NovelToon NovelToon
Cinta Dan Tawa Di Kota : Kisah Perempuan Tangguh

Cinta Dan Tawa Di Kota : Kisah Perempuan Tangguh

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Slice of Life
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: xy orynthius

Tara Azhara Putri Mahendra—biasa dipanggil Tara—adalah seorang wanita muda yang menjalani hidupnya di jantung kota metropolitan. Sebagai seorang event planner, Tara adalah sosok yang tidak pernah lepas dari kesibukan dan tantangan, tetapi dia selalu berhasil melewati hari-harinya dengan tawa dan keceriaan. Dikenal sebagai "Cewek Tangguh," Tara memiliki semangat pantang menyerah, kepribadian yang kuat, dan selera humor yang mampu menghidupkan suasana di mana pun dia berada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 7

Setelah malam yang panjang dan penuh kejutan, pagi harinya Tara terbangun dengan kepala yang terasa berat. Kecemasan tentang proyek rahasia itu terus menggerogoti pikirannya. Dia merasa seperti ada sesuatu yang lebih besar yang sedang disembunyikan di balik semua ini, dan dia bertekad untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi sebelum itu, dia harus menyiapkan dirinya untuk hari yang panjang di kampus.

Setelah bersiap-siap, Tara memutuskan untuk berjalan kaki ke kampus, berharap udara pagi yang segar bisa sedikit meredakan pikirannya yang kacau. Dia berusaha mengalihkan pikirannya dengan memperhatikan sekitar, melihat para pedagang kaki lima yang mulai menyiapkan dagangan mereka, orang-orang yang bergegas menuju tempat kerja, dan mahasiswa-mahasiswa lain yang tampak setengah sadar saat berjalan menuju kampus.

Sesampainya di kampus, Tara langsung menuju ke ruang kelas di mana dia tahu akan bertemu dengan Adrian. Meskipun masih pagi, kampus sudah mulai ramai dengan aktivitas para mahasiswa. Tara mempercepat langkahnya, menyusuri koridor yang sudah akrab di matanya. Dia merasa bahwa setiap orang yang dia temui bisa saja mengetahui sesuatu yang dia tidak tahu, dan perasaan itu membuatnya semakin gelisah.

Setelah sampai di ruang kelas, Tara menemukan Adrian sudah duduk di bangku paling belakang, seperti biasa. Begitu melihat Tara masuk, Adrian langsung memberikan isyarat dengan anggukan kepala, mengajaknya duduk di sebelahnya.

“Gimana tidur lo semalem?” tanya Adrian begitu Tara duduk di sebelahnya.

Tara hanya mengangkat bahu. “Susah tidur. Gue nggak bisa berhenti mikirin proyek itu, Ad. Gue yakin ada sesuatu yang nggak beres.”

Adrian mengangguk. “Gue juga nggak bisa berhenti mikirin. Makanya, gue coba cari-cari info lagi. Ternyata, proyek itu udah berjalan lebih lama dari yang kita kira. Ada beberapa rumor yang bilang kalau itu bukan proyek biasa.”

Tara menatap Adrian dengan mata terbelalak. “Serius, Ad? Lo dapet dari mana info itu?”

“Gue dapet dari forum-forum underground di internet. Ada beberapa orang yang bilang kalau proyek itu melibatkan teknologi yang nggak biasa, sesuatu yang bisa ngubah cara kita ngeliat dunia.”

Tara merasakan bulu kuduknya meremang. “Teknologi apa maksud lo?”

Adrian menunduk, seolah ragu untuk melanjutkan. “Gue nggak tau pasti, Tar. Tapi dari apa yang gue baca, sepertinya proyek itu nggak cuma tentang penelitian biasa. Ada elemen yang... gimana ya, nggak masuk akal. Sesuatu yang lebih mirip fiksi ilmiah daripada kenyataan.”

Tara terdiam sejenak, mencerna apa yang baru saja dikatakan Adrian. Ini semua terdengar terlalu gila, tapi di sisi lain, dia tahu bahwa terkadang kenyataan bisa lebih aneh daripada fiksi. “Jadi, apa rencana lo selanjutnya?” tanya Tara akhirnya.

Adrian tersenyum tipis. “Kita harus masuk ke sana, Tar. Kita harus lihat sendiri apa yang mereka sembunyiin.”

“Lo gila, Ad? Kita bisa ketangkep!” Tara nyaris berbisik karena takut didengar orang lain.

“Ada risiko, gue tau,” Adrian mengakui. “Tapi kalau kita nggak coba, kita nggak akan pernah tau apa yang sebenarnya terjadi. Lagian, ini kesempatan kita buat ngungkap sesuatu yang mungkin bisa ngerubah banyak hal.”

Tara menghela napas panjang. Dia tahu bahwa Adrian benar, tapi rasa takutnya masih ada. “Kapan lo mau lakuin ini?”

“Malam ini,” jawab Adrian tanpa ragu. “Gue udah siapin semuanya. Gue cuma butuh lo buat bantuin gue, Tar.”

