Kisah cinta Halalillah dan Hilal dimulai dari sebuah rumah tahfidz, mereka memilih menjadi Volunteer, dan itu bukanlah keputusan yang mudah, berani menggadaikan masa muda dan mimpinya pilihan yang amat berat.
Menjaga dan mendidik para penghafal qur'an menjadi sebuah amanah yang berat, begitu juga ujian cinta yang dialami Halal dan Hilal, bukan sampai disitu, kehadiran Mahab dan Isfanah menjadi sebuah pilihan yang berat bagi Hilal dan Halal, siapa yang akhirnya saling memiliki, dan bagaimana perjuangan mereka mempertahankan cinta dan persahabatan serta ujian dan cobaan mengabdikan diri di sebuah rumah tahfidz?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emha albana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Volunteer Syurga
Yah, malam, dengan sejuta ancaman dan ketakutan, serta kejahatannya...
....Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita... Al-falaq : 3
Karena setiap malam-lah suara erangan ayah terdengar, seolah ia menahan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya, sering dia rasakan nyerih di bagian kanan, dari kepala sampai ke ujung jari kaki.
Disaat anak seusia Halal tertidur pulas, justru ia terbangun, bukan lantaran suara alarm jam atau handphone yang berdering, tetapi suara rintihan kesakitan yang Ayah rasakan, selalu disertai tangis, entah seberapa hebat sakit itu, sampai Ayah tak kuasa menahan-nya.
"Sabar ya Yah, Halal ambil obat sebentar." Hanya obat gosok biasa yang ia oles-kan ke sekujur tubuh Ayah, sambil Halal urut ringan, sekedar mengurangi rasa sakit dan menghangatkan tubuh ayah, biasanya kalau sudah diurut Ayah kembali tertidur pulas. Ketika sudah terbangun, ia merapihkan barang rongsongkannya, lalu sholat Tahajud sampai menjelang Subuh, ia lanjutkan dengan menghafalkan Alquran.
Selepas Subuh Halal merapihkan rumah, memandikan Ayah walau hanya membasuhnya dengan air hangat. Dan memberikan Ayah sarapan pagi.
Halal melihat simpanan uangnya, hanya tinggal beberapa lembar Sepuluh Ribu-an dan receh, barang yang ia kerjakan pun tak seberapa banyak lagi, karena sepanjang jalan yang ia tempuh sudah banyak pemulung yang mengambilnya lebih pagi, hanya beberapa warung saja yang berbaik hati memberikan beberapa kardus dan sisa botol mineral, itu pun kadang hanya dua hari sekali baru terkumpul banyak.
Pagi ini, terpaksa Halal mencarinya agak lebih jauh dari rute yang biasa dia lewati sampai menujuh sekolah, satu persatu ia taruh barang temuannya di dalam karung, ia menelusuri komplek perumahan yang cukup mewah yang tak jauh dari rumah dan sekolah, disalah satu rumah ia berhenti saat melihat ada selembar informasi yang tertempel,
DICARI RELAWAN RUMAH YATIM DAN TAHFIDZ.
Bergegas ia mengambil buku dan mencatat nomor handphone pengurus-nya. sesampainya di sekolah ia memberi tahu kan Rizka tentang pengumuman tersebut.
"Riz, aku nemuin selembaran disitu tertulis mereka mencari relawan untuk menjadi pengurus Rumah Yatim dan Tahfidz, kamu mau ikut melamar?!" Tanya Halal ke Rizka.
"Mau aja sih Lal, tapi apa nggak ganggu sekolah? Apa lagi kita sebentar lagi mau lulus kan!" Jawab Rizka.
"Justru karena mau lulus itu lah aku mulia mencari tempat kerja yang nggak jauh dari rumah, biar sewaktu-waktu Ayah butuh, aku bisa langsung balik ke rumah. Lagi juga, ini hanya bersifat relawan, pasti nggak harus setiap hari kita standby bukan?!"
"Yaudah, sehabis pulang sekolah kita coba temui aja, siapa tahu ada pengurusnya."
"Alhamdulillah kalo kamu mau." Senyum senang terpancar di wajah Halal, rupanya Rizka mau juga untuk ikut serta.
Tiba-lah waktu pulang sekolah, mereka segera menemui pengurus, dan memang bagian kantornya selalu ada karyawan yang menjaga-nya.
"Assalamualaikum, permisi Kak. "
"Wa'alaikum salam, yah masuk... " Rinda nama pengurus yang menyambut kedatangan Rizka dan Halal, dan dia mempersilahkan masuk.
"Begini kak, apa bener disini butuh relawan? Tadi pagi saya baca di dekat jendela terpasang brosur pengumuman." Tanya Halal.
"Benar, karena sudah banyak anak didik kita, jadi kami kekurangan orang untuk membantu kegiatan Belajar-Mengajar disini. Tapi maaf sebelumnya, yang namanya relawan, kadang honor yang diterima tidak tentu tergantung dari donasi yang kami terima. "
"Untuk masalah itu, kami nggak mempermasalahkan kak, hanya aja, kita berdua masih pelajar dan sudah mau lulus sekolah."
"Kalo masalah itu, biar nanti saya coba bicarakan ke pimpinan pengurusnya yah Kak, semoga aja bisa diterima, silahkan tinggalkan no handphone kaka berdua, nanti kami segera kabarin. "
Rizka dan Halal mencatat no handphone mereka di buku tamu.
"Terima kasih yah sebelumnya Kak, " Ucap Rizka.
