NovelToon NovelToon
Aku Wanita Pendukung Di Era 70

Aku Wanita Pendukung Di Era 70

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Sistem
Popularitas:19.3k
Nilai: 5
Nama Author: samsuryati

menurutmu apa yang akan terjadi jika aku tau, dirimu hanya seorang wanita pendukung dalam sebuah kisah cinta yang fenomenal.

mungkin seseorang akan memiliki beberapa pendapat berbeda tapi bagi wanwan dia akan menjauhkan diri dari pahlawan dan pergi sejauh mungkin.
Hanya saja semakin dia jauh maka pahlawan pria semakin dekat dan..

Pahlawan pria baru akan mendekat.

Ada jari emas tapi hampir tidak berguna.

ini karena dia hanya lah sosok peran pendukung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19

Siang hari di ladang terasa panas, tapi para wanita desa tetap bekerja dengan semangat, mencabut rumput liar dan menggemburkan tanah dengan cangkul. Meski sibuk dengan tugas mereka, pembicaraan tentang nyanyian Wanwan semalam masih menjadi topik utama di antara para pekerja.

“Benar-benar tidak percaya,” kata seorang wanita paruh baya sambil mengusap keringat di dahinya. “Wanwan ya? Tidak kusangka, suaranya begitu merdu. Seperti penyanyi yang sering kita dengar di radio!”

“Benar! Malam itu suaranya membuat bulu kudukku merinding,” sahut menantu perempuan dari keluarga lain, yang mengangkat cangkulnya dengan antusias. Padahal dia sendiri tidak ada tadi malam . anaknya sendiri dibawa oleh Ibu mertuanya untuk mendengar nyanyian wanwan. Tapi anaknya kembali dengan cerita yang mengabarkan kisah itu dan sekarang dia kembali menceritakan seolah-olah dia sendiri mendengarnya.

“Aku sampai berpikir, kalau Wanwan berada di kota, dia pasti sudah jadi penyanyi terkenal!” Kata nya lagi.

Wanita-wanita di sekitarnya tertawa sambil melanjutkan pekerjaan mereka. Suara cangkul yang menggemburkan tanah dan tangan yang mencabut rumput bergantian dengan tawa dan canda yang menghiasi siang yang panas itu.

“siapa sangka gadis kita juga bisa punya suara seindah itu, aku seperti pergi ke pertunjukan besar lho?” kata salah seorang wanita sambil tersenyum. “Kita biasanya hanya dengar suara-suara seperti itu dari televisi atau radio. Tapi sekarang, kita punya penyanyi di desa kita sendiri!”

 Beberapa orang yang tadinya sudah berencana untuk pulang dan makan di rumah kini berhenti sejenak ketika mereka mendengar tentang pembicaraan mengenai Wanwan. Nenek Han, yang awalnya ingin pulang untuk makan siang, tiba-tiba dikelilingi oleh beberapa wanita seumuran yang datang dengan senyum penuh kekaguman.

“Aih, nyonya Han,” ujar seorang wanita tua sambil mendekat, “ kau benar-benar beruntung punya cucu seperti Wanwan. Suaranya itu, kalau saya tak salah dengar,bisa menyaingi penyanyi yang sering kami lihat di televisi ketika ada acara hiburan.”

Nenek Han tersenyum tipis, wajahnya sedikit memerah mendengar pujian itu. Sejak dia menikah di bendera merah ini belum pernah dia menerima pujian seperti sekarang. Jadi bayangkan saja bagaimana bahagianya dia saat ini.

 Awalnya, dia selalu meremehkan Wanwan, berpikir bahwa cucu perempuannya itu tidak berguna dan hanya menyia-nyiakan makanan di rumah. Namun mendengar pujian tentang nyanyian Wanwan dari begitu banyak orang, hatinya mulai terasa hangat. Ini pertama kalinya dia merasa bangga akan cucu perempuannya sendiri.

“Ah, kalian ini terlalu memuji,” Nenek Han merendah, tapi jelas ada nada bangga di balik senyumnya. “Wanwan hanya iseng bernyanyi. Lagipula, dia memang suka bernyanyi sejak kecil, tapi aku tak pernah menyangka suaranya bisa membuat orang-orang begitu terkesan.”

Kakek Han yang duduk tidak jauh darinya, hanya tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala. Padahal jika dipikir lagi dia tidak pernah memuji satu orang pun di dalam keluarganya terlebih lagi jika ini adalah cucu perempuan. Tapi sekali-sekali apa salahnya membanggakan diri sendiri.“Cucuku memang tidak buruk,” ujarnya dengan nada tenang, meskipun hatinya juga merasa bangga. “Siapa yang menyangka, ya?"

