NovelToon NovelToon
Terkena Tulah Jimat Leluhur

Terkena Tulah Jimat Leluhur

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Roh Supernatural / Pusaka Ajaib
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Abah NasMuf

Berawal dari menemukan seekor kadal di sawah ladangnya, Kadal yang tak lajim. Ekor ( buntut ) bercabang dua, dan berlekuk seperti lekuk keris.
Bu Surmi, wanita paruh baya yang menemukan kadal tersebut.
Namun naas, bagi hewan tersebut yang dibunuh Bu Surmi. entah apa alasannya.
***
Namun siapa sangka.
Ternyata kadal itu kadal jejadian dari sebuah JIMAT PUSAKA yang akan diturunkan pada Surmi. Sebagai salah satu keturunan dari cerita legenda Eyang Cakra Buana. Ratusan tahun silam.
Karena telah membunuhnya, akhirnya Bu Surmi terpaksa harus meminta maaf pada Eyang Cakra Buana yang akhirnya memaafkan Bu Surmi.
Bu Surmi sah diwarisi benda pusaka/Jimat.

apakah Bu Surmi bisa menggunakannya, ketika mendapatkan Jimat tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abah NasMuf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TTJL . Bab 30. Tamu Tak Diundang. (Kedatangan Siluman Kera) Part 1

#Sebelum Bu Surmi dan Kakek Sura Ke Bukit Halimun.

Kakek Sura dan tamunya, Mbok Darsih dan Bu Surmi sedang menikmati makan malam di ruangan dapur. Ketiganya sangat lahap sekali, terutama Bu Surmi dan Mbok Darsih yang seharian habis melakukan perjalanan jauh, dan tentunya sangat menguras tenaga.

Apalagi Mbok Darsih yang siang tadi habis bertarung dengan anak buah ki Durgala dan terakhir dengan Ki Durgala langsung. Sang Jawara yang sama-sama kuat dalam ilmu bela diri dan ilmu kanuragan.

Walau hidup sendirian dan berada di tengah hutan, yakni di lereng Bukit Halimun, Kakek Sura merupakan seseorang yang masih suka bertani, selain menanam palawija, Kakek Sura juga menanam padi biasa ( di tanah berair/sawah), yang letak petak sawahnya berjarak nya hanya beberapa meter saja dari rumah kecilnya. Belum lagi biji biji an, ubi ubi an dan juga buah buahan. Kayaknya semua ada di Kakek Sura.

Padi yang sudah dipanen, kemudian ditumbuk pakai lesung. Dan kemudian diayak untuk dijadikan beras. Sedangkan untuk lauk pauknya, Kakek Sura tidak perlu bingung. Selain menanam cabe, singkong, lalap lalapan, Kakek Sura juga mempunyai kolam ikan di belakang rumah kecilnya. Ikan yang berbagai jenis yang selalu beranak pinak ratusan bahkan ribuan ekor.

Terkadang, kalau Kakek Sura ingin memakan daging, Ia cukup memerintahkan si Jalu ( Orang Utan asuhannya), untuk mencarikan seekor kelinci hutan, ayam hutan, dan atau kijang. Belum binatang-binatang hutan lainnya yang dagingnya bisa dimakan.

Sedangkan untuk bumbu-bumbu dan minyak, anak Kakek Sura yang berada di Kampung, sebulan sekali atau dua bulan sekali selalu datang ke tempat Kakek Sura, dan mengirimi apa-apa yang menjadi kebutuhan orang tuanya.

Selain itu, terkadang dikasih oleh orang-orang yang ingin minta jampi, mantra atau berobat yang datang ke Kakek Sura. Sedangkan kalau ada orang yang berniat mencari pesugihan pada Eyang Cakra Buana Raksa, kalau mereka memberikan sesuatu, baik itu uang atau makanan, Kakek Sura selalu menolak pemberiannya. Entah kenapa. Padahal, Ia sendiri yang menjadi kuncen dan mengantar langsung untuk menghadap Eyang Cakra Buana.

