Sherin mempunyai perasaan lebih pada Abimanyu, pria yang di kenalnya sejak masuk kuliah.
Sherin tak pantang menyerah meski Abi sama sekali tidak pernah menganggap Sherin sebagai wanita yang spesial di dalam hidupnya.
Hingga suatu ketika, perjuangan Sherin itu harus terhenti ketika Abi ternyata mencintai sahabat Sherin sendiri, yaitu Ana.
Lalu bagaimana kisah mereka setelah beberapa tahun berlalu, Abi datang lagi dalam kehidupannya sebagai salah satu kreditor di perusahaan Sherin sedangkan Sherin sendiri sudah mempunyai pria lain di hatinya??
Apa masih ada rasa yang tertinggal di hati Sherin untuk Abi??
"Apa sudah tidak ada lagi rasa cinta yang tertinggal di hati mu untuk ku??" Abimanyu...
"Tidak!! Yang ada hanya rasa penyesalan karena pernah mencintaimu" Sherina Mahesa....
Lalu, bagaimana jika Abi baru menyadari perasaanya pada Sherin ketika Sherin bukan lagi wanita yang selalu menatapnya dengan penuh cinta??
Apa Abi akan mendapatkan cinta Sherin lagi??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Titik balik
Sherin membawa mobilnya keluar dari kota Jakarta. Sedikit menjauh dari segala hal yang telah menghancurkan hatinya. Dengan di temani lelehan air mata, dia berhenti di sebuah waduk yang terlihat sepi saat ini.
Dia sendiri sempat memuji dirinya karena tidak menangis berlebihan di depan orang-orang itu meski hatinya teramat sakit.
Brakk...
Sherin membanting pintu mobilnya dengan keras. Berjalan menjauh dari mobilnya dengan terseok-seok.
"KALIAN JAHAT!!!"
"TEGA KAMU ANA!!"
"AKU BENCI KAMU ABI!!"
"AKU BENCI KALIAN!!!"
Teriak Sherin menumpahkan semua kesakitan yang dia rasakan. Meski sebenarnya Sherin tak berhak marah sama sekali pun karena Abi tidak pernah menganggap Sherin lebih dari teman, tapi dikhianati mereka berdua adalah hal yang menyakitkan.
Kakinya tertekuk tak dapat lagi menopang tubuhnya, terduduk di rumput dengan tangis memilukan.
Seandainya saja wanita yang di cintai Abi bukanlah Ana. Mungkin Sherin tidak akan sehancur ini.
Apalagi Ana, sahabat yang menjadi tempat Sherin mencurahkan perasaannya pada Abi justru memiliki rasa yang sama dengan Sherin.
"APA SALAHKU ANA????!!!!"
Selama ini, apa yang Sherin lakukan untuk Ana hanyalah untuk membagi kebahagiaannya saja. Hidup Ana tidak seberuntung Sherin yang mempunyai keluarga yang lengkap dan harta berlimpah. Maka dari itu, Sherin selalu memberikan apapun yang Sherin punya untuk Ana.
Tapi di mata Ana, ternyata semua itu salah. Semua yang Sherin lakukan hanya di anggap sebagai hinaan. Semua yang Sherin lakukan dengan ikhlas itu justru di salah artikan oleh Ana sebagai cara untuk menjadikanya budak Sherin.
"Dasar munafik!!"
Sherin tersenyum kecut saat mengingat bagaimana binar mata Ana saat menatap barang-barang milik Sherin.
"Kamu sengaja ingin menghancurkan aku An?? Bukan hanya itu, kamu juga mempermalukan aku di depan orang-orang"
Sherin mengusap air matanya dengan kasar namun terlihat sia-sia karena matanya terus saja mengeluarkan air seakan tak bisa kering.
"Dan kamu Abi, apa benar sikap kamu selama ini hanya karena permintaan Ana??"
"Jadi selama ini aku menunggu cinta yang sudah di miliki sahabatku sendiri??" Sherin menepuk-nepuk dadanya yang semakin sesak.