"Yah sama-sama."
"Assalamualaikum." Ucap Halal dan Rizka kompak.
"Walaikum salam. "
Rinda melepas mereka dengan senyum, ia mengantarkan Halal dan Rizka ke depan pintu gerbang.
"Terimakasih Kak. "
"Sama-sama."
Sepanjang perjalanan mereka berbincang-bincang perihal kemungkinan mereka diterima atau tidaknya.
"Semoga Rezeki ya Riz. "
"Yah, semoga aja kalo memang milik kita nggak akan kemana."
"Riz, sebentar lagi lulus-lulusan sekolah, pasti butuh banyak biaya. "
"Iya Lal, semoga aja Allah mudahkan urusan kita, dan diringankan rezeki kita."
"Riz, apa kamu nggak kepikiran untuk buka usaha kecil-kecilan?"
"Misalnya?"
"Kita coba jadi reseller Hijab, atau parfume."
"Caranya bagimana?"
"Nanti aku cari tahu di sosmed, biasanya kan mereka buka peluang jadi dropshipper atau reseller, stidaknya ketika ada acara-acara atau pasar malem, kita bisa jualan Hijab."
"Kita coba yah... " Mereka tersenyum dan berjalan beriringan membelah jalan yang dikelilingi pohon rindang, bunganya pun berguguran tertiup angin dan seakan membekasi jalan yang mereka sudah lalui.
"Semoga Allah Ridho yah... "
"Amin, dan pasti Ridho. "
Lagi-lagi tawa-canda mereka menjadi pembiasa bahwa di rumah ada air mata yang sedang menunggu kedatang mereka.
Bener saja, sepulangnya dari Rumah Yatim dan Tahfidz tersebut, ayah merintih sakit yang hebat, begitu juga dengan Rizka sang Ibu merintih menahan sakit, tak kalah hebat dengan sakit yang diderita Ayah, Maridah ( 47 Thn) Ibunda Rizka mengalami gagal ginjal dan mesti bolak-balik ke rumah sakit, setiap dua minggu sekali harus cuci darah, malam ini kondisinya nge-droop dan mesti segera dk bawa ke rumah sakit.
Begitu juga ayah, yang tiba-tiba saja tersungkur jatuh.
"Ya Alllaaaaaaah, Ayaaaaaah!!!!!!" Berapa khawatir-nya Halal, buih pun keluar dari mulut Ayah.
Dirumah dan ruang berbeda, Rizka pun mengalami kepayahan yang sama, sang Ibu tidak sadarkan diri, nyaris kejang dan menahan sakit.
"Assalamualaikum Rizka, boleh bantu aku ke rumah sebentar? Ayah... ayaaaah... jatuh Riz dan mesti aku bawa ke Rumah sakit." Dengan panik ia menghubungi Rizka.
"Walaikum salam, ibu ku juga Lal, mesti aku bawa ke rumah sakit, ibu nggak sadarkan diri. "
"Ya Allah.... " Ucap Halal didalam panggilan telepon seluler nya.
Mereka berdua panik dan nggak tahu harus bagaimana lagi mencari pertolongan.
"Lal, kamu punya uang?! " Rizka kembali menghubungi Halal.
"Ada Riz, tapi nggak cukup kalo untuk membawa Ayah dan Ibu kamu ke rumah sakit."
"Aku juga sama, nggak cukup kalo untuk sewa mobil bawa Ibu ke Rumah Sakit. "
"Sebentar aku coba ke rumah Pak Rt, siapa tahu bisa bantu kita."
"Kabarin aku yah Lal... "
"Iya Riz... "
Halal bergegas ke rumah Pak Rt, tengah malam memang waktu yang kurang tepat untuk menganggu istirahat, tapi bagaimana keadaan sudah genting dan kedua orang tua Rizka serta Halal mesti segera di bawa ke rumah sakit.
Sesampainya di kediaman Pak Rt, tak ada satu pun kehidupan, lampunya pun mati, Halal berusaha menggetuk pintu tetapi nggak ada satu pun yang menjawab salam-nya.
"Assalamualaikum Pak Rt.... Assalamualaikum! " Sambil mengetuk daun pintu.
Untuk ketiga kalinya tak satu pun orang yang keluar rumah. Halal segera mengambil inisiatif dan kembali ke rumah, ia segera memapah Ayah dan memasukannya ke dalam gerobak milik-nya yang biasa dia gunakan untuk mengangkut barang bekas.
"Rizkaaaaa, aku ke rumah kamu yah... "
"Yah, aku tunggu!! "
Terpaksa Ayah dan Ibu Maridah disatukan dalam gerobak, mereka berdua mendorong untuk segera sampai di rumah sakit.
Sesampainya mereka menempuh perjalanan panjang, di terima petugas medis dan amat menyangkan ketika mereka membawa orang tua dengan gerobak.
"Kenapa nggak hubungi kami, dan biar dibawakan ambulance."
"Bukannya ambulance itu bayar yah Sus?!" Tanya Halal.
"Gratis kok. "
"Yah maaf kami kurang paham informasi itu, dan memang keadaan kami panik harus membawa kedua orang tua kami ke rumah sakit." Jawab Rizka.
Petugas medis segera menangani kedua-nya, mereka langsung dibawa ke ruang IGD.
kalo kita pandai bersyukur,apapun yg Alloh kasih,akan terasa nikmat
kefakiran tidak menjadikan kalian kufur nikmat
Rizk & iskandar🥰🥰