NovelToon NovelToon
Pernikahan Kedua

Pernikahan Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Janda / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Healing
Popularitas:69.3k
Nilai: 5
Nama Author: Annisa sitepu

Pernikahan pertama yang hancur akibat orang ketiga membuat Adel terluka hingga memutuskan menutup hati. Ditambah ia yang belum bisa memberikan keturunan membuat semuanya semakin menyedihkan.

Namun, takdir hanya Tuhan yang tahu. Empat tahun berjibaku dengan bisnis yang ia mulai untuk melupakan kesedihan, Adel malah bertemu anak laki-laki tanpa kasih sayang seorang ibu.

Dari sana, di mulai lah kehidupan Adel, Selatan dan Elang. Bisakah mereka saling mengobati luka atau malah menambah luka pada masing-masing hati. Terungkap juga kisah masa lalu menyedihkan Adel yang hidup di panti asuhan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annisa sitepu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ditolak

Hidup Adel mulai membaik setelah perceraiannya. Dia juga semakin serius dengan rencana pembangunan kafe miliknya. Tapi, rencana hanya bisa terlaksana ketika ada yang bersedia memberikan modal padanya. Uang 10 juta yang diberikan Rai juga mulai habis. Dia juga memutuskan untuk menghancurkan kartu telepon serta memutuskan segela macam jenis komunikasi dengan keluarga Raihan.

"Maaf, walau kita pernah bekerja sama. Tapi aku tidak bisa membantu anda, Nona. Lebih lagi kafe yang anda rencanakan belum tentu menghasilkan keuntungan untuk ku."

Ini kali kedua Adel di tolak, namun percayalah bahwa ia tidak menyerah sama sekali. Masih ada beberapa koneksi yang belum ia temui, setidaknya salah satu diantara mereka pasti bersedia membantunya.

"Baiklah, terima kasih atas waktunya, Tuan."

Setelah pertemuan kedua, kini Adel pergi ke pertemuan ketiga. Tapi sayangnya lagi-lagi ia mendengar penolakan hingga pertemuan ke empat, kelima dan keenam pun ide tentang kafe yang Adel rencanakan tidak membuat mereka tertarik.

"Dari pada membuat kafe, akan lebih baik anda tetap di perusahaan dan menikmati hasil kerja keras anda, Nona. Lagi pula mendirikan kafe belum tentu mendatangkan keuntungan." Ini adalah kata-kata yang Adel terima ketika bertemu dengan orang keenam.

Sepertinya masih belum ada yang tahu tentang perceraiannya, atau memang mereka sengaja mengatakan hal tersebut agar ia kembali ke rumah yang akan menjadi neraka untuknya.

Kini, semangatnya mulai memudar. Entah mengapa ia merasa ada sesuatu yang sengaja menyulitkannya, namun Adel tidak ingin menuduh sembarangan. Mungkin saja ini hambatan yang harus ia lalui menuju jalan kesuksesan.

"Kemana lagi aku harus mencari pinjaman," ucap Adel lesu. Ia mulai lelah dengan berjalan kaki, dan perutnya perlu di isi sekarang.

Karena tidak memiliki target, Adel memutuskan pulang ke rumah dan makan siang. Setelah perutnya terisi mungkin akan ada ide yang datang.

Untuk sekarang, uang yang Rai berikan sudah menipis sehingga bi Inah dan Melati harus bekerja sebagai buruh cuci, sedangkan Bondan dan mang Ujang bekerja di pasar mengangkat barang. Hal tersebut membuat Adel sedih, seharunya dia tidak membawa keempat orang itu, mungkin hidup mereka tetap baik-baik saja jika tidak ikut dengannya.

Saat makan siang, Adel mulai memutar otaknya kemana ia harus mencari pinjaman. Tidak mungkin ia meminta bantuan dari mantan suaminya, bisa jatuh harga dirinya akibat dihina oleh Rai dan Sifa. Lagi pula, ia tidak akan membiarkan keduanya menikmati hidup sengsaranya.