Sebenarnya, Kakek Sura dulu nya salah satu warga Kampung Babakan (Kampung kecil yang letaknya di pinggir hutan kebun pinus). Namun karena ada suatu musibah bencana alam yang menimpa kampungnya, serta huru hara dari kaum penjajah, Kakek Sura dan Isterinya (saat masih hidup), serta warga lainnya, sekitar ada 20 kepala keluarga, mengungsi ke lereng Bukit Halimun dan menetap beberapa tahun di sana.

Seiring perjalanan waktu dan juga perkembangan zaman, banyak warga dan tetangga yang dulu mengungsi, kembali lagi ke kampungnya. Sedangkan Kakek Sura enggan balik lagi. Apalagi isterinya saat itu sudah meninggal dunia. Kakek Sura sudah bulat untuk menetap di sana, hingga ajal menjemput.

Adapun Kakek Sura mulai menjadi seorang kuncen Bukit Halimun, sudah lama sekali, ketika Ia masih berada di kampung asalnya. Memang, Kakek Sura sudah dikenal sebagai seseorang yang ngulik ilmu kanuragan dan ilmu kebatinan semenjak dari dulu. Selain suka tirakat, puasa mutih, kakek Sura sangat suka bertapa semenjak usia mudanya.

Tiada yang bisa menebak berapa usia Kakek linuhung itu. Yang jelas, hingga sampai kini, Ia kelihatan tampak kuat, segar bugar seperti orang usia 60 an, terdengar aneh memang.

"Kamu nggak usah khawatir, Darsih, ada si Jalu yang akan menjagamu di sini. Kakek juga nggak akan lama-lama di puncak bukit sana." Ujar Kakek Sura, ketika sedang mempersiapkan segala sesuatunya.

"Iya Kek, Kakek dan Nyi Surmi jangan pikirkan Saya. Justru Saya yang mengkhawatirkan Kakek dan Nyi Surmi." Timpal Mbok Darsih sambil terkekeh, bercanda dengan gurunya yang sudah dianggap Bapaknya sendiri. Piring-piring yang kotor, kini telah ditumpuknya untuk dibersihkan. Sedangkan Bu Surmi, sedang mengganti pakaiannya di kamar.

Beberapa menit kemudian, manusia berbeda generasi itu sudah meninggalkan Mbok Darsih yang menunggu di tempat Kakek Sura. Setelah keduanya tak terlihat ditelan gelapnya malam, Mbok Darsih langsung masuk ke dalam rumah. Tak lupa Mbok Darsih mengunci pintu depan dengan papan kayu kecil yang sudah biasanya.

"Haduuuuh rasanya lelah sekali. Aku langsung istirahat saja." Batin Mbok Darsih sambil menidurkan badannya di atas tikar dari daun pandan, terasa badannya yang mulai pegal-pegal dan juga sakit pinggangnya yang mulai kumat kembali.

Suasana di sekeliling tempat Kakek Sura sangat sunyi sekali. Hanya terdengar jangkrik malam dan kodok liar dari arah belakang rumah Kakek Sura yang ada kolam ikan nya. Sekali-kali terdengar suara krosak krusuk dedaunan kering dan pucuk-pucuk pepohonan yang tergoyang angin malam.

Baru saja setengah jam, Mbok Darsih memejamkan mata nya, telinganya mendengar jelas suara lolongan Anjing hutan dengan gemuruh angin malam yang terasa semakin dekat ke rumah Kakek Sura. Dada Mbok Darsih mendadak turun naik dengan nafas mulai tak beraturan, saat Ia mendengar suara burung gagak yang mengelilingi di atas atap rumah Kakek Sura. Desir angin terdengar semakin kencang dan semakin dekat berbarengan lolongan Anjing yang terdengar dekat sekali.

