat seperti seorang peri, ketika mengenakan pakaian cerah seperti itu," puji Satria.
"Ibumu ini memang mempesona bahkan sebelum dilahirkan,jadi kamu harus memakluminya," balas Shinta.
Satria manggut-manggut. "Ibu memang wanita terbaik di seluruh alam semesta."
Shinta tertawa kecil. "Kamu ini,apa pernah mengatakan hal yang sama pada Mimi?."
Satria menggelengkan kepalanya. "Tidak,Mimi adalah gadis kecil,tidak bisa disandingkan dengan ibu."
Shinta memutar matanya. "Kamu juga pria kecil,baru juga 16 tahun."
"Ibu salah,aku sudah dewasa,sudah seperti penguasa awal waktu," gurau Satria.
"Kamu ada-ada saja,ayo percepat jalannya,warung mie Bu Lin sangat ramai,nanti kehabisan," ajak Shinta.
Mempercepat perjalanan,dalam beberapa menit kemudian,mereka tiba di warung mie sederhana,namun ramai karena dekat dengan wilayah anggota penjaga desa. Para penjaga desa yang sedang makan,mereka menyingkir ketika melihat Shinta datang ke dalam warung. "Bu,kenapa orang-orang itu sepertinya ketakutan melihat mu?," bisik Satria.
"Mungkin mereka tahu jika ibu pernah memukuli wakil kepala Desa." jawab Shinta.
"Pantas saja,para tetangga dan orang-orang desa tidak lagi berbicara buruk tentangmu," kata Satria.
Setelah mie di hidangkan, Satria makan dengan lahap. Hingga akhirnya selesai makan dan merasa bosan.
"Kalau kamu bosan,pulang saja terlebih dahulu,ibu masih ingin ngobrol sebentar dengan Bu Lin," ucap Shinta.
Satria mengangguk dan pergi dari warung mie sendirian,setelah Satria jauh,juga jangkauan deteksi spiritualnya tidak mencakup warung mie,Shinta bergegas menuju arah lain.
Menuju tempat sepi,Shinta melepas pakaian luarnya,hingga terlihat pakaian berwarna hitam. Melesat menuju rumah wakil kepala Desa dengan kecepatan cahaya.
"Bodoh,hanya melenyapkan anak muda saja tidak becus, sia-sia saya membayar mahal untuk anggota bandit gunung!," Teriak seseorang di dalam rumah.
"Maaf pak,kami akan berusaha untuk melenyapkan nya lain kali,tapi untuk penyelidikan anggota kami,tolong dihentikan," kata orang lainnya.
Mendengar obrolan di dalam rumah,Shinta sangat marah,ia mengeluarkan pedangnya dan menyerbu masuk serta menebas anggota bandit gunung yang baru saja berbicara.
"Wakil kepala Desa,saya tidak melenyapkan anda kala itu adalah hal yang sangat salah!," bentak Shinta.
"Shinta,apa yang kau lakukan?,kau telah menghabisi nyawa orang lain di desa ini!." Balas wakil kepala Desa sambil mengayunkan pedangnya untuk menyerang Shinta.
Shinta menghindari dengan mudah. "Seluruh penghuni rumah ini sebaiknya musnah saja." Ucap Shinta,menggunakan cahaya pemusnah untuk melenyapkan rumah,beserta seluruh penghuninya.
Setelah memusnahkan semuanya,Shinta kembali ke warung mie Bu Lin dan menuju ke rumahnya dengan berjalan kaki setelah ngobrol sebentar.
.....
Satria baru saja tiba di depan rumahnya ketika melihat cahaya terang memancar di sekitar aula Desa. "Cahaya yang sangat menyilaukan, energi panasnya bahkan terasa sampai kesini," gumamnya.
Tanpa banyak berfikir, Satria memasuki rumah dan menuju kamarnya.
Waktu berlalu hingga pagi hari, Satria yang bermimpi hal yang sama,bangun dengan keadaan bingung,namun setelah sedikit memikirkan,ia bangkit dari tempat tidur dan bergegas menemui ibunya.
"Ibu,aku sudah kelaparan,apa sudah ada makanan?," tanya Satria.
Shinta yang sedang duduk di kursi depan, menoleh lantas tersenyum. "Kamu,kalau lapar cari makanan di atas meja makan,disini tidak ada makanan apa-apa," balasnya.
Satria mengangguk dan duduk di sebelah ibunya. "Nanti saja,aku ingin melihat pagi hari yang begitu sejuk."
"Pagi yang sejuk bukan untuk di lihat,tapi dirasakan,kalau perbukitan di depan sana baru untuk di lihat," balas Shinta.
"Seperti itu yang aku maksud,ibu tidak kemana-mana hari ini?," lanjut Satria.