Waktu berjalan dengan cepat, sayangnya Adel masih belum mendapatkan bantuan apalagi mendapatkan ide yang bagus. Ia berfikir bahwa lebih mudah membangun perusahaan dari pada membuat kafe. Di masa lalu, ia tidak akan se mengenaskan ini untuk mencari pinjaman.

"Apa sebaiknya aku menggadaikan surat rumah ini ke pihak Bank." Entah kenapa, Adel baru menyadari tentang meminjam ke pihak bank. Ia merasa bodoh sekarang, jika ia memikirkannya sejak awal, mungkin sekarang kafe yang ia dambakan sudah berdiri.

"Ya, aku akan menggadaikan surat rumah ini besok." Adel mulai mencari-cari surat rumahnya, dan setelah mendapatkan apa yang di cari ia tersenyum bahagia.

Selesai menyiapkan beberapa dokumen pendukung, beruntung Adel cepat mengurus surat kepindahan dan memperbaiki KTP-nya sehingga ia tidak perlu cemas memikirkan berkas-berkas lain. Adel memutuskan keluar kamar dan membuatkan makan malam untuk mereka berlima sebagai ucapan maaf karena sudah membuat keempat orang tersebut bekerja keras.

Ketika bibi Inah, Melati, Bondan dan mang Ujang masuk ke dalam rumah, hidung mereka mencium aroma masakan yang sangat enak, hal itu membuat keempat orang tersebut langsung kelaparan. Setelah 2 bulan hidup bersama Adel sebagai keluarga, ini pertama kalinya mereka mencium aroma masakan Adel setelah sekian lama.

"Kalian sudah pulang? Ayo cepat mandi, aku akan menyiapkan makan malam kita di meja." Melihat wajah lapar keempatnya. Adel merasa sangat puas, ia menjadi yakin bahwa kafe yang akan ia bangun pasti sukses.

"Baik."

Keempat orang tersebut pergi menuju kamar masing-masing. Berlomba-lomba siapa paling cepat pergi ke ruang makan. Masakan Adel memang yang paling enak, mereka bahkan lebih rela makan masakan sederhana dari Adel dari pada makanan lezat di restoran. Bukan berlebihan, hanya saja itu merupakan sebuah kenyataan.

Bahkan, beberapa kali mereka bertanya mengapa Adel tidak menjadi seorang chef, mungkin hidupnya akan sukses tidak seperti sekarang dibuang setelah membantu pria tersebut menduduki puncak kejayaan.

"Aku pemenangnya." Bondan yang pertama tiba di ruang makan. Wajahnya bahkan terlihat berseri-seri, tidak ada tanda-tanda kelelahan setelah bekerja seharian.

"Kau bisa makan lebih dulu, aku akan menunggu yang lain."

"Tidak, Kak. Itu terasa tidak sopan."

"Kau pasti lelah dan sangat lapar. Jangan menolaknya, kita sekarang keluarga. Dan, aku juga memiliki berita bagus malam ini."

"Baik, aku akan makan dan menunggu berita baiknya dari Kakak."

Tanpa malu-malu, Bondan mengambil setiap hidangan yang ada di meja. Tidak berapa lama yang lain ikut bergabung, dan makan malam berlangsung seperti biasa. Ditemani suara sendok dan piring serta beberapa kali kata-kata lucu dari masing-masing pihak.

Selesai makan malam, semuanya berkumpul di ruang tamu. Adel berniat memberitahu keputusannya tentang meminjam uang ke bank dengan surat rumah menjadi jaminannya.

"Besok aku akan pergi ke bank untuk meminjam uang, dan surat rumah menjadi jaminannya. Apakah kalian tidak keberatan?"

Meksipun rumah adalah miliknya, tapi Adel tidak ingin egois dengan melakukan tindakannya sendiri. Tidak ada salahnya mendiskusikan serta mendengarkan pendapatan anggota lainnya.

