Arga Bimantara yang menyukai Aisya Yuna teman semasa putih abu-abu. Cinta yang terpaksa ia pendam hingga akhirnya mereka dipisahkan oleh jarak dan waktu.
Arga kembali bertemu dengan Yuna setelah 10 tahun berlalu. Namun ia harus menelan patah hati karena ternyata Yuna sudah bertunangan dengan pria lain yang merupakan anak dari sahabat ayah Arga.
Tapi Arga tidak menyerah begitu saja. Sebelum janur kuning melengkung, ia masih bisa mendapatkan Yuna.
Berhasilkah Arga atau ia harus gigit jari dan hadir sebagai tamu undangan...???
Yuk simak kisah mereka....😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neng_86, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertunangan
Rumah mewah bernuansa putih itu kini telah disulap dengan hiasan bunga warna-warni. Anak pemilik rumah hari ini sedang berbahagia karena sebentar lagi ia akan mengikat kekasih hati yang telah ia pacari sejak beberapa tahun lalu.
Cakra begitu tampan ketika memakai kemeja putih berbalut jas hitam dan celana hitam.
"Akhirnya kamu mengikat Yuna setelah sekian tahun. Mama sudah tak sabar punya menantu cantik seperti Yuna" ucap Mama Cakra, nyonya Gina.
Cakra tersenyum dan merangkul wanita kesayangannya itu.
"Cakra juga bahagia ma..." sahutnya.
"Ayo, sebentar lagi acara dimulai. Yuna juga sudah menunggu bersama keluarganya diruangan sebelah" intruksi Harmoko Wiguna yang membuyarkan adegan haru ibu dan anak tersebut.
Cakra didampingi oleh kedua orang tuanya mendatangi halaman belakang yang sudah disulap begitu indah layaknya tempat garden party berhias bunga-bunga cantik hasil kreasi nyonya Gina dan karyawan Bougenville florist.
Yuna yang masih berada di salah satu kamar rumah keluarga Wiguna sejak tadi tak tenang. Kaki dan tangannya berkeringat karena gugup. Berkali-kali ia menarik nafas untuk mengusir kegugupannya itu.
"Yuna...ayo kita keluar. Cakra dan keluarganya juga sudah menunggu di taman. Sebentar lagi acara dimulai, para tamu undangan juga sudah hadir" ucap Bunda Laras.
"Ayo.... jangan biarkan dokter tampan menunggu lama. Nanti diembat orang. Cakep soalnya...hi..hi.." goda Indri terkikik geli melihat wajah kesal sahabatnya itu.
Riana hanya tertawa saja sambil mulutnya yang tak bisa berhenti mengunyah sejak tadi hingga Indri beberapa kali menegurnya.
"Ri... lo mau jadi beruang ya. Sejak tadi nggak berhenti makan. Patah hati boleh non, tapi nggak harus nyiksa badan lah... Udah, ayo kita antar Yuna kedepan" ajak Indri menarik lengan Riana.
Riana cemberut tapi ia tetap menurut.
Bunda yang melihat hal itu tersenyum senang, putrinya memiliki sahabat layaknya saudara kandung.
Yuna berjalan pelan keluar dari kamar didampingi oleh bunda dan dua sahabatnya.
Semua mata tertuju pada calon keluarga baru Wiguna itu. Banyak yang berbisik jika Yuna adalah calon yang pas, tapi ada juga mulut-mulut usil yang meremehkan seorang Aisha Yuna yang hanya seorang penjual bunga dan tidak cocok bersanding dengan keluarga Wiguna yang sebagian besar berprofesi sebagai dokter.
Harmoko Wiguna membuka acara dan memulai proses tukar cincin antara Cakra dan Yuna. Sebuah cincin cantik bermata berlian tersemat dijari manis Yuna sebagai tanda pengikat kedua insan yang saling mencintai itu.
Senyum indah terukir dibibir Yuna yang malam ini begitu cantik dengan riasan natural diwajahnya yang manis.
Acara pertunangan putra tunggal Harmoko Wiguna cukup meriah namun tetap hangat karena hanya dihadiri oleh keluarga dan sahabat dekat saja.
"Selamat Cakra dan Yuna, semoga dilancarkan hingga nanti ke jenjang pernikahan" ucap pria paruh baya yang membawa serta istrinya dan juga putri tunggalnya yang beranjak remaja.
"Terima kasih atas ucapan dan doanya om Gunawan. Dan terima kasih juga anda bisa hadir pada acara sederhana ini" sahut Cakra yang diangguki oleh Yuna yang berdiri disisi tunangannya.
"Sama-sama. Saya juga berharap jika putra bungsu saya akan mendapatkan pendamping mengingat usianya yang sebentar lagi akan menginjak usia tiga puluhan tapi sampai sekarang ia tak pernah terlihat menggandeng seorang gadis" ucap Gunawan yang bercerita perihal putranya.
