Seorang Nona Muda tiba-tiba terbangun dalam tubuh anak seorang pembantu dan sopir. Langsung menghabiskan satu malam dengan seorang tuan muda yang membuatnya dikejar-kejar oleh pria itu.
Dari anak pembantu yang biasanya tidak tahu apa-apa dan hanya menurut saja jika disuruh, tiba-tiba berubah menjadi sangat arogan dan sulit dikendalikan.
Kepintaran dan kecerdikannya membuat para majikannya harus memutar otak untuk menghadapi perempuan yang tiba-tiba mengancam posisi dan bisnis mereka.
"Kita harus melakukan sesuatu Bu, atau perempuan itu akan melindas kita semua!"
Semua orang panik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Vanessa bertemu Iwan di hotel
Jayanti dan Danu yang dirangkul oleh Vanessa kini melangkah dengan kikuk memasuki hotel.
"Kau sudah membelikan kami pakaian bagus sehingga bisa berpakaian seperti orang kaya, tapi kalau masih masuk ke hotel seperti ini, Ibu rasa ini terlalu berlebihan," ucap Jayanti yang seumur hidupnya belum pernah pergi ke hotel, apalagi hotel mewah yang mereka tempati saat ini.
"Aku dengar banyak orang kaya menikah di sini, jadi makanan di sini pasti sangat enak. Ada restoran di lantai paling atas, Ayo kita ke sana," kata Vanessa sambil tersenyum.
"Aduh putriku, sebaiknya kita makan di pinggir jalan saja, itu lebih murah dan juga sangat enak. Ayah pernah dengar kalau makanan di hotel sebenarnya tidak terlalu enak namun harganya dan tempat makannya saja yang dibayar mahal," ucap Danu sambil melihat sekelilingnya, tampak orang-orang lalu lalang dengan pakaian yang begitu mewah dan menggunakan perhiasan-perhiasan yang terlihat sangat mahal.
Mereka yang hanya keluarga pembantu dan sopir tidak mungkin cocok dengan tempat seperti itu meski sekarang mereka menggunakan pakaian yang sama dengan yang dipakai orang-orang itu.
"Pokoknya kita akan mencoba makanan di sini!" Tegas Vanessa menarik dua orang itu memasuki lift dan menekan tombol paling bawah.
Selama beberapa saat mereka berdiri dalam lift, beberapa orang memasuki lift tersebut dan berdiri di hadapan mereka.
Seorang perempuan berkata, "aku dengar hari ini Iwan akan menikah di hotel ini loh."
"Di mana kau mendengarnya?" Tanya perempuan yang lain.
"Aku tidak sengaja berpapasan dengan tamu undangan mereka tapi salah satu tamu undangan mengatakan kalau perempuan yang dinikahinya itu adalah perempuan yang merupakan anak pembantu dan sopir. Tapi--"
"Ha ha ha..."
"Ha ha ha..."
Para perempuan di sana langsung tertawa terbahak-bahak.
"Itu tidak mungkin! Orang seperti Iwan menikahi anak pembantu dan sopir? Kau pikir aku ini anak-anak bisa percaya lelucon konyol seperti itu?" Seorang perempuan menggelengkan kepalanya dengan rasa tak percayanya.
"Aku 'kan hanya mendengarnya dan menyampaikannya pada kalian bukan berar--"
"Kau jelas tahu kalau itu tidak mungkin, jadi tidak usah menyampaikannya pada kami. Ngomong-ngomong katanya steik di sini sangat enak loh, Ayo kita coba nanti dan,,, minuman apa namanya yang baru dikeluarkan itu?" seorang perempuan tampak berpikir mengingat jenis minuman yang pernah diceritakan temannya.
"Kau gila? Jangan-jangan yang kau maksud itu anggur? Itu anggur khusus dari Amerika, harganya tidak murah, bahkan harga 1 botolnya bisa membeli sebuah rumah!" Tegas salah seorang perempuan sambil menggelengkan kepalanya, tentunya mereka tidak akan menghabiskan uang sebanyak itu untuk satu kali makan.
Hanya orang-orang sultan yang biasa melakukan hal seperti itu.
"Hahh... Itu benar, katanya anggurnya seharga rumah mewah. Kalau seandainya aku menikah dengan Iwan, maka aku bisa membeli anggur seperti itu setiap hari," kata perempuan yang lain sambil menghela nafas.
Maka mereka semua tiba di restoran lantai atas hotel tersebut dan saat semuanya sudah keluar lift, Jayanti menarik putrinya ke sudut.