"Kami baik-baik saja dengan itu. Lagi pula rumah ini milik mu, jadi sah-sah saja jika kau ingin menggadaikannya, Nak."

"Ya, Kak. Kami tidak merasa keberatan, malah semangat kami akan semakin berkobar setelah kita berhasil mendirikan kafe."

"Betul, walau meminjam ke bank memiliki konsekuensi yang cukup berat. Tapi tidak ada salahnya jika kita mencobanya, Kak. Semoga usaha kafe ini berjalan lanjar sehingga rumah ini akan tetap menjadi milik kita." Bondan benar tentang konsekuensi meminjam uang ke bank. Jika mereka tidak bisa membayar maka rumah yang mereka tinggali akan di sita oleh pihak bank.

"Baik, kalau begitu bisakah salah satu diantara kalian menemani ku bank?"

"Aku akan menemani, Kakak. Dan kebetulan aku mendengar ada seseorang yang sedang menjual tokonya dengan harga murah karena ingin ikut suaminya ke luar Negri." Mungkin karena bekerja di pasar. Bondan mudah mendapatkan informasi.

Akhirnya, setelah dua bulan berusaha. Kini hasil dari kesabaran kelima orang tersebut berbuah manis. Walau pun Adel baru ingat tentang menggadaikan surat rumah, tapi Adel merasa ini berkah tersendiri untuknya, dan berita toko yang ingin dijual dengan harga murah adalah hadiah kedua dari usahanya.

....

Setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Kata-kata itu selalu Adel gunakan setiap kali mendapatkan masalah. Dan kini, masalah hidupnya mulai membaik setiap harinya. Usulannya meminjam uang ke bank mendapatkan respon positif ia bahkan di anjurkan meminjam dana melalui KUR (Kredit Usaha Rakyat). Semuanya berjalan lancar, bahkan pembayaran toko bisa dilakukan melalui cicilan selama 1 tahun.

Air mata Adel mengalir kembali, tapi ini tangisan bahagia. Kini penantiannya akan segera tercapai, semua orang mulai antusias. Beruntung lokasi kafe baru mereka berada di dekat kampus serta SMA, sehingga peluang keberhasilan sudah dapat diprediksi.

Mungkin, kata-kata bijaksana kedua yang Adel tanamkan dalam diri adalah 'usaha tidak pernah mengkhianati hasil' benar adanya memang. Usahanya berjalan ke sana kemari mencari pinjaman, bahkan terkesan berwajah tembok pun sudah ia lakukan. Dan hasilnya, Tuhan melancarkan semuanya hingga akhir. Tidak hanya itu sebenarnya, Adel juga mendapatkan pelajaran bahwa jangan mudah percaya dan menggantungkan harapan pada orang lain. Yakinlah hanya pada Tuhan, niscaya apa yang sedang menimpa mu bisa selesai dengan cepat tanpa melibatkan banyak orang lain.

Ini adalah bulan keempat setelah perceraiannya, Adel juga sengaja menulikan telinga dan membutakan mata terhadap berita Raihan dan Sifa. Pernah sekali ia mendengar tentang pernikahan keduanya, dan Adel tahu bahwa ia masih belum move on dari sang suami. Namun, Adel tidak berusaha menutupinya, ia menikmati setiap proses yang terjadi.

Bulan keempat juga menjadi bulan kebahagiaanya. Kafe sudah resmi dibuka. Hari pertama, Adel memberikan senyum terbaiknya untuk para pengunjung yang kebetulan anak sekolahan, walau ia tahu alasan mereka masuk karena penasaran dengan hal yang baru. Tapi Adel tetap optimis, ia dan yang lainnya melayani para tamu dengan sangat ramah. Bagaimana pun keramahan merupakan poin penting ketika membuka usaha.

"Kak, pesanan jus dan cake untuk kursi nomor 8," teriak Melati pada Adel.