Wanita wanita tua itu tertawa kecil, dan salah satu dari mereka berkomentar sambil setengah bercanda, “nyonya Han, mungkin nanti malam kami harus datang lagi ke sini. Siapa tahu, Wanwan akan menyanyi lagi untuk kami kan hehehe?”

Nenek Han tertawa,ia berkata, “Oh, kalian datang saja! Wanwan mungkin akan menyanyi satu atau dua lagu lagi. Lagipula, kita masih tinggal di desa yang sama, bukan? Tidak usah malu-malu untuk datang.”

Para tetangga tertawa bersama, namun mereka juga menangkap rasa antusiasme yang tiba-tiba tumbuh dari kata-kata Nenek Han itu. Setelah beberapa kata lagi pasangan tua itu kembali ke rumah dengan dada yang terangkat.

Karena wanwan, dua lansia ini merasa lebih muda 10 tahun dengan tiba-tiba.

Sementara itu orang-orang yang tadinya berbicara terus berbicara sambil berjalan. Topiknya masih sama dan ini menyangkut gadis desa mereka sendiri yang menyanyi begitu indah.

Meskipun awalnya Nenek Han hanya bercanda, tapi beberapa dari mereka mulai berpikir serius untuk datang lagi nanti malam. Wanwan ternyata benar-benar telah menjadi pusat perhatian di desa dan orang-orang mulai merasa bahwa mendengarkan nyanyiannya adalah sebuah hiburan langka yang tak boleh dilewatkan.

“Aku akan membawa bangku kecil dari rumah,” ujar salah satu tetangga sambil tertawa. “Kita bisa duduk-duduk di halaman rumah keluarga Han sambil mendengarkan nyanyian Wanwan.”

“Aku juga,” tambah yang lain. “Mungkin aku akan membawa makanan ringan ya?”

Percakapan terus berlanjut dan semakin lama, semakin banyak orang yang ikut terlibat dalam obrolan tersebut. Mereka mulai berbicara tentang apa yang akan mereka bawa,mulai dari bangku kecil, makanan ringan, hingga ada yang berencana akan membawa meja dan makan malam di halaman keluarga Han.

Ini sama sekali bukan bercanda dan ini mungkin kebiasaan warga desa ketika mereka pergi untuk menonton pertunjukan yang biasanya di adakan di desa lain.

Sama seperti ketika ada hiburan rakyat seperti layar tancap misalnya.Akan ada banyak warga yang membawa bangku kecil dan juga makan malam pribadi mereka dengan mangkuk yang masih mengepul.

Jadi ketika ada yang mengatakan mereka akan berinisiatif untuk membawa meja makan dan bersama satu keluarga untuk menyaksikan Wanwan menyanyi ,mereka tidak bercanda sama sekali.

Pada saat semua orang begitu antusias membicarakan apa yang akan mereka bawa untuk menikmati nyanyian.Kepala Desa sedang berjalan dengan Kapten Tim Produksi juga mendengar percakapan tersebut. Dia menoleh ke arah Kapten, dengan ekspresi bingung tapi juga tersenyum.

“Kau dengar itu, Kapten?” tanya Kepala Desa sambil tersenyum lebar. “Sepertinya nanti malam rumah keluarga Han akan lebih ramai daripada biasanya. Bahkan para tetangga ingin datang membawa bangku dan makanan hanya untuk mendengarkan cucu mereka bernyanyi.”

Kapten yang sebelumnya masih ragu akan cerita tentang bakat nyanyi Wanwan, hanya mengangguk pelan sambil menatap ke arah para tetangga yang sedang tertawa dan berbincang. “Sepertinya begitu, Kepala Desa,” jawabnya. “Aku sendiri masih penasaran. Gadis desa mana yang bisa bernyanyi seperti penyanyi dari departemen seni? Aku harus mendengar sendiri untuk percaya.”

Kepala Desa tertawa kecil dan menepuk pundak Kapten. “Aku juga ingin mendengar langsung, Kapten. Tapi kupikir, kita tidak bisa datang dengan tangan kosong. Sepertinya kita perlu membawa sesuatu sebagai imbalan untuk suara indah itu. Bagaimanapun juga, suara seperti itu tidak datang setiap hari di desa kita.”

Kapten tersenyum kecil tapi mulai setuju dengan Kepala Desa. “Kau benar,” katanya. “Aku akan membawa sesuatu sebagai tanda penghargaan. Mungkin makanan atau hadiah kecil. Wanwan memang pantas mendapatkan sesuatu atas bakatnya yang luar biasa.”

Pada saat semua orang sedang membicarakan masalah ini. Kelompok pemuda pendidikan juga berkumpul di bawah naungan pohon besar di tepi ladang.