"Minuman di sini saja harganya sama dengan harga rumah mewah,, sebaiknya kita pulang saja," ucap Jayanti yang tidak bisa menghabiskan uang putrinya dalam sekejap saja.
Danu menganggukkan kepalanya, "itu benar, Ayo kita pulang saja. Gunakan uang itu untuk membuka usaha atau apapun itu, yang penting tidak menggunakannya untuk membeli makanan yang pada akhirnya berakhir di kloset!" Ucap Danu.
Vanessa menahan nafasnya, ia berusaha menarik semua energi positif yang ada di sekitarnya agar kuat menghadapi dua orang miskin yang kini menjadi ayah dan ibunya.
'Aku pikir begitu sulit menghadapi nenek dari keluarga kaya raya tapi ternyata lebih sulit menghadapi orang miskin yang baru menjadi kaya raya di masa tuanya,' ucap Vanessa dalam hati sebelum berusaha tersenyum menatap dua orang dihadapannya.
"Kalau kalian tidak mau, maka kembalilah sendiri, biar aku sendiri yang menikmatinya," ucap Vanessa yang jelas tahu kalau dua orang disana tidak akan bisa pulang tanpanya.
Maka Vanessa melangkahkan kakinya memasuki restoran mewah di hadapannya.
Jayanti dan suaminya berpandangan satu sama lain, mereka bahkan tidak tahu cara menggunakan lift, Jadi bagaimana bisa mereka kembali?
"Kita ikuti saja, takutnya Dia tersesat saat pulang nanti," ucap Jayanti sambil berlari menyusul putrinya membuat Danu akhirnya ikut menyusul 2 perempuan itu.
Mereka kemudian mendapatkan tempat duduk di dekat jendela dan Vanessa mengeluarkan ponselnya sambil mengambil gambar dua orang di hadapannya, tak lupa pula sudut pandang pemandangan kota diambil secara bersamaan.
Cekrek!
Setelah selesai mendapatkan gambar, Vanessa langsung mengunggahnya di sebuah akun media sosial yang baru dia buat beberapa hari yang lalu.
Seorang pelayan pun datang menghampiri mereka dan menyerahkan buku menu yang tersedia di tempat mereka.
Masing-masing orang mendapatkan satu buku dan mata Jayanti serta Danu terbelalak sempurna saat mereka Melihat harga pada makanan yang tertera di sana.
Semua makanan ditulis dalam bahasa Inggris, sehingga mereka tidak mengerti membacanya namun tentu saja nilai rupiah yang ada di sebelah kanan bisa dibaca oleh mereka.
"Aku akan memesankan untuk ayah dan ibu," ucap Vanesa.
"Vanessa, ibu rasa kita pulang saja, makanan di sini terlalu mahal, uang kita tidak mungkin cukup," kata Jayanti dengan suara yang pelan membuat sang pelayan di sana mengerutkan keningnya.
'Kenapa mereka datang kemari kalau tidak punya uang?' ucap sang pelayan dalam hati sambil menghela nafas.
Vanessa pun bisa mendengar helaan nafas yang kasar itu hingga Vanessa menatap sang pelayan sambil mengerutkan keningnya, "Kenapa kau menghela nafas di depan kami? Apakah seperti ini pelayan profesional di tempat ini?" Tanya Vanessa tidak senang.
Sang pelayan yang menyadari kesalahannya langsung berkata "Saya minta maaf, tetapi jika anda tidak memiliki uang untuk makan di sini, pintu keluar ada di sebelah sana."
"Apa?" Vanessa sangat terkejut dengan ucapan lancang pelayan di hadapannya, "sekarang juga panggilkan manajermu kemari!" Tegas Vanessa dengan suara yang lantang membuat semua orang menatap ke arah mereka.
Sang pelayan pun terkejut, dia tak menyangka Vanessa berani berbicara seperti itu, padahal dia pikir keluarga itu hanyalah keluarga miskin yang berusaha berpura-pura sebagai orang kaya dan tidak mungkin memiliki keberanian untuk mencari masalah di tempat seperti itu.
"Tolong pelan-kan suara Anda, saya hanya memberikan arahan yang sesuai untuk Anda jika tidak memiliki uang untuk membayar makanan di sini!" Kata Sang pelayan masih dengan suara yang begitu tenang dan memelankan suaranya agar tidak didengar oleh banyak orang, namun orang-orang yang dekat dengan meja tempat Vanessa dan keluarganya berada bisa mendengar ucapan pelayan itu.
"Ck,," Vanessa tersenyum konyol, seumur hidupnya Ini pertama kalinya dia diperlakukan seperti itu, sehingga Vanessa tidak tahan untuk kembali berbicara.
