Isa adalah seorang Presdir tampan, ia dipaksa ibunya untuk menikahi Jinan, gadis kampung yang masih imut karena dia baru lulus SMA.
Untuk menguji ketulusan Jinan, Isa berpura-pura menjadi sopir. Ia tak menyangka, Jinan malah bekerja di perusahaannya sebagai OG.
Bagaimana caranya Isa menyembunyikan jati dirinya dari Jinan, dan akan mereka benar-benar jatuh cinta.
Silakan baca kisah kocak and romantis mereka dalam Novel : Dikira Sopir Ternyata Presdir.
Baca juga kisah Novel saya yang lain :
Dia Ameera (Sang Putri Arab)
Terjebak Kawin Kontrak dengan Tuan Muda Arab
Mona Si Gadis Petualang (Novel Misteri Memecahkan Misteri pembunuhan di kampus)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maunah mom's zuzu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ngambek
"Ya ampun, Jinan? Ahkhkghk celaka tiga belas dah!" decak Isa sambil menelan ludah ketika melihat sang istri memandangnya dengan tajam.
Tia sengaja mendekat ke arah Jinan karena ingin mengejeknya. "Elo kenapa sewot gitu, Kak Isa ketemu gue di rumah sakit, habis nengok sepupu gue," ucap Tia tanpa diminta oleh Jinan.
"Apa, jadi dia pagi-pagi buta pergi ninggalin aku karena mau nengokin si Nenek bulu, dasar laki-laki plin-plan, udah nikah masih nemui mantan pacar, tanpa izin lagi!" gerutu Jinan dalam hatinya.
Jinan tak meghiraukan kata-kata Tia, dia langsung masuk setelah bertemu Andika dan Rindi yang kebetulan datang bersamaan."Kak Dika, Rindi, ayo masuk!" seru Jinan sambil menarik lengan Rindi.
"Dika, kita bareng yu!" ajak Tia pada Dika, tapi Dika malah cuek dan berlalu menyusul Jinan dan Rindi. "Iih, dasar laki-laki gak tahu diri!'' umpat Tia sambil menghentakkan kakinya.
Jinan yang melihat tingkah konyol Tia, kini menoleh dan memeletkan lidahnya mengejek kakak tingkatnya yang super manja dan jutek itu. "Wueee, emang enak dicuekin?" ejek Jinan sambil berlalu meninggalkan Tia yang seperti kebakaran jenggot.
Sementara itu Isa, kini sedang merutuki kebodohannya yang pergi pagi-pagi tanpa pamit pada Jinan dan malah menemui mantan. "Moga aja dia mau memahami dan memaafkanku." ucapnya sambil kembali naik ke mobilnya dan gegas berlalu menuju kantornya.
Setibanya di kantor, dia terlihat uring-uringan tak jelas sambil berkali-kali menyalahkan bawahannya yang datang meminta tanda tangannya. ''Laporan macam apa ini, kenapa keuntungan perusahaan jadi rendah, perbaiki lagi!'' bentak Isa sambil melempar map yang berisi laporan keuangan.
''Pak, tapi Pak, itu kan udah benar, tadi saya udah periksa berulang-ulang,'' bantah Karyawan itu dengan wajah memelas karena tak mau memperbaiki laporan yang dia buat, karena memang sudah benar hanya saja Isa yang sedang kacau balau yang tak pokus ketika membaca, karenanya di matanya semua serba salah.
''Kamu berani membantah? Kalau kataku perbaiki ya perbaiki!" Isa kembali membentak, kemudian Rafa mengisyaratkan pada karyawan itu agar tak membantah.
''Baik Pak, saya permisi dulu!' pamit sang karyawan dengan wajah sedikit lega karena akan berlalu dari hadapan bosnya yang sedang marah.
"Ada apa sih, sama si Bos, kenapa dia uring-uringan begitu?" tanya Rafa seorang diri. Tak lama kemudian, jam makan siang pun telah tiba, Jinan yang sudah keluar kampus, langsung menuju kantor untuk bekerja.
"Akhirnya sampai juga aku di sini! Baiknya aku segera ganti baju!'' gumam Jinan sambil melangkah pergi menuju tempat berganti baju. Setelah berganti baju, Jinan langsung menuju tempat yang harus dia bersihkan.
Belum selesai dia membersihkan, dia sudah melihat sosok yang sangat dia benci. ''Tante ulat bulu, kenapa dia datang ke sini? Katanya dia sakit, hmm jangan-jangan dia cuma pura-pura aja, biar bisa dekat dengan Om Isa, baiknya aku kerjain dia biar gak ketemu Om Isa,'' gumam Jinan sambil melaksanakan idenya.
Dia memakai masker dan membawa ember kemudian melangkah masuk dan byuur ...