Pada dasarnya tim pemuda pendidikan juga mendapatkan pekerjaan yang sama dengan warga desa dan juga dihitung dengan poin yang sama. Namun karena kesenjangan latar belakang, jarang sekali ada pemuda pendidikan yang mencoba untuk berinteraksi dengan warga desa. Mereka cenderung berkumpul sesama sendiri alih-alih ikut dengan pembicaraan warga desa seperti sekarang.

Namun begitu tidak bisa dipungkiri jika mereka juga mendengar tentang kisah ini.Hanya saja dari alam bawah sadar, mereka bahkan tidak akan pernah mengakui.Bagaimana seorang gadis desa bisa melampaui mereka dari orang-orang yang pernah tinggal di perkotaan.

Jadi mereka meremehkan wanwan sepenuhnya.

 Meski wajah mereka dipenuhi keringat, kesombongan tetap terpancar dalam setiap sikap mereka. Bagi Yuna, Ding Tao, dan Gu Mila, bekerja di desa terpencil seperti Desa Bendera Merah hanyalah hukuman dari keadaan.Mereka pada dasarnya adalah anak kota yang merasa tidak seharusnya ada di sini.

Gu Mila menyeka keringat di dahinya dengan saputangan, kemudian berkata dengan nada geli, “Hei, dengar-dengar, katanya wanwan bisa bernyanyi indah. Kalian dengar soal ini?”

Yuna yang sedang membetulkan rambutnya yang kusut, tertawa kecil sambil memutar bola matanya. "Jangan bercanda, Mila. wanwan? Bernyanyi seperti seorang penyanyi asli ? Hahaha Itu tidak mungkin. Kalau dia punya bakat seperti itu, dia pasti sudah direkrut ke departemen seni atau departemen propaganda. Bukan tinggal di tempat miskin seperti ini."

Yuna beberapa hari ini jatuh dalam kondisi terburuknya karena dia merasa dunianya sudah hancur. Tapi sekarang entah kenapa mereka semua memiliki sebuah topik sama yang bisa dibicarakan.

Yuna senang dan berharap topik ini akan mengalihkan perhatian yang lain. Karena itu tidak heran jika dia sangat antusias membicarakan permasalahan ,Apakah wanwan bisa bernyanyi atau tidak.

Ding Tao seperti yang diharapkan dia langsung mengangguk setuju, lipatan di keningnya menandakan ejekan yang tak tertahankan. "Benar sekali. Gadis desa mana bisa bersaing dengan kami yang dari kota. Tempat seperti ini tidak punya apa-apa, bahkan nyanyiannya pasti terdengar seperti kambing di pegunungan."

"Ya warga Desa bahkan tidak bisa membedakan mana suara bernyanyi dan mana suara kodok di sawah hahaha"

Hahaha...

Di tengah canda dan tawa kecil yang menghina itu, Song An hanya diam, mendengarkan sambil sedikit mengerutkan dahi. Dia sudah pernah mendengar nyanyian Wanwan.

 Sejak itu, Song An tak bisa menghilangkan suara merdu itu dari pikirannya.

Hubungannya dengan Yuna sendiri belakangan ini memang agak dingin, apalagi setelah dia tahu bahwa Yuna pernah berbohong padanya

 Kebohongan Yuna sudah semakin memperlebar jarak di antara mereka, meskipun Song An belum sepenuhnya memutuskan hubungannya dengan Yuna.

Namun seperti sebuah kaca hubungan mereka sudah mulai menunjukkan tanda-tanda akan retak.

"Bagaimana kau bisa begitu yakin, Yuna?" kata Song An akhirnya, suaranya tenang tapi tegas. “Kau belum pernah mendengarnya, kan?”

Yuna menoleh dengan cepat, matanya berkilat sejenak sebelum dia menutupi kecemburuan itu dengan senyum sinis. "Apa maksudmu? Kau percaya bahwa wanwan bisa bernyanyi seperti penyanyi kota? Atau... ada hal lain yang menarik perhatianmu?" Nada suaranya sedikit menyindir, jelas terpengaruh oleh rasa cemburu yang terpendam.

Song an adalah pacarnya, tidak mungkin song an lebih tertarik dengan gadis desa di bandingkan dengan dirinya sendiri.

Yuna segera terbakar api cemburu yang tidak kasat mata.

Song An sendiri menghela napas pendek, dia sedikit merasa terganggu dengan sikap Yuna. Song an menatap Yuna dengan mata yang lebih tenang.

Tapi sinar matanya seolah olah membuat jarak yang jelas.Ini adalah sesuatu yang Yuna juga mulai sadari meskipun dia berusaha mengabaikannya. "Aku hanya bilang, kita tidak seharusnya meremehkan seseorang tanpa tahu kenyataannya. Aku pernah mendengar suaranya dan menurutku, dia punya bakat yang luar biasa."

