Kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Amelia berhasil memikat hati seorang pria. Asmara yang menggelora mengantar Amelia pada titik keseriusan sang kekasih. Apakah hubungan mereka berjalan lancar sampai ke jenjang pernikahan? Apalagi setelah pria tersebut mengetahui jika Amelia ternyata seorang wanita panggilan.
Lantas, bagaimana Amelia melewati segala lika-liku kehidupannya? Apakah dia mampu meninggalkan dunia yang sudah membantunya mengobati luka di masa lalu atau justru semakin terjerumus di agensi yang menaunginya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Wanita Bertemu
"Jova Sayang," panggil Yanto setelah selesai mengenakan jasnya. "Ini bonus untukmu karena sudah memberikan kenyamanan yang luar biasa. Terima kasih karena sudah menghargai apa saja yang sudah Om lakukan. Kamu boleh pulang sekarang karena nanti istri Om akan menyusul ke sini," ucap Yanto seraya memberikan amplop cokelat kepada Jovana.
"Terima kasih, Om. Jangan lupa tips dari aku kemarin malam ya biar istrinya makin sayang," ucap Jovana seraya mengerlingkan mata.
Yanto tertawa lepas setelah teringat pembicaraannya bersama Jovana tadi malam. Entah mengapa dia serasa kembali muda lagi setelah bertemu Jovana. Apalagi, Jovana memberinya beberapa trik untuk memuaskan istrinya.
"Semoga kita bisa bertemu kembali, Jo," ucap Yanto sambil mengusap pipis mulus Jovana. "Untuk urusan transaksi sudah diurus bersama agensimu ya. Uang itu tadi bonus khusus untukmu." Yanto mempertegas masalah pembayaran yang sudah diserahkan kepada Sari.
"Iya, Om. Terima kasih. Saya pulang dulu. See you, Om Yanto," pamit Jovana sebelum keluar dari kamar hotel tersebut.
Jovana menghela napas berat setelah keluar dari kamar VVIP tersebut. Setelah sampai di di dalam lift, Jovana menekan tombol bertuliskan 'L' yang berarti lobby. Pagi ini dia pulang tanpa dijemput Bobby karena harus mampir ke rumah neneknya yang tak jauh dari sini. Taksi online pesanan Jovana pun sudah menunggu di depan hotel.
"Sesuai sama yang di aplikasi ya, Kak," ucap Jovana setelah masuk ke dalam taksi online.
Jovana menyandarkan tubuh di sandaran jok belakang. Dia memejamkan mata untuk menetralkan segala kepalsuan yang dia perankan di depan Yanto. Kini, Jovana berusaha mengembalikan diri sebagai Amel.
"Kak, nanti tolong berhenti di SPBU, saya ingin ke toilet," ucap Jovana setelah teringat jika dirinya masih memakai pakaian kerjanya. Sebelum sampai di rumah Lilis, dia harus mengubah penampilan sebagai Amel.
***
Udara segar serta pemandangan hijau telah menyambut kedatangan Amel. Gadis cantik itu baru sampai di depan rumah neneknya. Setelah menyelesaikan transaksi bersama sopir taksi online, Amel segera keluar dari mobil.
"Akhirnya aku bisa berkunjung lagi ke rumah ini," gumam Amel sambil mengamati keadaan yang ada di sekitar rumah Lilis.
Amel mengayun langkah memasuki halaman luas yang dihiasi beberapa bunga dan tanaman. Tangan kirinya menyeret koper kecil sementara tangan kanannya menenteng kantong berisi oleh-oleh untuk Lilis. Langkah kaki Amel akhirnya sampai di teras rumah. Namun, gadis cantik itu terpaksa berhenti di sana karena mendengar suara yang sangat dia kenali dari ruang tamu.
"Bu, aku harus bagiamana? A' Yusuf ternyata diam-diam mempunyai wanita lain, Bu."
"Ceraikan saja suamimu itu."
"Tidak bisa, Bu. Aku sangat mencintai A' Yusuf. Aku tidak mau kehilangan dia, Bu."
"Marini. Kamu sudah dibutakan dengan kenyataan yang ada. Perselingkuhan itu kesalahan fatal. Apalagi, suamimu itu seorang tokoh masyarakat. Dia disegani banyak orang, tetapi lihatlah kelakuannya! Kalau kamu masih ingin bertahan dengan dia, lalu untuk apa kamu mengadu dan menangis di depanku?"
"Aku tidak sanggup menahannya sendiri, Bu. Aku bisa gila merasakan semua ini sendiri. Dulu Amel yang menggoda A' Yusuf, sekarang wanita lain!"
"Cukup! Jangan membawa Amel dalam masalah rumah tanggamu!"
Amel membekap mulutnya setelah mendengar ucapan terakhir ibunya. Dia menggeleng beberapa kali karena tidak percaya jika Marini setega itu menuduh dirinya. Amel shock atas segala yang didengarnya dari Marini. Mulai dari perselingkuhan ayah tirinya hingga tuduhan keji kepada dirinya.
