NovelToon NovelToon
Binar Cakrawala

Binar Cakrawala

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Cintamanis / Teen School/College / Romansa / Slice of Life
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: And_waeyo

Binar jatuh cinta pada kakak kelasnya sudah sangat lama, namun ketika ia merasa cintanya mulai terbalas, ada saja tingkah lelaki itu yang membuatnya naik darah atau bahkan mempertanyakan kembali perasaan itu.

Walau mereka pada kenyataannya kembali dekat, entah kenapa ia merasa bahwa Cakra tetap menjaga jarak darinya, hingga ia bertanya dan terus bertanya ..., Apa benar Cakrawala juga merasakan perasaan yang sama dengannya?

"Jika pada awalnya kita hanya dua orang asing yang bukan siapa-siapa, apa salahnya kembali ke awal dimana semua cukup baik dengan itu saja?"

Haruskah Binar bertahan demi membayar penantian? Atau menyerah dan menerima keadaan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 7. Hujan

Dua orang gadis keluar dari rumah besar itu, dijemput oleh dua orang lelaki yang sedang menunggu dan duduk di kursi luar rumah. Binar membayangkan pasti akan menyenangkan sekali jika setiap hari seperti ini.

Bima langsung berdiri. Lelaki itu melepaskan jaket anti air yang ia pakai, membuat baik Pelangi maupun Binar mengernyit.

"Lo pake ya, gerimis tuh."

"Hm? Nggak---"

"Jangan nolak, kalau nanti tiba-tiba hujannya gede terus nggak sempat neduh gimana? Gue nggak mau lo kehujanan," potong Bima sebelum Pelangi menyelesaikan penolakannya.

Pelangi pasrah saja ketika Bima memakaikan jaket lelaki itu pada tubuhnya yang lebih mungil sampai-sampai jaket itu seolah menelannya. Memperhatikan itu, tanpa sadar Binar jadi membuat muka pengen. Diam-diam ia melirik Cakrawala yang acuh saja menatap gerimis yang turun. Binar kecewa berat.

"Berangkat sekarang ya mumpung hujannya belum terlalu gede," kata Bima.

Pelangi mengangguk, ia menoleh ke arah Binar. "Bi, berangkat sekarang yuk."

"Ok. Kalian duluan aja," katanya.

"Yaudah."

Bima dan Pelangi sudah berjalan terlebih dahulu menuju motor milik Bima, bahkan lelaki itu masih sempat membantu Pelangi untuk memakai helm. Binar hanya memperhatikan saja dari tempatnya sampai mereka mulai menjauh dengan motor Bima. Ia menatap Cakrawala.

"Kak, nggak berangkat sekarang aja?"

Lelaki itu berdiri sambil menatap padanya.

"Oke. Lo bawa jaket?"

Apakah ini pertanda bahwa Cakra juga akan meminjamkan jaket lelaki itu padanya?

"Enggak."

"Bawa sana ambil dulu, terus pake. Oh ya sekalian topi gue itu jangan lo pakai nanti bisa-bisa kehujanan, simpan aja di rumah lo."

Lagi-lagi Binar terjungkal oleh ekspektasinya sendiri. Gadis itu kini memajukan bibir bawahnya, dalam hati mendumel kesal, Cakra lebih perhatian pada topi milik lelaki itu yang merupakan benda mati daripada ia yang merupakan pacar lelaki itu sendiri. Dengan kesal yang ia tahan segenap jiwa dan raga, Binar kembali memasuki rumahnya.

"Jangan lama-lama nanti telat!" Cakrawala berteriak.

Binar tak menyahut sama sekali, ia bisa saja meminta salah satu pelayan di rumahnya untuk mengambilkan jaket miliknya sekaligus menyimpankan topi yang ia pakai, tapi nggak bisa! Binar nggak suka ada yang megang barang-barang miliknya di kamar nanti, dia nggak suka topi milik Cakra dipegang orang lain, apalagi pintu kamarnya hanya akan terbuka pakai sidik jarinya, jadi mereka pasti nggak bisa buka pintu.

