bercerita tentang seorang ibu rumah tangga bernama Rini yang sudah hidup bersama dengan suami nya bernama Edi selama 20 tahun lamanya. Rini menikah dengan Edi bukan berdasarkan cinta. Rini menikah dengan Edi karena Edi adalah suami pilihan orang tua nya. kisah ini menceritakan konflik di masa lampau dan juga menceritakan Lika liku kehidupan rumah tangga nya yang sedang dijalani saat ini. dari cerita ini kita belajar bahwa pilihan orang tua pun belum tentu baik dan walaupun tidak begitu buruk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidia Grace Giawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 flash back
Awal pernikahan Edi memang begitu sangat baik terhadap Rini, Edi juga sangat memanjakan Rini. bahkan untuk urusan memasak pun Edi tidak membiarkan Rini untuk mengerjakan nya sendiri. Edi selalu ikut untuk membantu Rini di dapur. Bahkan saat Rini pun malas memasak Edi tidak akan marah, justru Edi akan mengerjakannya sendiri.
walaupun hidup pas-pasan, Edi berusaha membalas semua dengan bersikap baik dan dan tidak ingin membiarkan Rini merasakan kesusahan dua kali lipat.
Edi berfikir "syukur-syukur Rini mau menerima aku sebagai suaminya dan tidak mengeluh walaupun hidup pas-pasan dengan ku. bahkan sampai saat ini Rini tidak komplain harus tinggal seatap bersama dengan orang tua ku dan juga tiga adik perempuan ku.
Ya, Edi memang masih menumpang di rumah orang tua nya. Edi belum memiliki rumah sendiri. Tabungan nya hanya cukup untuk menikah dengan Rini saat itu.
Edi sangat tau jika Rini istrinya sebenarnya merasa tidak nyaman karena perlakuan adik-adik perempuannya yang tidak suka dengan kehadiran Rini dirumah mereka.
Selama tinggal di rumah mertuanya, saat suaminya Edi sedang tidak dirumah maka para ipar nya akan datang mengomel dan menyindir dengan kata kata yang menyakitkan.
"Hem dasar beban." Ketus lia.
" jadi perempuan jangan manja. Sana ngaret, kerja di kebun karet. Jangan jadi ratu di rumah ini" sambung Linda
"Dirumah juga gak becus. Apa ini makanan dingin banget. Ketus nur.
Namun mendengar itu semua Rini tidak ambil hati, Rini hanya diam dan tidak ingin menanggapi para ipar nya tersebut.
malam hari saat Rini dan Edi sedang rebahan di kamar. "mas.. Kayak mulai besok aku mau kerja, aku bosan di rumah terus" kata Rini kepada suaminya itu.
"Haaa serius kamu mau kerja?" Edi kaget dan bertanya kepada istrinya.
"Iya mas, aku mau kerja. biar bisa ada penghasilan dan bisa bantu-bantu mas untuk memenuhi kebutuhan kita dirumah." ucap Rini untuk menyakinkan suaminya itu.
Edi menarik napas panjang dan dikeluarkan pelan. "baiklah, beri mas waktu untuk berfikir ya Rin". Jawab Edi kepada sang istri.
Edi berfikir sepanjang malam, Ia kasihan jika harus membiarkan Rini bekerja. apalagi Rini pasti belum punya pengalaman bekerja di kebun atau di sawah. Tapi jika iya tidak mengizinkan Rini untuk bekerja, mungkin saja Rini akan kecewa. Dan sebenarnya jika Rini bekerja Edi akan sedikit terbantu.
Keesokan harinya...
"Rin.. Kamu boleh kerja ikut ibu ke kebun karet ya. Nanti kamu belajar Menderes karet sama ibu dan juga Lia Linda dan Nur." ucap Edi kepada Rini.
"Rini mengangguk sambil tersenyum.. Terimakasih mas, sudah mengijinkan ku untuk bekerja." ucap Rini dengan wajah yang begitu terlihat senang.
Padahal dalam hati Rini sebenarnya Ia sangat sedih, karena selama tinggal bersama kedua orang tua nya hidupnya sangat berkecukupan dan tidak pernah bekerja di kebun karet.
"Mana nih orang lama banget." cetus Linda
"Rini.. Kamu kemana sih lama amat nyiapin bekal nya. Nanti keburu siang " teriak Lia yang disambut tertawa oleh Nur.
"Iya sebentar.." sahut Rini dari dapur.
Rini sedang menyiapkan makanan yang akan dibawa ke kebun karet. Rini mengerjakan semua sendiri. Mulai dari memasak dan lain-lain.
"huff akhirnya siap juga" lega Rini saat sudah selesai menyiapkan bekal yang akan dibawa ke kebun.
Di kebun karet.
Rini hanya berdiri tegak dan diam tidak melakukan apapun.
"kenapa masih berdiri disana?" tanya ibu mertua kepada Rini.
"A a anu Bu, Rini tidak tau cara Menderes karet " jawab Rini dengan dana terbata bata.
Ibu mertua yang mendengar hal tersebut menarik nafas kasar.
"Apa kamu tidak pernah di ajarkan oleh orang tua mu untuk bekerja?" tanya ibu mertua kepada Rini
Jawaban ibu mertua memang terdengar sepele namun mampu membuat hati Rini meringis sakit. Bukan apa-apa Rini hanya tidak mau orang tua nya dibawa-bawa dalam hal ini.
"Maaf Bu.. Rini minta maaf ini bukan salah orang tua Rini yang tidak mengajarkan Rini, namun kebun kami di desa teluk hili memang dikerjakan oleh pekerja upahan bapakku Bu." jawab Rini.
"Kalau begitu pulang saja ke rumah bapak mu, saya tidak butuh menantu yang tidak bisa bekerja seperti mu. Kamu hanya akan menjadi beban suami" cetus ibu mertua dengan dana tegas.
Tak terasa air mata Rini pun mengalir begitu deras ia tak dapat menahan rasa sakit hati nya mendengar ucapan sang ibu mertua.
"kenapa kamu menangis?"
jika kamu menangis saya tidak akan mengajari mu. Lebih baik kamu pulang dan jika suami mu bertanya katakan padanya bahwa kamu malas dan tidak mau bekerja."
"Tidak Bu.. Saya tidak menangis lagi, tolong ajari saya bekerja Bu, agar saya tidak menjadi beban suami saya" jawab Rini dengan suara bergetar.
Ibu mertua pun mengajari Rini dan sesekali ibu mertua memarahi Rini karena salah saat Menderes karet. Terlebih lagi ketiga ipar nya itu menjadi kompor.
Namun Rini hanya bisa bersabar dan menahan tangisnya agar tidak mendapat perkataan yang lebih menyakitkan lagi dari sang ibu mertua.