Semoga kisah nikah dadakan Atun Kumal dekil, dan Abdul kere menang judi 200 juta ini menghibur para readers sekalian...🥰🥰🥰
Happy reading....!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Uang Abdul membuat curiga
Abdul tampak sedikit gelagapan mendengar pertanyaan Atun. tapi kemudian ia tersenyum kepada istrinya itu.
"Mas bisa beli mobil, mahal banget." sambung Atun lagi tampak berpikir.
"Wes lah Tun, kamu tidak perlu memikirkan dari mana aku mendapatkan uang. Yang pasti aku tidak mencuri apalagi merampok. Uang itu murni milikku, dan aku beruntung mendapatkannya di saat aku putus asa memikirkan bagaimana caranya agar bisa menikahi kamu." jawab Abdul menggenggam tangan Atun dan mengelusnya.
"Aku cuma pingin tahu Mas." jawab Atun lembut, meskipun lega mendengar bahwa uang Abdul itu bukan hasil mencuri atau sebagainya, namun masih penasaran juga.
"Besok kita pulang ke rumah saja, aku tahu di sini kamu tidak nyaman. Lagipula, aku yakin emakmu sudah tahu bahwa kita sudah menikah. Jadi kita tidak perlu bersembunyi lagi."
"Iya Mas." Atun mengangguk saja, mendapatkan perlakuan hangat begitu membuatnya sangat bahagia.
Menatap wajah hitam manis dengan kumis tipis di hadapannya itu membuatnya tersenyum. Setiap pagi Abdul menggodanya, setiap pagi pula Atun gregetan dan kesal kepada Abdul. Malah sekarang ia menjadi istrinya. Jodoh memang rahasia Allah yang siapapun tidak bisa menebaknya.
"Mas sayang sekali sama kamu Tun." bisik Abdul semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Atun.
Atun tersenyum lembut menanggapinya, ia tahu Abdul sedang ingin mengambil haknya malam ini juga.
"Mas." bisik Atun menahan dada Abdul dengan tangannya.
"Kenapa?" tanya Abdul mengernyitkan keningnya.
"Emak enggak pulang?" tanya Atun.
"Enggak, palingan dia sedang belanja bersama Linda. Tadi udah ku kasih uang. Pasti mereka pulang malam dan menginap di rumah Linda karena kecapean." jawab Abdul masih pada posisinya, sementara Atun masih meringis, tersenyum ragu.
"Nggak ada yang akan mengganggu kita Tun." ucap Abdul lagi, pria itu meyakinkan Atun yang pastinya takut kepada emaknya yang suka marah-marah.
Pada akhirnya, dua orang pengantin baru itu menghabiskan malam panjang nan sunyi itu dengan penuh kehangatan.
Hujan rintik mulai turun perlahan menambah syahdu suasana remang di kamar mereka. Bahkan semakin larut semakin deras pula hujan membasahi bumi. Seperti cinta Abdul yang membasahi jiwa Atun yang kering kerontang tak pernah mengecap yang namanya bahagia.
...***...
Ketika ayam lelah berkokok, sudah dipastikan matahari sudah meninggi, makhluk Tuhan bernama Jago itu seolah enggan menebar pesonanya ketika sang betina sudah kenyang. Tentu saja dia sudah lelah merayu, terlebih lagi para manusia sudah sibuk berlalu lalang dengan aktivitas masing-masing. Berkokok pun tak ada yang memperhatikannya lagi.
"Mar, bantuin Ibu!"
Bu Lilis sedang sibuk mengemas bawang merah yang sudah di bersihkan ke dalam kardus bekas air mineral, ia sedang menyiapkan pengiriman barang kepada para langganannya.
"Sini Bu, biar Arini saja." Anak sulung Bu Lilis itu sedang libur bekerja jika hari Sabtu dan Minggu. Arini bekerja di kantor kecamatan.
"Adikmu kemana? Wong biasanya dia bantuin Ibu, kok sekarang malesan." gerutu Bu Lilis sambil mengikat kardus-kardus nya dengan tali plastik.
"Ada Bu, lagi duduk dikamarnya." jawab Arini.
"Masak iya Marina tidak punya teman lain selain Atun." gumam Bu Lilis lagi.
"Apa sih Mak, kok bahas-bahas Atun segala." sahut Marina yang baru saja keluar mendengar ibunya mengomel.
"Ya memang bener, kamu tidak punya temen selain Atun. Tapi mbok ya main sama temen yang lain." lanjut Bu Lilis kepada anaknya yang tampak manyun.
"Emangnya Atun kemana?" Arini bertanya, ia menatap ibunya, juga Marina.
"Atun kabur sama Abdul, katanya mau kawin." jawab Bu Lilis.