"Jadi, wanita yang bersama si K3parat waktu di danau itu adalah selingkuhannya?" batin Amel setelah teringat waktu dirinya liburan bersama Andra. "Sebaiknya aku pergi dari sini. Aku tidak mau bertemu ibu dulu," lanjut Amel seraya mundur beberapa langkah.
Pyaar.
Amel tersentak setelah kopernya mengenai pot keramik berisi tanaman hias. Tentu suara pecahan pot itu berhasil membuat Lilis dan Marini keluar dari ruang tamu. Ketiga wanita berbeda generasi itu saling pandang tanpa bisa mengucap sepatah katapun. Apalagi Marini. Wanita berusia empat puluh lima tahun itu hanya bisa menatap Amel dengan lekat.
"Sebaiknya kamu masuk dulu," ajak Lilis sambil menarik tangan Amel agar mengikuti langkahnya menuju ruang tamu.
Setelah membawa masuk anak dan cucunya ke dalam ruang tamu, Lilis menutup pintu ruang tamu. Tak lupa dia mengunci pintu untuk menjaga keamanan Amel. Wanita tua itu hanya bisa menghela napas berat karena pada akhirnya Amel bertemu dengan Marini.
"Kemana saja kamu selama ini?" tanya Marini dengan sorot mata penuh amarah.
Pedih. Ya, itulah yang dirasakan Amel saat ini. Dalam bayangannya selama ini, Marini pasti sedih karena dirinya menghilang selama beberapa tahun. Akan tetapi kenyataannya tidak sesuai dengan bayangan Amel. Marini justru terlihat sangat membenci putri semata wayangnya itu.
"Jawab!" teriak Marini sambil terhenyak dari tempat duduknya saat ini.
"Marini! Jaga emosimu. Jangan berteriak!" Lilis pun ikut emosi melihat Marini bersikap seperti itu kepada Amel.
"Apa selama ini Ibu tidak pernah mencariku?" tanya Amel dengan suara yang bergetar karena harus menahan tangis.
"Untuk apa aku mencari anak sepertimu! Memalukan!" Marini semakin emosi setelah melihat wajah cantik putrinya.
"Apa maksudnya, Bu?" tanya Amel seraya menatap wajah ibunya.
"Jangan pura-pura bod0h! Kamu kabur dari rumah setelah gagal merayu bapakmu 'kan? Apa yang ada di pikiranmu, hah? Kenapa kamu berani melakukan hal menjijikkan ini? Apa urat malumu sudah hilang sehingga kamu berani menggoda bapak tirimu!" tuduh Marini seraya mengarahkan jari telunjuknya ke arah wajah Amel.
Amel terhenyak dari tempat duduknya setelah mendengar semua penjelasan palsu itu. "Bohong! Aku tidak pernah melakukan semua itu!" ujar Amel dengan diiringi air mata yang mengalir deras dari pelupuk mata.
Plak. Plak.
Tamparan keras mendarat di pipi kanan dan pipi kiri Amel. Marini benar-benar kehilangan akal sehatnya sehingga begitu tega menampar pipi mulus anak kandungnya itu. Bola matanya mulai berubah merah karena menahan emosi yang berapi-api dalam diri.
"Astagfirullah, Marini! Nyebut, Nak. Setan mana yang merasukimu? Amel ini putrimu. Tidak seharusnya kamu memperlakukannya seperti ini!" ujar Lilis sambil memeluk tubuh Amel yang bergetar.
Amel tergugu dalam dekapan hangat Lilis. Suara isak tangisnya terdengar pilu hingga membuat Lilis menitikkan air mata. Lilis sangat sedih melihat Amel diperlakukan buruk seperti ini. Hatinya pun terasa perih setelah mendengar tuduhan yang dilayangkan Marini. Lilis sangat kecewa setelah tahu jika putrinya lebih percaya dengan suami sambungnya itu. "Marini. Putrimu tidak pernah melakukan hal keji seperti yang kamu tuduhkan," jelas Lilis saat mencoba membela Amel.
"Sudah, Nek. Tidak perlu membelaku. Biarkan saja Ibu mengeluarkan semua amarahnya. Biarkan Ibu memperlakukan aku seperti ini sebelum mendengar bagaimana perlakuan buruk yang aku terima di masa lalu. Setelah ini aku akan membuka semua perbuatan kejam suaminya itu!" ujar Amel seraya menatap Marini.
...🌹TBC🌹...
Ibunya pakai cara halus harus di imbangi
Andra di posisikan orang yg akan meninggslkan Amel sukarela
Semoga keluarga Ansra mau menerima Amel setulus hati
Untung Andra sudah antisipasi dari awal..
dulu aku pernah bermimpi tinggi dpt laki2 tajir.yg hdp serba kecukupan.eee gk tau nya hayalan...😁😁