Mengandung Benih Pria Tua

"Apa? Aku merebut Ketty? Kau yang meninggalkannya di hari pernikahan!" bentak Kenan. Ia melepaskan tangannya. "Jangan mengganggu ku." Saat ini ia lebih fokus mencari Eileen.

Eileen pergi begitu melihat Kenan pergi. Dia mengendarai motornya dan menuju ke sebuah jembatan. Dia menatap air yang begitu tenang itu. "Di kehidupan masa lalu ku, aku tidak tau Kenan memiliki saudara kembar. Ketty tidak bercerita pada ku."

Kenan pun tak mungkin bercerita pada dirinya karena ia tidak dekat dengan Kenan. Dia bertemu sekedarnya saja dengan Kenan. "Sudahlah aku tidak perlu memikirkannya, yang penting saat ini aku kesal dan sangat kesal."

Drt

"Iya David?"

"Baiklah, aku akan datang malam ini."

David memintanya untuk makan malam di luar. Dari pada ia terus kesal mengingat Kenan, lebih baik dia makan malam bersama dengan temannya.

Sedangkan Ketty, dia pulang setelah mendengar kemarahan Kenan. Ia memilih pulang lebih awal karena merasa takut mendengarkan nada suara Kenan yang terdengar sangat marah padanya.

"Dimana Kenan?"

"Tuan keluar Nyonya." Seorang pelayan wanita menjawab sambil menunduk.

Ketty menghubungi Kenan, beberapa menit kemudian dia berdecak kesal karena Kenan mengabaikannya. "Kemana dia? Kau melihat Eileen."

"Nona Eileen juga pergi Nyonya."

"Hah!" Ketty frustasi, dia tidak melihat Kenan atau pun Eileen. Entah kemana kedua orang itu. Kenan marah padanya dan ia berharap Eileen tidak ikut marah padanya. Setelah ini ia akan meminta maaf.

Seharian ini dia mencari Eileen, berkeliling kota namun tidak menemukan jejak Eileen. Dia menghubungi Eileen namun sama sekali tidak bisa. "Kemana dia?"

Dia pun memilih untuk menunggunya di mansion. Ia berharap Eileen kembali. Dengan wajah lesu dan lelah Kenan berusaha melangkah masuk ke dalam Mansion. Mery datang menyapanya dan mengatakan jika Ketty sudah pulang.

"Sayang." Sapa Ketty. Dia menghampiri Kenan dan memeluk Kenan. "Maafkan aku."

Kenan mendorong Ketty. "Apa yang kamu lakukan salah. Kita tidak bisa memaksa seseorang menuruti keinginan kita. Ketty, lupakan tentang anak."

Ketty memutar tubuhnya sambil menyilangkan kedua tangannya dengan wajah kesal. "Apa kau tidak menyukai ku sampai kau tidak ingin memiliki anak dengan ku? Kenan kau tidak mengerti perasaan ku."

Kenan sudah pusing di tambah kembarannya datang. "Tadi aku menemui adik ku. Dia mengatakan aku yang berniat menikah dengan mu. Padahal waktu itu, dia sendiri yang menghilang."

Ketty terkejut, berbicara tentang adik Kenan berarti saudara kembar Kenan. "Kau bertemu dengannya?"

"Dia marah, sepertinya dia salah paham."

Ketty melirik Kenan. Dia merasa tak nyaman jika menyangkut nama saudara Kenan. "Apa yang harus kita lakukan? Dia pasti marah pada ku dan memaksa kita bercerai." Dia menggenggam tangan Kenan dengan tatapan memohon. "Meskipun kita menikah karena keadaan, bisakah kau tetap mempertahankan pernikahan kita? Aku tidak ingin kita berpisah."

Kenan memeluk Ketty, ia tidak bisa menjawab karena pikirannya ambigu. Ia juga tidak tau harus bagaimana.

"Sudah, sebaiknya kita bicarakan besok saja. Aku lelah, jika Eileen sudah pulang katakan pada ku."

Ketty mengangguk, dia membiarkan Kenan untuk beristirahat. Pikirannya kalut mengingat adik Kenan.

Keesokan harinya.

Kenan membuka kedua matanya, dia beranjak dan melihat dirinya tertidur di sofa. Dia tiba-tiba teringat dengan Eileen. "Ei." Dia pun beranjak dan berlari keluar. "Apa Eileen sudah datang?" tanya Kenan pada seorang pelayan yang mengepel lantai.