Setelah beberapa saat berlalu, ia kembali tanpa memakai topi milik Cakra, dan kini memakai sebuah hoodie berwarna merah yang bertuliskan loyal royal.

"Pakai kupluknya!"

"Iya."

Kemudian setelah itu, Cakrawala berjalan lebih dahulu menuju motornya. Binar mengekor sambil agak cemberut dengan kedua tangan yang memeluk helm yang ia bawa sendiri. Ia punya pacar atau nggak sih? Terus kalau gini apa bedanya sama sebelum punya pacar kalau apa-apa sendiri? Rasanya pengen jedotin helm yang ia pegang ke kepala Cakra, untungnya rasa sayangnya lebih besar daripada rasa kesalnya ... hingga ia yakin, sampai kapanpun meski sudah ada niat buruk pada Cakra, ia tak akan mampu merealisasikannya.

***

Binar kecewa, seharusnya kedatangannya ke sekolah dengan Cakrawala diberi gelaran red carpet dan menjadi perhatian banyak orang. Namun gerimis yang turun pagi ini membuat beberapa siswa dan siswi mempercepat langkah untuk menuju ke kelasnya masing-masing daripada melangkah pelan sembari mengobrol hingga kedatangannya dengan Cakra seolah tak berarti.

Ini seharusnya booming! Hubungannya dengan Cakrawala harus diketahui banyak orang! Bahkan kalau perlu, sampai go internasional!

Gadis itu kini menatap keluar jendela dengan tak semangat, helaan napas keluar dari mulutnya. Manusia memang tak pernah puas, Binar akui itu. Dirinya sendiri saja kemarin berpikir bahwa pengakuan dari Cakra saja cukup, tapi sekarang beda lagi. Ia ingin seluruh dunia mengetahui bahwa ia pacar lelaki itu.

Terus habis itu apalagi? Binar juga kadang lelah dengan dirinya sendiri yang tak pernah merasa puas.

"Lesu banget Bu, padahal habis diantar pacar," kata Pelangi yang akhirnya tak tahan mendengar helaan napas kesekian kalinya keluar dari mulut Binar.

"Na." Binar menoleh tiba-tiba membuat Pelangi tersentak pelan.

"Astaga noleh bilang-bilang dong!" katanya dengan nada kesal.

Binar nyengir sesaat. "Kaget ya? Sorry. Na, mulai detik ini gue memutuskan, bahwa gue benci hujan!"

Kening Pelangi mengernyit. "Ha? Kenapa? Salah apa hujan ke lo?"

"Pokoknya gue benci hujan! Gue nggak suka hujan!"

"Yaudah terserah lo."

"Kok gitu responnya?"

"Ya terus gue harus bilang wow gitu?"

Binar menggembungkan kedua pipinya dengan ekspresi sebal.

"Ngambek lo?" Pelangi menusuk-nusuk pelan pipi Binar menggunakan jari telunjuknya. Sangat lembut dan kenyal.

"Iya! Nggak usah ngomong sama gue lagi sampai pelajaran sebelum istirahat nanti!" katanya sambil menepis jari pelangi.

"Yaudah. Awas kalau lo yang nanti ngajak ngomong duluan."

Binar hanya memalingkan pendangan, kembali menatap keluar jendela dengan ekspresi kesal.

***

Tidak ada yang bisa membuat mood Binar kembali seperti semula selain mendengar bel istirahat berbunyi dan bertemu Cakra. Binar termasuk murid yang suka pelajaran tertentu, dan jika tidak suka akan pelajaran tertentu, ia akan dihantui rasa bosan.

"Na, kuy ngantin! Udang keju udah manggil-manggil nih dari tadi!"

"Bukannya lo nggak mau ngomong sama gue?"