"Hmmmm, Aku merasakan ada sesuatu yang tidak beres malam ini, kenapa jadi merinding begini yah. Apa aku harus memanggil si Jalu?" Mbok Darsih terus bergumam berbicara lirih pada dirinya sendiri. Kemudian, Ia beranjak dari tidurnya dan menyalakan kembali api pada damar cempor yang tadi Ia padamkan. Dengan berjalan perlahan karena tangan kanannya membawa damar cempor, Mbok Darsih menuju ke pintu depan, maksudnya mau memanggil si Jalu untuk menemaninya. Tapi baru saja Ia mau membuka kayu yang menjadi kunci pintu, Ia mendengar dari luar, suara puluhan atau bahkan ratusan kera yang terdengar dekat sekali di depan rumah Kakek Sura.

Jantung Mbok Darsih mendadak terasa berhenti sejenak saking kencangnya berdegup. Ia membayangkan jika saat itu, ada puluhan atau bahkan ratusan monyet yang akan merusak kediaman Kakek Sura. Dengan reflek, Mbok Darsih memadamkan api damar cempornya. Kedua matanya langsung dipasang di celah-celah dinding papan. Mata Mbok Darsih berusaha menangkap sesuatu yang ada di luar rumah. Beruntung saat itu sinar purnama nampak jelas dan menerangi di sekitaran depan rumah. Hingga terlihatlah oleh kedua mata nya, pemandangan yang baru seumur hidup di lihatnya.

Mbok Darsih melihat ratusan monyet yang sedang berkumpul di depan rumah Kakek Sura. Kawanan binatang itu terlihat sangat liar, dengan tatapan tatapan matanya yang nyalang dan sangat tajam. Sungguh tak terbayangkan oleh Mbok Darsih jika ratusan monyet itu masuk ke rumah Kakek Sura, kemudian ramai ramai mencakarnya. Mendadak bulu kuduk Mbok Darsih bergidik.

"Kemana si Jalu yah.. aduuuh apa yang harus ku lalukan. Mana mungkin Aku memanggil Kakek Sura dengan naluri batin ku. Aku tidak mau mengganggu ritual Kakek Sura di Puncak Bukit Halimun sana."

Mbok Darsih terus membatin, sambil berfikir tentang apa yang harus Ia lakukan. Ia sangat yakin, kedatangan rombongan monyet itu pastinya dengan niat jahat.

"Duuuh.. si Jalu kok belum juga kelihatan..!" Gerutunya lagi.

...ΩΩΩΩΩΩ...

1
Helmi Ruhendi Putra
makin seruuu
lnjut thooor
Helmi Ruhendi Putra
seraaaam tempatnya
Helmi Ruhendi Putra
begitu buka novel ini ... jdi lupa waktu..hehe
Helmi Ruhendi Putra
lanjut thooor
Helmi Ruhendi Putra
kayaknya seruu nih
Helmi Ruhendi Putra
aku pendatang baru Thor... ikut gabung yaah
dede rohimah
makin serem thoor
Aji Wandi
lanjut thooor aku yakin, kamu bukan author biasa
Aji Wandi
anjaaaaaay ceritanyooo...
lanjut thooor
Rina Mes
makin serem iiiih
dede rohimah
lanjut thoor
dede rohimah
ngeri yah... suara genderewo
dede rohimah
serem thor bergidik ngebayanginnya
dede rohimah
waaah jadi gelut ini mah..

lanjut thoor
dede rohimah
ki durgala harus kalah, thooor
dede rohimah
pasti orang jahat si durgala itu
dede rohimah
jangan sampe kalah thooor.. walau seorang wanita
dede rohimah
jangan sampe kalah mbok darsih nya, thor
dede rohimah
legenda cakra birawa apa buana
dede rohimah
orang tua ku sering mmpringatkan.. wayah beudug, waktu dedemit berkeliaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!