Namun sebelum dia berbicara, lengannya terlebih dahulu ditarik oleh Jayanti yang saat itu telah berdiri bersama Danu dengan wajah cemas menatap Putri mereka.
"Putriku, sebaiknya kita--" Jayanti menghentikan ucapannya saat tangan Vanessa terangkat.
"Bisakah Ibu dan Ayah diam sebentar? Pelayan ini baru saja merendahkan keluarga kita!" Tegas Vanessa sebelum berbalik menatap sang pelayan, "cepat panggilkan manajermu kemari sekarang juga!" Perintah Vanessa.
Seorang yang pelayan yang melayani tamu lain mendengar ucapan Vanessa, ia langsung berlari memasuki ruangan staf dan menemui manajernya yang sedang memeriksa pekerjaan para koki.
"Manager, ada keributan terjadi di luar, dan salah satu pelanggan kita mencari anda," ucap pelayan tersebut membuat sang Manager dengan cepat melangkah keluar ruang staf untuk memeriksa Apa yang terjadi.
Begitu tiba di luar, ia mendapati salah seorang pelayannya sedang berbicara pada Vanessa, "anda tidak boleh seperti ini, Ini adalah tempat yang mahal dan eksklusif untuk didatangi oleh orang-orang. Banyak orang penting yang sedang duduk di sini, Jadi mohon menjaga ketenangan an--"
"Aku bilang panggilkan manajermu!" Geram Vanessa kini tidak tahan lagi melihat pelayan di hadapannya yang terus berbicara omong kosong untuk merendahkan mereka.
Pada saat itu juga, sang manajer akhirnya muncul, "saya mohon maaf atas kejadian ini, Apakah ada yang bisa saya bantu?" Tanya sang manager sambil memberi kode pada pelayan di sampingnya agar segera undur diri.
Maka pelayan itu berbalik dengan kesal untuk pergi, namun Vanessa tidak bisa membiarkannya, dia dengan cepat berkata, "pelayanmu itu baru saja menghina keluargaku sebagai keluarga miskin. Katanya kami tidak mampu membayar makanan di sini! Bagaimana kau akan menangani sikapnya yang lancang itu?"
Sang pelayan menghentikan langkahnya, ia berbalik menatap Vanessa dengan tatapan tajamnya.
"Lihat cara dia menatapku," ucap Vanessa membuat sang Manager sangat terkejut.
"Cepat minta maaf padanya!" Tegas sang Manager membuat sang pelayan terkejut.
"Manager, tadi perempuan itu bilang mereka tidak mampu membayar harga makanan di sini, jadi saya dengan sopan menunjukkan jalan keluar untuk mereka. Takutnya mereka memesan makanan dan membuat kita mengalami kerugian saat mereka tidak mampu membayarnya," ucap sang pelayan Tentu saja tidak mau kalah pada Vanessa.
"Apa?" Sang Manager mengurutkan keningnya, pelayan yang ada di sampingnya adalah pelayan terfavorit di tempat itu dan salah satu pelayan yang bekerja dengan sangat baik di restoran mereka. Jadi sang Manager sedikit mempertimbangkan ucapan pelayan itu sehingga dia berbalik menatap Vanessa dan melihat penampilan ketiga orang di sana.
Ketiganya menggunakan pakaian-pakaian mewah dan juga beberapa perhiasan mewah di tubuh mereka, namun saat melihat bagaimana Jayanti dan Danu tampak sangat cemas dan gelisah, maka sang Manager menghela nafas.
"Kalau benar apa yang dikatakan oleh bawahanku, maka Tolong segera keluar dari tempat ini tanpa membuat keributan. Bagaimanapun, kami berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik hanya kepada orang-orang yang mampu membeli di restoran Kami," ucap Sang manager.
"Kau baru saja bilang apa?!" Tiba-tiba sebuah suara dari belakang membuat semua orang terkejut dan menoleh ke sumber suara.
"Iwan? Bukankah itu Iwan?"
"Aku dengar dia menikah di hotel ini, tapi bagaimana bisa dia di sini?"
Vanessa pun terkejut melihat Iwan, dia tak menyangka akan kembali bertemu dengan pria yang telah menghabiskan satu malam dengannya.
"Tuan," sang Manager yang kebingungan langsung berlari menghampiri Iwan.
Sang pelayan pun tersenyum mengejek Vanessa, 'Mampus kalian,' ucap sang pelayan dalam hati yang berpikir Iwan marah karena ketenangannya di ganggu oleh Vanessa dan keluarganya.