Cakra tersenyum dan tak lupa ia juga mendoakan putra dari sahabat ayahnya itu meski ia belum pernah sekalipun bertemu dengannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Disudut sebuah bar, duduk seorang pria dengan wajah sendunya. Arga menghabiskan waktunya dengan minum beberapa gelas wine dan ia tidak sendirian. Ada Heru yang selalu menemani dirinya.
Heru hanya mendesah panjang. Ia tak tahu alasan Arga mengajaknya minum padahal esok ia harus keluar kota karena urusan pekerjaan.
"Ga... stop..!! Coba lihat, ini sudah berapa gelas. Lo kenapa coba, kayak orang patah hati tau" ucap Heru yang berusaha merebut gelas wine dari tangan Arga.
Arga menarik gelasnya dan meneguk isinya dengan satu tegukan hingga tandas.
"Aku cemburu Heru. Yuna hari ini bertunangan dan dia tidak memberi tahu padalah sebelumnya kami..." Arga menghentikan ucapannya hingga membuat Heru penasaran.
"Sebelumnya kami apa...? Bicara yang jelas Ga... jangan buat gua penasaran" desak Heru.
Arga terdiam sejenak. Ia lalu mengalihkan pembicaraan.
"Apa pacar Yuna benar-benar mencintainya? Apa kau sudah pernah bertemu dengannya dan kenal siapa dia?"
Heru mengernyit bingung.
"Belum pernah berkenalan secara langsung, tapi mas Dewa kena karena mereka satu rumah sakit. Dan gua pernah bertemu sekali sewaktu nyokap pingsan dan yang menangani ya dokter Cakra Wiguna. Tapi waktu itu gua belum tahu jika dia adalah pacarnya Yuna. Dan setelah reuni kemarin, Riana yang kasih tahu gua jika Yuna punya pacar bernama Cakra Wiguna yang merupakan dokter rs. Mitra Sehati dan gau ingat mas Dewa juga bekerja disana... Dan siapapun pasti tahu keluarga Wiguna. Pendiri dan pemilik yayasan jantung serta juga punya panti asuhan besar yang dikelola oleh nyonya Wiguna. Yuna beruntung masuk keluarga itu. Mereka keluarga baik" ucap Heru seperti seorang wartawan. Dan memang Heru adalah yang serba tahu mengenai kehidupan rekan-rekannya berbeda dengan Arga yang lebih senang menyendiri.
Arga tiba-tiba berdiri. Ia sedikit oleng karena efek alkohol.
"Lo mau kemana...? Gua antar.." ucap Heru yang memapah tubuh besar dan tinggi Arga keluar dari bar.
Heru menatap kesamping dimana Arga tertidur dikursi penumpang disebelahnya.
"Gua nggak tahu lo kenapa Ga... tapi satu hal yang gua tahu, lo pasti menyukai Yuna. Bukan perasaan baru tapi sejak sepuluh tahun yang lalu" ucap Heru pelan sambil melirik sahabatnya itu.
Heru dan Arga telah bersahabat sejak mereka SMA bahkan ketika Arga memutuskan hijrah ke Amerika pun mereka tetap saling kontak dan tak jarang ketika libur semester, Heru sering menyusul sahabatnya itu sekedar berlibur atau hanya melepas rindu.
Heru bukanlah dari keluarga miskin. Ayahnya adalah seorang dosen dan ibunya punya butik. Ia juga punya seorang kakak yang telah menikah dan tinggal di Singapura ikut suaminya.
Heru tahu semua tentang kehidupan pribadi Arga bahkan kisah keluarganya. Arga pria dingin yang sulit untuk didekati. Ia seperti sedang membangun benteng dihatinya dari yang namanya patah hati dan terluka.
Setelah sekian tahun bersahabat baru kali ini ia melihat Arga mabuk karena seorang Yuna.
Heru menghentikan mobilnya di area parkir basement apartemen Arga. Karena jika membawa Arga kerumah Dewa dalam keadaan mabuk pasti ia akan di amuk oleh tiga wanita disana. Kakak ipar Arga dan juga mamanya serta si kecil Sila.
"Huft..."
Heru meregangkan ototnya begitu ia berhasil memapah Arga hingga kekamarnya. Ia juga membantu Arga membuka sepatunya dan juga gesper pria itu.
"Istirahat Ga... moga besok lo akan kembali pada Arga yang gua kenal" ucap Heru sebelum meninggalkan unit apartemen Arga.
Arga menutup matanya dengan lengannya. Air mata mengalir di sudut matanya. Ia merasakan patah hati yang benar-benar membuat sakit hingga ketulang.
"Congratulation for your engagement" ucap Arga dalam kesedihannya.
bersambung...