"Oke."

Adel menyiapkan semuanya dengan penuh cinta, ia menghiasi makanan yang ada di piring dengan sangat unik, bahkan bentuk cake di kafe mereka sangat lucu-lucu sehingga anak-anak SMA yang perempuan merasa sayang untuk memakan cake tersebut.

"Silahkan di makan," ucap Melati sambil meletakan pesanan nomor 8. Tidak banyak memang yang datang, tapi setidaknya ini lebih dari yang mereka bayangkan.

Para anak perempuan yang melihat penampilan cake yang menggemaskan tersebut langsung memfoto dan memposting gambar makanan tersebut ke media sosial mereka sambil meletakan caption kafe Adel yang bernama Adelia Café, yang merupakan nama wanita itu sendiri.

"Lihat, Kak. Anak-anak SMA yang sering mampir mulai memperkenalkan kafe kita ke dunia internet." Melati sangat bahagia ketika melihat anak-anak SMA sangat antusias dengan makanan yang ada di kafe mereka.

"Syukurlah, semoga kedepannya milik kita bisa berjalan dengan lancar."

"Amin, Kak."

Adel berharap usahanya akan semakin maju di masa depan, sehingga bisa membuktikan pada dua orang yang sudah membuatnya terluka jika ia tetap baik-baik saja setelah dicampakkan.

***

"Bagaimana bisa dia membangun kafe setelah aku melarang orang-orang itu memberikan pinjaman." Sifa marah. Rencananya untuk terus membuat Adel menderita gagal, tidak hanya gagal dalam menghalangi membuat kafe, kini usaha milik mantan istri dari suaminya malah semakin berkembang pesat. "Tidak, seharunya kau tidak boleh bahagia setelah apa yang kau lakukan pada ku."

Sifa benar-benar kesal. Rencananya untuk membuat hidup Adel menderita malah gagal, dan dia tidak bisa mengabaikan hal tersebut begitu saja.

Bukankah itu sangat tidak tahu malu? Adel sama sekali tidak pernah mengganggunya. Tapi dia, yang sudah menjadi penghancur kebahagiaan wanita lain malah berbuat hal-hal menjijikan seperti itu. Seolah tidak puas dengan semua hal menyakitkan yang dia lakukan pada Adel.

"Aku harus berbuat sesuatu sebelum dia semakin sulit di jangkau." Kasihan sebenarnya, seumur hidupnya ia akan menderita akibat rasa iri dan dengki. Bahkan Adel pun tidak pernah memperdulikannya lagi, tapi lihatlah dia, merasa bahwa Adel merupakan musuh terbesarnya dan selalu menyiapkan segala macam trik untuk menghancurkan wanita tidak bersalah tersebut.

Saat Sifa sedang memikirkan cara menghancurkan usaha Adel. Raihan tiba-tiba saja memeluknya dari belakang, pria itu tampak sangat bahagia dan itu membuat Sifa lupa akan tujuannya.

"Aku membawa kabar baik, Sayang," bisik Rai di telinga Sifa.

"Oh ya, apa itu, Mas?"

"Perusahaan kita akhirnya berhasil bekerja sama dengan perusahaan milik tuan Samuel. Dan setelah ini keuntungan kita menjadi sangat meningkat." Ada rasa bangga dalam diri Rai tentang keberhasilannya. Ia bahkan mengejek Adel yang menyumpahi perusahaanya akan hancur setelah dia pergi.

"Beneran, Mas?"

"Ya, Sayang. Kita akan kaya, anak ini benar-benar pembawa berkah untuk ku." Kini Rai membalikan tubuh istrinya lalu mengecup perut buncit Sifa dengan sayang.

"Aku senang mendengarnya, Mas. Akhirnya usaha mu tidak sia-sia. Beruntung wanita mandul itu memilih pergi, kalau tidak. Mungkin perusahaan tidak akan berkembang seperti ini." Setiap pujian untuk Rai. Sifa tidak pernah lupa mengejek Adel.