"Serius Bu? Abdul yang rumahnya di gang depan itu?" tanya Arini, menunjuk gang yang sedikit terlihat dari depan rumahnya.
"Iya. Tanya aja adikmu, dia yang menjadi saksi kaburnya Atun dan Abdul." ucap Bu Lilis, membuat Arini melongo,masih tak percaya.
"Apaan sih Mak, enggak begitu juga." gerutu Marina.
"Lha, kan itu sebabnya si Rodiah gila itu datang mengamuk." kesal Bu Lilis, mengingat kejadian beberapa hari lalu dia main jambak-jambakan sama Emaknya Atun.
"Beneran Dek?" tanya Arini kepada Marina.
"Iya." jawab Marina singkat.
"Lho, kok bisa?" gumam Arini berpikir sejenak.
"Ya bisa dong Mbak. Kan Abdul memang suka sama Atun sejak lama. Hanya saja Atun tidak suka. Tapi ya mau bagaimana lagi, daripada kawin sama pak Sukma mending sama Abdul. Selain masih bujang, ya lumayan sekarang Abdul enggak jelek-jelek amat, dia merubah style-nya agar terlihat keren. Dan itu memang berpengaruh sekali di mata kaum hawa. Tidak terkecuali pada mata Atun." jelas Marina kemudian tertawa.
"Ya iya, wong kalau punya duit semuanya bisa. Coba kalau tidak punya duit, mau beli baju aja sulit. Semuanya butuh duit rek!" sahut Arini masih sibuk mengikat kardus-kardus bawang merah.
"Iya juga sih." Marina mengangguk-angguk, sejenak kemudian berpikir.
"Duit darimana? Orang dia cuma pengangguran." sahut Bu Lilis dengan suara nyaring.
"Ndak tahu." jawab Arini tak mau pusing membahas Abdul.
"Tapi kemarin itu dia juga bawa mobil Mbak, dia minggat sama Atun naik mobil, dan Mas Abdul yang nyetir mobilnya." lanjut Marina, tidak mau pembahasan tentang Abdul selesai begitu saja.
"Minjem kali." lagi-lagi Arini hanya menjawab asal.
"Ya nggak mungkin lah Mbak, Aku hafal semua warna dan BG mobil orang-orang kampung sini, nggak ada yang seperti itu kok." Marina semakin berpikir keras, dia memikirkan sahabatnya, juga Abdul yang membuat Marina penasaran sekaligus curiga.
"Niat banget kamu menghafal semua BG mobil orang-orang kampung sini. Buat apa coba, bikin ruwet kepala aja." Arini menggeleng.
"Kayaknya, ada sesuatu yang tidak aku ketahui tentang Mas Abdul. Masak iya, laki-laki kucel dan kere itu kaya mendadak. Emaknya juga tidak kaya, malahan ikut anaknya yang bekerja di kantor kelurahan itu." gumam Marina, dia benar-benar merasa penasaran.
"Wes lah, bukan urusan kamu. Si Abdul itu suaminya Atun bukan suami kamu." kesal Arini melihat adiknya yang kembali bengong memikirkan Atun dan Atun lagi.
"Suami?" Marina menatap Arini, mencerna ucapan kakaknya.
"Lha iya, pastinya mereka sudah menikah. Kan udah beberapa hari Mar. bukannya kamu sendiri yang bilang mereka mau menikah? Kawin lari begitu." jawab Arini jengah.
"Heheh." Marina nyengir kuda.
"Kayaknya aku harus cari tahu sendiri." gumamnya, kemudian mengganti sendalnya dengan sepatu dan meninggalkan rumahnya tanpa pamit.
"Heh, Mar! Mau kemana?" teriak Bu Lilis.
"Mau kerumah Atun Bu." jawabnya setengah berteriak, langkahnya sudah menjauh menuju gang di depan rumahnya.
"Bocah gemblung. Ngapain ke rumah Atun, wong atunnya enggak ada." kesal Bu Lilis, menggeleng menatap punggung anaknya, pergi terburu-buru.
seumur hidup itu terlalu lama untuk mendampingi org yg kecanduan judi ..sudah dihancurkan kenyataan jgn lah meninggikan harapan mu Tun 😌😌
Dibalik lelaki yg sukses ,ada wanita yg terkedjoet dibelakang nya..sukses dah si Abdul bikin kejutan buat emak nya sama kamu Tun..dan tunggu aja akan ada kejutan lain nya /Pooh-pooh//Pooh-pooh/
judul nya ganti Istri Ayahku ternyata Ibuku,dan Ayahku ternyata Laki Laki 🙀😿
orang kaya emang suka begitu, lagunya tengil..kek duit nya halal aja ( kasino warkop )