Reaksi Yuna sedikit tersentak mendengar hal itu. Pikirannya langsung melayang ke insiden penyelamatan di sungai itu. Apakah mungkin gadis yang menyelamatkan Song An adalah Wanwan? Pikiran ini membuat perasaan cemburu dan curiganya semakin menguat.

"Kau begitu membela gadis desa itu," Yuna menyindir, kali ini dengan nada yang lebih tajam. "Mungkin kau lebih tertarik padanya daripada aku, ya?"

Yuna yang terbakar emosi tidak sadar jika suaranya mulai meningkat dan membuat teman-temannya merasa heran.

Tapi tidak satupun di antara mereka yang ingin mencegahnya.Justru kondisinya teman-teman ini ingin melihat sebuah hiburan gratis.

Apakah pasangan ini akan bertengkar lama saling pukul atau putus?

Ini sangat layak untuk ditonton.

Di sini Song An tidak langsung menjawab. Sebagian dari dirinya merasa lelah dengan permainan ini. Lelah dengan kebohongan Yuna, tetapi di sisi lain, dia juga belum siap sepenuhnya untuk melepaskan hubungan itu. Dia adalah pria yang bertanggung jawab dan tidak mudah melupakan janji yang sudah dia buat sendiri.

 "Ini bukan tentang itu, Yuna. Aku hanya menilai seseorang berdasarkan kenyataan, bukan asal usulnya. Dan daripada kita terus bicara tanpa dasar, kenapa kita tidak pergi mendengar sendiri? Malam ini katanya Wanwan akan bernyanyi . Kita bisa melihat apakah yang mereka bilang itu benar atau hanya omong kosong."

Yuna tertawa, suaranya mengandung ejekan. "Baiklah, Song An. Jika kau begitu yakin, aku akan ikut. Aku ingin tahu apakah wanwan itu benar-benar sehebat yang kau katakan."

Gu Mila juga menambahkan dengan senyum sinis, "Ya, aku juga ingin melihat seperti apa gadis desa yang katanya bisa bernyanyi seperti penyanyi kota. Mungkin kita semua bisa belajar darinya."

Untuk bisa bernyanyi dan melakukan seni bakat seseorang tidak bisa menemukannya dan asal comot begitu saja. Semua harus dipelajari dari sejak dini mungkin itulah yang menyebabkan orang-orang berbakat selalu datang dari keluarga-keluarga yang berlatar belakang bagus.

Anda memerlukan seorang guru yang mumpuni dan juga alat-alat musik yang bagus sebelum bisa mengandalkan bakatmu untuk pergi ke departemen seni dan propaganda.

Tapi Wanwan ???

Hanya warga desa yang bisa dibodohi dengan yang katanya bakat itu.

Song an sekali lagi membela wanwan. Dia menantang semua pemuda pendidikan juga ikut melihat nyanyian dari wanwan malam ini.

Jadi semua orang langsung setuju dengan ide ini.

Apa salahnya untuk pergi melihat lelucon seorang badut desa.

Yuna di sisi lain diam sejenak, dia memalingkan wajahnya sambil merasa gelisah. Dia tidak suka bagaimana Song An terdengar membela gadis lain, apalagi gadis desa. Namun, karena gengsi, dia berkata, "Baiklah, aku juga akan ikut. Kita lihat apakah wanwan itu benar-benar punya bakat."

Di balik ejekan mereka, rasa penasaran mulai meresap dalam kelompok pemuda pendidikan itu. Song An merasa sedikit lega meskipun ketegangan antara dirinya dan Yuna belum benar-benar hilang. Dia yakin jika mereka mendengar Wanwan bernyanyi, mungkin saja pendapat mereka akan berubah.

1
Salsabila Arman
lanjut
Lala Kusumah
double up atau crazy up dong... kereeeeeeeennnn kan Wan Wan..... lanjuuuuuuuuuuutttt
Dewiendahsetiowati
crazy up thor
Naffa Laita
othor kok up selanjutnya belum ada ya thor?? /Bye-Bye/
Aisyah Suyuti
menarik
🍄NOFA🍄
han wan pasti terkejut
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuuuutttt
Salsabila Arman
lanjut
Lala Kusumah
crazy up dong, atau double up 🤭✌️😂
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuuuutttt
Salsabila Arman
lanjut
palupi
wanwan... habis nyanyi ntar tau tau jadi juragan beras 😂😂😂
Lala Kusumah
wah wanwan ada yg lamar duh... lanjuuuuuuuuuuutttt
🍄NOFA🍄
Wah karir menyanyi di departemen seni kemiliteran
Slovlya✯
lanjut lanjut
Salsabila Arman
lanjut
🍄NOFA🍄
tidak menyenangkan pastinya
🍄NOFA🍄
kesalahannya adalah kamu tidak peduli pada masa depan anak perempuanmu
Dewiendahsetiowati
up lagi thor
Salsabila Arman
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!