"Ah, OG sialan kamu! Kenapa kamu menyiram bajuku? Dasar OG kurang ajar! Bajuku basah kuyup begini, aku hajar kamu!'' teriak Kimberly sambil mengarahkan tangannya ke arah Jinan bermaksud menamparnya, tapi....
Brugg!
"Aww! Lantainya licin, akhk kamu kurang ajar!" teriaknya ketika dia sudah terduduk di lantai yang masih berlinang air sabun yang dia tumpahkan.
''Haha, makanya kalau jalan hati-hati!" ejek Jinan. Rafa yang kebetulan lewat pun ikut menertawakan, meski hanya berani di belakangnya saja.
"Bu Kimberly, Anda tidak apa-apa, biar saya bantu,'' ujar Rafa sambil memapah Kimberly yang terus -terusan jatuh saat mencoba berdiri lagi.
"Mas Isannya ada kan?" tanya Kimberly pada Rafa, Rafa menoleh ke arah Jinan sebelum menjawab. Dia takut Jinan akan salah paham pada Isa.
"Dia gak ada di kantor, sedang ada di lapangan," jawab Rafa sedikit berbohong, dia kemudian menulis chat pada Isa agar tak keluar ruangan.
"Gak mungkin, ini jam makan siang, kenapa kamu bilang masih kerja?'' bantah Kimberly tak mau terima dengan keterangan Rafa.
''Begini aja Bu, pakaian Bu Kimberly kan masih basah, jadi ganti baju dulu aja. Nanti bisa temui Pak Isa lagi," bujuk Rafa berharap Kimberly mau menurutinya.
"Ya udah, aku ganti baju dulu, bilang ke dia. Aku mau menemui dia, dia harus menemuiku nanti malam," ujar Kimberly sambil berlalu dari depan Rafa dengan perasaan kesal.
"Nan, kamu tadi sengaja?" tanya Rafa dengan berbisik. Jinan pun terkekeh karena itu memang bagian dari rencananya untuk mengusir si Tante bulu.
"Hihi Inan memang sengaja mengerjai tuh ai ulat bulu, biar gak deketin Om Isa terus."
"Ya udah, bagus dong¡ biar gak digaet mantan ya, ha ha ha,'' Isa dan Jinan pun tertawa berbarengan. Sementara itu, di dalam ruangan terlihat Isa sedang mengamati cctv yang memperlihatkan Kimberly dikerjai dan disuruh pulang oleh Rafa dan Jinan.
"Dasar bocil, semoga dia gak marah. Sekarang waktunya makan siang, apa aku ajak Jinan saja ya, buat minta maaf, tapi jika aku pergi sekarang, takutnya dia masih ngambek.
"Rafa, masuk ruanganku sekarang!" titah Isa. Dalam sekejap, Rafa sudah ada di depan Isa.
"Ya bos, ada apa?" tanya Rafa dengan seulas senyum yang dia buat-buat.
"Menurutmu, membujuk perempuan yang sedang marah itu bagaimana?'' tanya Isa dengan menatap lekat wajah Rafa.
"Hmm ketahuan, sedang marahan sama Nyonya ya,"
"Diam kamu, ayo cepat bilang!"
"Haha, tergantung sih Bos. tergantung watak masing-masing perempuan. Kalau macam Nona Kim, dibujuk pake barang mewah udah kelepekan, tapi kalau model Jinan sih, gampang-gampang susah, Bos." Rafa menggantungkan kalimatnya hingga membuat Isa kesal
"Susah gampang gimana maksud kamu, yang jelas kalau ngomong, kalau gak, nanti kupotong gaji kamu!" ancam Isa yang tentu saja membuat Rafa melotot.
"Jangan dong Pak, Baik, saya coba jelaskan, tapi ini belum tentu benar, karena watak model Jinan itu susah ditebak orangnya. Jadi, kalau dia lagi marah, biasanya harus dibujuk dengan memberi yang dia suka, tapi beratnya kita gak tahu kesukaan Jinan itu apa?" Raga mencoba menjelaskan.
Isa terlihat manggut-manggut, dia kini sudah mendapatkan ide segar untuk membujuk istrinya. Setelah dia Rafa pergi, Isa kini berganti baju dan menuju kantin. Dia membeli makanan kesukaan Jinan dan membawanya ke ruang OB.
"Berikan ini pada Jinan, bilang ke dia ini dari anak sahabat mamanya,'' ucap Isa pada teman Jinan, tapi langsung didengar oleh Jijan yang ada di situ.
"Anak Tante yang mana ya?''
"setelah sampai kantor Jinan pun menuju tempat keja OG dan bertanya sama Rima" terus.....baru reader paham,,nih terus pada nanya Rima,,diingat Rima sama numpang dimobil,ataupun pertanyaan tadi dituju sama Isa.