Membawa Lima Anak Presdir

Tok... Tok... Tok...

"masuk" sahut edric

"tuan ini makanan yang anda pesan" ucap anak buah edric

"hem" sahut edric sambil menerima paper bag dari anak buahnya

"ayo sayang makan dulu" ucap edric sambil membuka box berisi pizza

Edric dan emeli tersenyum lebar melihat anaknya makan dengan lahap apalagi el yang sudah menghabiskan 5 potong pizza membuat edric geleng geleng kepala pantas saja badannya sangat gemuk ternyata el juga sangat doyan makan begitu pikir edric

"daddy terima kasih pizza nya sangat lezat" ucap el dengan suara tidak jelas karena mulutnya penuh dengan makanan

"el jangan bicara kalau lagi makan nanti kamu tersedak sayang" tegur emeli pada anak bungsunya itu

"yes mom" sahut el sambil nyengir

"makan yang banyak ya terus minum obat biar el lekas sembuh" ucap edric sambil membelai pucuk kepala el

"tentu saja daddy karena el tidak pernah makan sedikit bahkan sisa makanan kakak semua el yang habisin biar tidak di marahin mommy" el berucap dengan bangga seolah olah dia adalah penolong dari saudaranya biar tidak kena marah mommy nya

"pantesan saja tubuhmu seperti ikan buntal karena makanan kakakmu juga ikut kamu makan" ucap edric sambil melihat tak percaya kalau putrinya yang menggemaskan itu makannya sangat banyak

Bukannya marah di katai ikan buntal justru el malah tersenyum lebar ketika mereka sedang sibuk makan pintu ruangan itu di ketuk dari luar membuat dahi edric mengernyit heran siapa yang datang

Tok.... Tok.... Tok...

Emeli berjalan ke arah pintu untuk membukanya karena dia yakin itu adalah vania karena tadi dia sempat meminta tolong untuk di bawakan pakaian ganti pada vania

"bibi vania" seru el sambil merentangkan tangannya ketika vania baru masuk

"ada apa sayang" sahut vania sambil memeluk el dengan penuh kasih sayang

"bibi lihat kaki ku gara gara mengejar kakak el jatuh" adu bocah bulat itu

"kan bibi sudah bilang jangan lari larian hem kenapa el tidak nurut" ucap vania sambil mencolek dagu el membuat bocah itu tertawa riang

"kenapa kamu jadi nyalahin kakak biasanya juga kamu ikut mommy tidak pernah ikut lari bersama kita" kesal devan karena adiknya itu seolah olah menyalahkan mereka

"haiss habis kakak curang selalu ninggalin el padahal el juga ingin jadi juara lari bukan hanya adrian saja yang selalu menang" cebik el sambil mengerucutkan bibirnya

"kamu tidak akan pernah bisa melawan kami kamu hanya akan menang jika lomba makan" ucap adrian sarkas

"bibi lihat kakak menyeramkan seperti monster" adu el pada vania

"adrian jangan galak galak kamu mau el takut padamu" tegur vania

"bukan salah aku bik tapi salahkan saja el yang hatinya selembut sutra itu" kekeh adrian tak mau kalah

"daddy" rengek el yang bibirnya sudah melengkung ke bawah dan matanya berkaca kaca

Sedangkan emeli hanya diam saja karena sudah merasa biasa dengan perdebatan mereka

"iya sayang biar nanti adrian daddy tegur" ucap adrian sambil memeluk tubuh bulat putrinya itu

Edric menatap adrian dengan tatapan tajamnya tapi bukannya takut justru adrian menatap tajam balik daddy nya

"untung anak sendiri kalau bukan sudah aku masukkan ke kandang singa di mansion" ucap edric dalam hati melihat anaknya yang pemberani itu

"sudah sudah bibi kesini bawa baju ganti kalian sekarang bersihkan diri terus tidur bibi tidak mau di bantah" ucap vania tegas