Shinta menggelengkan kepalanya. "Ibu tidak ingin kemana-mana,kenapa,apa kamu ingin jalan-jalan lagi?."
"Tidak,setelah penyerangan kemarin, patroli juga di hentikan untuk sementara,jadi aku tidak ada pekerjaan," jawab Satria.
Shinta menatap Satria dengan senyuman hangat. "Kalau begitu,kita pergi saja ke pegunungan itu." Ucapnya sambil menunjuk ke arah bukit yang berjejer jauh di depannya.
Mata Satria berbinar. "Ayo,gunakan teleportasi saja biar cepat."
"Mana seru kalau langsung tiba begitu saja,jalan kaki saja dulu supaya terlihat ada usaha,baru keseruannya kita dapatkan," kata Shinta.
Satria mengangguk setuju, setelah makan bersama,ibu dan putranya memulai perjalanan menuju pegunungan dengan berjalan kaki.
Melewati jalanan desa,Satria bertemu dengan orang-orang yang hendak pergi berkebun atau berburu hewan buruan,semua orang kini tidak lagi menatap ibu dan anak dengan cemoohan,menjadi lebih sopan dan ada rasa sedikit ketakutan.
"Kenapa ibu tidak dari dulu saja mengintimidasi mereka dengan kekuatan ibu?," ucap Satria.
Shinta memutar matanya. "Kamu pikir ibu seperti mereka, mengintimidasi orang-orang seenaknya?."
Satria terkekeh. "Bukan begitu,setidaknya mulut pedas mereka tidak terlalu merajalela."
"Apa gunanya, setidaknya mulut pedas mereka menjadi hiburan tersendiri buat ibu." Jawab Shinta sambil mengedipkan sebelah matanya.
Keduanya terus berjalan hingga dua jam lamanya,sampai akhirnya tiba di sekitar pegunungan.
"Ada dua orang,satunya adalah wanita yang sangat menawan,bagaimana kalau kau ikut denganku,kita bersenang-senang." Kata seseorang sambil menunjuk ke arah Shinta.
Mendengar itu,Satria langsung bertindak,muncul di belakang orang tersebut dan langsung menebasnya. "Nyamuk disini sangat berisik," ucap Satria.
"Nak,kamu kecil-kecilan sudah begitu kejam,tapi ibu menyukainya," gurau Shinta.
"Kau berani sekali menghabisi anggota bandit gunung,terimalah pembalasan kami!." Teriak seseorang dari balik semak-semak,kemudian disusul oleh beberapa orang yang muncul.
Satria melihat kelima orang yang muncul,tanpa banyak bicara,Satria langsung menggunakan kecepatan cahaya untuk menebas semuanya.
"Bandit gunung, sepertinya aku akan melenyapkan semuanya," kata Satria.
Shinta hanya tersenyum mendengarnya. "Kamu serius ingin melenyapkan bandit gunung?."
Satria menoleh ke arah ibunya. "Maaf Bu kalau aku terlalu terlihat kejam,tapi para bandit itu memang seharusnya di musnahkan saja."
Shinta mendekat dan mengacak-acak rambut Satria. "Itu sudah sewajarnya,jika kamu tidak kejam terhadap mereka,itu adalah kejam terhadap diri sendiri,cara terbaik untuk bertahan hidup adalah kejam terhadap semua musuhmu."
Melanjutkan jalan-jalan yang kini berubah menjadi rencana pemusnahan,Satria telah tiba di lokasi tempat bandit gunung berada.
"Para bandit,keluarlah semua,ada sesuatu yang penting!." Teriak Satria dari depan gerbang.
"Siapa kau,untuk apa mendatangi kami,apa kau ingin dimakamkan di tempat ini," kata pemimpin bandit.
"Tidak-tidak,tempat ini lebih cocok untuk tempat pemakaman kalian semua," balas Satria.
Semua orang tertawa terbahak-bahak. "Remaja sepertimu ingin melawan kami semua?,setidaknya kau membawa wanita muda juga,apa aku harus berterima kasih!," ucap si pemimpin.
"Bu,mereka ada dua puluh orang, rasanya agak kurang untuk pemanasan." Kata Satria tanpa memperdulikan tatapan tajam para bandit.
Shinta tertawa kecil. "Sudah sana bertindak,kasihan mereka menunggu terlalu lama."
Melihat Satria yang mengabaikannya, pemimpin bandit marah dan menyuruh anak buahnya untuk menyerang.
Satria mengangguk dan bergerak,dalam 10 detik 19 orang telah tumbang,hanya menyisakan satu pemimpin.
"Kau sangat berani, mengganggu ku yang sedang berbicara dengan ibuku," kata Satria.