Tara menatap Adrian dalam-dalam, mencoba mencari tahu apakah dia benar-benar serius. Tapi dia tahu jawabannya tanpa harus bertanya. Adrian bukan tipe orang yang akan menarik diri setelah memutuskan sesuatu.

“Baiklah,” kata Tara akhirnya. “Gue ikut. Tapi kita harus hati-hati banget, Ad.”

Adrian tersenyum lega. “Gue janji, kita akan lakuin ini seaman mungkin. Tapi gue yakin kita bisa ngelakuin ini, Tar.”

Selama sisa hari itu, Tara dan Adrian berusaha untuk bertindak normal di kelas, meskipun pikiran mereka penuh dengan rencana untuk malam nanti. Tara hampir tidak bisa fokus pada materi yang disampaikan dosen, dan Adrian pun tampak gelisah, sering kali melamun sambil mencoret-coret buku catatannya.

Ketika akhirnya kelas berakhir, mereka kembali ke tempat pertemuan mereka di taman kampus. Sambil duduk di bangku yang sudah menjadi markas kecil mereka, mereka membicarakan rencana malam nanti dengan lebih rinci.

“Gue udah cek lokasi kemarin,” kata Adrian sambil mengeluarkan peta kecil dari ranselnya. “Ada jalan masuk di samping gedung utama yang biasanya nggak terlalu diawasi. Dari sana, kita bisa masuk ke dalam tanpa terlalu banyak perhatian.”

Tara memeriksa peta itu dengan seksama. “Kalau kita bisa masuk tanpa ketahuan, gimana caranya kita bisa sampai ke tempat yang kita tuju?”

“Gue dapet info dari orang dalam,” kata Adrian pelan. “Ada ruangan di lantai bawah yang katanya digunakan untuk penyimpanan, tapi sebenarnya itu pintu masuk ke lab rahasia mereka. Kita harus cari jalan ke sana.”

Tara mengangguk. “Oke. Kita butuh sesuatu buat nyatet bukti yang kita temuin. Gue punya kamera kecil yang bisa kita pake buat ngerekam.”

“Bagus,” jawab Adrian sambil tersenyum. “Dengan itu, kita bisa dapet bukti yang cukup buat ngungkap apa yang sebenarnya terjadi di sana.”

Setelah semua rencana disusun dengan matang, mereka berdua berpisah untuk sementara waktu, masing-masing mempersiapkan diri untuk malam yang panjang dan penuh bahaya. Tara pulang ke apartemennya dengan perasaan campur aduk, antara takut dan penasaran, tapi juga dengan tekad yang semakin kuat untuk mencari tahu kebenaran.

Malamnya, setelah memastikan bahwa semua persiapan sudah siap, Tara keluar dari apartemennya dan berjalan menuju tempat pertemuan. Langit malam itu gelap, hanya sedikit bintang yang terlihat, seolah-olah malam itu tahu bahwa ada sesuatu yang penting akan terjadi.

Di titik pertemuan, Adrian sudah menunggu dengan wajah serius. Mereka tidak butuh banyak kata-kata untuk memahami apa yang harus dilakukan. Dengan senyap, mereka bergerak menuju gedung tua di pinggiran kota yang menjadi tujuan mereka.

Tara merasa jantungnya berdebar semakin kencang ketika mereka semakin mendekati gedung itu. Suara langkah mereka terdengar menggema di telinganya, meskipun sebenarnya mereka bergerak dengan sangat hati-hati.

Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, mereka tiba di depan gedung. Seperti yang Adrian katakan, ada jalan masuk samping yang terlihat sepi. Adrian dengan cepat memeriksa sekeliling sebelum mereka menyelinap masuk.

Di dalam gedung, suasana terasa lebih tegang. Lorong-lorongnya gelap dan dingin, dengan hanya sedikit cahaya yang menyelinap dari jendela-jendela kecil di atas. Mereka bergerak perlahan, mengikuti peta yang Adrian bawa.

Ketika akhirnya mereka sampai di lantai bawah, mereka menemukan ruangan yang disebutkan Adrian. Pintu ruangan itu terkunci, tetapi Adrian berhasil membukanya dengan beberapa alat yang dia bawa.

Di dalam, mereka menemukan ruangan yang tampak seperti penyimpanan biasa, tetapi dengan sedikit pencarian, mereka menemukan pintu rahasia yang tersembunyi di balik rak besar.

“Ini dia,” bisik Adrian dengan mata berbinar. “Kita hampir sampai.”

Dengan hati-hati, mereka membuka pintu rahasia itu, dan di baliknya, mereka menemukan lorong yang gelap dan panjang. Tara bisa merasakan bulu kuduknya berdiri ketika mereka melangkah masuk ke dalamnya. Ini adalah titik di mana semuanya bisa berubah.

Namun, meskipun ketakutan itu nyata, Tara tahu bahwa mereka harus terus maju. Mereka tidak bisa berhenti sekarang. Di ujung lorong itu, kebenaran sedang menunggu untuk ditemukan.

1
·Laius Wytte🔮·
Pengalaman yang luar biasa! 🌟
Kei Kurono
Mantap! Bukan cuma ceritanya, bagus dalam segala hal.
<|^BeLly^|>
Nggak sia-sia baca ini. 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!