"Belum tuan," jawabnya.

Kenan begitu takut terjadi sesuatu pada Eileen. Dia gelisah memikirkannya. Bahkan Eileen tidak menghubunginya atau menghubungi Ketty.

Kenan memencet tombol hijau, lagi-lagi tidak bisa di hubungi.

"Tuan, itu nona Eileen."

Kenan langsung menghampiri ke arahnya. "Ei, kau kemana saja? Kenapa tidak pulang tadi malam? Kau berada dimana? Aku dan Ketty mengkhawatirkan mu."

"Kau tenang saja, aku akan melahirkan anak mu dan Ketty, lalu aku bisa bebas dari kalian."

Dia sudah memutuskan untuk pergi. Jadi dia meminta David untuk mencari kontrakan rumah. Dia menceritakan bahwa dia menumpang di rumah sahabatnya sehingga David begitu iba dan membantunya.

"Kau marah, maafkan aku."

Eileen menoleh, kemudian langsung bergegas pergi. Namun sampai di pertengahan tangga dia melihat Ketty.

"Eileen."

Eileen merasa Ketty berbuat seenaknya dengannya. Di masa lalu wanita itu pergi karena dia hamil dan katanya Kenan tidak bersikap adil. Sekarang wanita di hadapannya begitu egois memutuskan kehidupannya.

"Ketty, apa kau merasa senang mempermainkan hidup ku? Kau menganggap ku sahabat mu tapi apa ini? Kau memutuskan segala sesuatu tentang kehidupan ku."

"Maafkan aku Eileen, aku melakukannya demi kita semua."

"Bukan demi aku, tapi demi dirimu sendiri."

Eileen memutuskan untuk pergi, dia mengambil kopernya dan mengambil semua pakaian yang ia bawa kecuali pakaian yang di belikan Kenan dan dirinya. Dia juga menaruh kartu yang sama sekali ia sentuh. Untung saja David baik padanya sehingga meminjamkan uang untuknya.

"Eileen kau mau kemana? Kau tidak bisa seperti ini." Ketty tidak mau jika Eileen pergi.

"Eileen aku tau kau marah, tapi ini ... Jangan pergi." Kenan berkata lirih.

"Ketty, kalau kau ingin aku melahirkan anak mu. Biarkan aku bebas, aku tidak mau tinggal di sini. Jangan melarang ku untuk pergi."

"Eileen." Masa bodoh dengan anak. Dia tidak ingin Eileen pergi. Rasanya jika ia melepaskan Eileen, wanita itu akan melepaskan dirinya. "Kau mau kemana? Di sini rumah mu Ei."

Ketty menahan keinginannya untuk menahan Eileen. Dia tidak ingin wanita itu marah dan tidak mau melahirkan anaknya. "Biarkan saja Kenan, dia butuh waktu."

Suaminya juga ikut khawatir, mungkin karena takut Eileen tidak mau melahirkan anaknya.

"Baik, kau mau pergi. Aku akan mengantarkan mu. Aku dan Ketty tidak tau rumah mu."

"Baiklah." Eileen mengalah. Dia menarik kopernya dan membuat Kenan bernafas lega.

Kenan membantu Eileen memasukkan kopernya ke dalam jok belakang. Eileen pun masuk dan duduk di kursi belakang. Kenan membiarkannya, ia lebih memilih mengalah dari pada mendengarkan kemarahan Eileen.

"Alamatnya di xxx."

Kenan melirik Eileen di kaca spion. Dia melihat wanita itu masih bermuka masam. Dia akan fokus melihat ke depan sesuai alamat Eileen tadi.

Sejam kemudian, Eileen dan Kenan pun sampai. Dia melihat sebuah rumah lantai dua dan sederhana. Halamannya cukup luas dan sebuah kursi putih menghadap ke jalan. "Ini rumah mu?"

"Iya." Ketus Eileen.

Kenan mengekori Eileen. Dia melihat ruang tamu tidak terlalu luas, di sampingnya ada sebuah kamar, di lantai satu ada dua kamar lalu terhubung ke dapur dan di lantai dua ada dua kamar. "Kau yakin akan tinggal di sini sendirian?" tanya Kenan. Dia tidak pasrah membiarkan Eileen sendirian.