"Jangan sebut wanita itu, Sayang. Dia hanya wanita mandul yang sok berkuasa. Sekarang aku bisa berdiri di atas kaki ku sendiri, dan membuktikan pada dunia bahwa aku bisa berdiri di atas kaki ku sendiri tanpa bantuan siapapun." Raihan merasa bahwa perusahaan berkembang karena usahanya, bukan atas dasar pengorbanan Adel.

"Aku senang mendengarnya, Mas. Kamu memang pria hebat. Perusahaan pasti akan semakin berkembang dibawah tangan mu."

"Pasti, Sayang. Aku berencana membuat beberapa cabang setelah proyek ini berhasil. Mulai sekarang, kita akan menjadi salah satu crazy rich di Jakarta." Reihan sangat yakin kalau dia mampu dan bisa mengembangkan perusahaan tanpa bantuan Adel yang sebenarnya pendiri perusahaan itu sendiri.

Benar-benar tipe pria tidak tahu diri dan memalukan. Raihan merasa harganya terinjak-injak saat Adel menjadi pimpinan perusahaan padahal jelas-jelas yang banyak berkorban waktu dan tenaga merupakan mantan istrinya, namun dia tidak puas dan menganggap dia yang paling berhak atas semua kekayaan selama lima tahun mereka kumpulkan.

"Aku akan selalu mendukung suami ku, dan doa ku selalu menyertai mu, Mas."

Rai memberikan kecupan di bibir Sifa. Ia merasa beruntung karena bisa mengenal dan menikahi wanita cantik serta mampu memberikannya kepuasan seperti Sifa. Sangat jauh berbeda dengan Adel yang hanya tahu bekerja tanpa pernah sekali pun memperhatikannya.

Bodoh memang. Alasan yang dibuat Rai sangat menjengkelkan, bukankah seharusnya dia malu Karena sudah membiarkan istrinya bekerja.

"Lalu bagaimana jika kau membangun usaha, aku tetap akan menjadi nyonya Raihan sedangkan kau hanya pemilik usaha kecil-kecilan, Adel," ucap Sifa dalam hati. Ia merasa senang bahwa usaha Rai semakin maju setelah menikah dengannya, tapi lupa bahwa apa yang ia ambil dengan cara kotor pasti akan memberikan efek samping yang mengerikan.

1
vi
ceritanya bagus
Herna Wati
wow..kerenn
Herna Wati
rasainlu..karma mulai berjalan
Galuh Setya
thor kapan up lagi
Lembayung Senja
ini kenapa ndak dlanjut lg critanya
Galih Galvin
emang jadi janda itu banyak, godaannya selalu d cap jelek, sama semua orang, padahal semua perempuan tidak ada yang sebenernya,lanjut kakak cerita nya bagus👍👍👍
Elin Lina
Kak othooorrr.., mana nih lanjutannya.. kok nggk up² sh..
Rapika Manurung
ee babi updatlah kontolmu bapak kaulah anjeng kau
Yeni Astriani
kpn up lagi thor seruuuu nich ceritanya
Lembayung Senja
blom up lg kak
Ani
semoga Adel memang masih memiliki keluarga yang utuh..
Mira Rista
mantep siiiip, lanjut semangat
Fitria Syafei
kk kereeen 😘 keren 😘 kereeen 😘
Reni Anjarwani
doubel up thor
Rapika Manurung
ee manusia babi 🐷🐷🐷🐷🐷
Fitria Syafei
semoga mereka bersatu kepada ya KK, Wisnu dan Diva 🤲 KK terimakasih 😘😘
Elin Lina
Yaaahhh..,, giliran up cuman 1 thoooorrr.., double up sh.. 🤣🤣
Reni Anjarwani
doubel up thor
Lembayung Senja
lanjut
Reni Anjarwani
doubel up thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!