"Kan sampai sebelum pelajaran istirahat, ini udah istirahat. Gimana sih? Udah yuk, cepetan!"

Binar mendorong Pelangi yang ada di sampingnya agar segera beranjak dari kursi.

"Iya, iya sabar dong."

Keduanya melangkah menuju keluar kelas dengan Binar yang kini memimpin jalan di depan dan sudah keluar kelas lebih dulu. Ia tampak senang.

"Ayo dong Na, ih ampun lelet banget deh," kata Binar ketika mereka sedang berjalan di koridor. Ia berhenti untuk menunggu Pelangi.

Pelangi mencibir saja, walau berikutnya ketika ia akan mempercepat langkah, sebuah rangkulan membuat ia kaget dan refleks menolehkan kepala ke samping kiri. Binar menganga melihat itu, tak bisa menyembunyikan ekspresi mupeng yang kini terlihat jelas.

Bima sang pelaku, nyengir lebar sampi deretan gigi putihnya say hi dan matanya yang sipit membentuk eye smile. Pelangi hanya seketek lelaki itu, tapi mereka sangat cocok. Seperti couple goals, Binar kan jadi iri. Tapi bukan karena dia suka sama Bima ... dia iri karena tak bisa dapat perlakuan romantis dari Cakra melebihi romantisnya kedua pasangan di depannya yang entah kenapa membuatnya sakit mata.

"Malah cengo, katanya udah lapar. Ayo."

Tahu-tahu Pelangi sudah menepuk bahunya sambil melangkah duluan bersama Bima. Binar memanyunkan bibirnya sambil menghentakan kaki sekali.

"Yo yo ayo, yo ayo ayo!" Putra menyusul santai, ia melewati Binar sambil bernyanyi dengan nada sumbang, kedua tangan lelaki itu berada di dalam saku hoodie-nya yang berwarna putih. Earphone menyumbat telinga lelaki itu. Entah kenapa, Putra jadi terlihat ganteng.

Namun seakan semuanya memang tak bisa disaksikan secara abadi, termasuk dengan memandangi kilau lelaki itu. Sebuah seruan yang seolah menjadi suara kaset rusak membuyarkan semuanya.

"Eh, Kak Puput!" Binar berseru dan refleks menarik lengan hoodie lelaki itu.

"Ha?" Putra menoleh cengo. Ia melepas earphone-nya yang menyumbat telinga.

"Kak Cakra mana?"

"Cielah, gue kira mau minta tanda tangan. Di kelas, cari aja ke sana. Katanya bawa bekal jadi nggak mau ngantin."

"Oh ... kalau gitu aku ke sana deh."

Binar langsung berbalik dan melompat-lompat kecil dengan senang menyusuri koridor untuk menemui sang pujaan hati. Lupa, tak mengucapkan terima kasih lebih dulu. Tapi Putra juga santai saja, kembali melangkah sambil memakai earphone-nya lagi.

Ketika Binar sudah berada di luar koridor kelas Cakra, keningnya mengernyit melihat seorang perempuan yang digendong keluar kelas oleh seorang laki-laki, Binar tahu mereka. Itu Ravana, dan Asenaga yang merupakan senior kelas dua belas cucu pemilik sekolah ini. Tanpa sadar, Binar jadi memelankan langkah.

Mereka memang sedekat itu ya? Ia penasaran. Berita kedekatan mereka memang bukan hal asing lagi. Namun selalu menjadi topik hangat. Sampai-sampai tak sadar bahwa menurutnya ada yang memang lebih pantas menjadi topik hangat daripada itu. Binar menggerutu sebal dalam hati. Bagaimanapun caranya, ia ingin diketahui sebagai pacar Cakra.

Sudah sampai pintu kelas, ia melongokan kepala.

"Permi---" Kedua mata Binar melotot sempurna. "KAK CAKRA!"

1
anggita
biar ga cemburu terus, kasih like👍+iklan☝.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!