Mereka dengan patuh menuruti apa yang di katakan vania karena mereka tidak mau kalau sampai bibi mereka marah lagi pula mereka sudah lelah

"emeli ini kasur dan selimut anak anak" ucap vania memberikan kasur lipat dan selimut pada emeli

"terima kasih banyak van maaf merepotkan mu"ucap emeli tulus

"diam lah jangan pernah bicara seperti itu lagi kita ini sudah bersaudara jadi jangan sungkan seperti itu" ketus vania

"hehehe jangan marah dong nanti cantiknya ilang" goda emeli

Vania hanya mendengus"kamu mau mengejekku emeli"

emeli hanya cengengesan saja menanggapi perkataan vania sedangkan edric tersenyum tipis melihat emeli yang tertawa sungguh sangat cantik begitu pikirnya

"sayang minum obat dulu terus istirahat ya" ucap emeli menghampiri ranjang el

"ya mom" el mengangguk cepat

"anak pintar" emeli memberikan obat pada el lalu membaringkannya agar el lekas tidur

"kamu temani mereka tidur biar aku yang menjaga el" edric ingin merasakan bagaimana menjaga anaknya ketika sedang sakit seperti yang emeli lakukan selama ini

Edric ingin mengambil hati anak anaknya terlebih dahulu sebelum dia berbicara hal hal penting pada emeli jika anaknya sudah tergantung padanya maka akan lebih mudah untuk menaklukkan ibunya itu rencana edric sekarang

"ayo kalian tidur ini sudah malam" ajak emeli pada keempat anaknya

"yes mom" dengan patuh mereka langsung merebahkan diri di kasur yang di bawakan oleh vania tadi

Emeli ikut merebahkan dirinya di samping keempat anaknya sedangkan el yang menjaga daddy nya. Vania berpamitan pulang karena sudah ada daddy dari anak anak emeli jadi dia tidak perlu membantu menjaganya

"pasti keluarga besar ku akan sangat senang jika kalian ikut denganku ke new york apalagi ayah dan ibu pasti senang bermain dengan cucu cucunya tapi aku harus bersabar agar mereka sendiri sendiri yang mau ikut denganku bukan karena aku paksa" gumam edric dengan lirih karena hatinya begitu damai melihat anaknya tertidur dengan pulas

Edric tidak tidur tapi dia justru mengerjakan pekerjaannya yang tertunda dia akan segera menyelesaikannya supaya ketika anaknya terbangun dia tidak punya pekerjaan lagi

"kenapa kamu tidak tidur" tanya emeli ketika dia terbangun di tengah malam melihat edric masih berkutat dengan laptopnya

"aku belum mengantuk kenapa kamu bangun hem" sahut edric lembut

"aku hanya mau melihat keadaan el karena biasanya dia akan terbangun karena demam jika habis terluka" jelas emeli

"kenapa begitu"tanya edric heran

Emeli menghembuskan napas kasar lalu sebelum dia bicara pada edric bagaimanapun dia juga berhak tahu akan tumbuh kembang anak anaknya

" el sangat mudah sakit entah kenapa aku juga bingung setiap habis terjatuh atau terjadi sesuatu maka dia akan langsung demam padahal keempat saudaranya tidak pernah seperti itu bahkan tiap bulan el di suntik vitamin dari rumah sakit tapi tetap saja kondisinya tidak berubah"jelas emeli dengan pandangan sendu melihat el yang tertidur di ranjang

Edric sebenarnya ingin memeluk emeli dan menenangkan pikirannya tapi dia takut kalau emeli mengamuk jika dia lancang

"tapi kenapa bisa begitu aku akan menyuruh dokter pribadiku untuk mengecek keadaan el aku tidak mau putriku kenapa kenapa suatu hari nanti jadi kamu jangan menolaknya" ucap tegas edric

Emeli pun menganggukkan kepalanya bagaimanapun dia tahu siapa edric pasti dia tidak akan sembarangan bertindak apalagi untuk kebaikan anaknya