Sherin mengingat momennya bersama Abi. Mereka sudah layaknya sepasang kekasih di mata seluruh penghuni kampus.
Makan bersama, naik motor berdua, nonton, liburan, membuat tugas, itu semua mereka lalukan bersama-sama.
Sherin kira, dengan sikap Abi yang menuruti keinginan Sherin itu, lama-lama hati Abi akan luluh. Tapi ternyata, Abi punya alasan lain.
Tapi ternyata tidak sama sekali....
Sherin mengusap air matanya dengan kasar. Seakan mendapat bisikan jika apa yang ia lakukan saat ini adalah pembodohan. Dia justru terlihat seperti wanita yang lemah saat ini. Dia kembali berdiri dengan tegak.
"Aku nggak boleh kaya gini!!"
"Aku Sherin, wanita yang tak pantang menyerah. Aku bukan wanita yang lemah, apalagi hanya karena dikhianati sahabatku sendiri"
"Aku ikuti mau mu Ana. Mulai detik ini juga, aku tidak punya sahabat sepertimu"
"Dan untuk mu Abi, cintaku memang sudah begitu dalam, tapi aku tidak akan mengemis cintamu lagi setelah apa yang kamu lakukan hari ini"
Sherin sudah membulatkan tekadnya. Meyakinkan hatinya jika kedua orang itu memang tidak cocok untuk menjadi sahabat maupun kekasihnya.
"Aku akan tetap hidup walaupun tanpa cinta mu Abi. Akan aku buktikan itu!!"
Sherin mengepalkan tangannya dengan kuat. Matanya memandang lurus ke depan. Antara dendam, benci, kecewa membaur menjadi satu.
*
*
*
Setelah kejadian kemarin, sebenarnya Sherin malas sekali untuk datang ke kampusnya. Bukan karena takut bertemu dengan Abi ataupun Ana. Tapi dia tidak mau mendapatkan tatapan intimidasi dari teman-teman kampusnya yang kemarin menjadi saksi pernyataan cinta romantis itu.
Tapi apa daya, kuliahnya sudah selesai dan dia hanya ingin menemui dosennya karena ada suatu hal yang ingin dia sampaikan.
Sherin tiba di kampus tepat pukul delapan pagi. Tepat juga saat dia keluar dari mobilnya, dia melihat sepasang kekasih yang sedang di mabuk asmara berboncengan dengan mesra menaiki motor butut yang biasanya membonceng Sherin di belakangnya.
"Sungguh pasangan yang romantis" Sherin tersenyum kecut di akhir kalimatnya.
Dia bukan gadis pendendam sebenarnya. Dia juga bukan gadis yang berpikir picik seperti Ana. Tapi rasa kecewa yang begitu dalam itu belum bisa membuatnya berdamai dengan keadaan.
Sherin melangkahkan kaki panjangnya dengan percaya diri. Gadis cantik bertubuh tinggi semampai dengan bentuk tubuhnya yang ramping itu mengangkat wajahnya dengan tinggi. Menunjukkan bahwa dia baik-baik saja dan tak peduli pada gunjingan yang sudah dia dengar sejak tadi.
Dia akan membuktikan kepada semuanya jika kejadian kemarin tidak akan membuatnya terpuruk, tapi justru akan menjadi titik baliknya.
Sakit hati itu pasti, tapi hidupnya tidak akan berhenti sampai disini. Dia akan membuktikan pada pengkhianat itu jika dirinya lebih dari segala-galanya.
Sherin memelankan langkahnya kala mendengar namanya di sebut oleh beberapa orang. Bukan bermaksud untuk mencuri dengar, namun kata-kata yang keluar dari salah seorang yang ada di sana cukup menggores hatinya.
"Lo yakin nggak akan nyesel karena lebih memilih Ana daripada Sherin?? Lo tau sendiri kalau Sherin itu idola semua pria. Cantik, seksi, tajir dan pintar. Apalagi suaranya yang lembut itu, beeuuhhhh... menggetarkan jiwa"
Sherin tau siapa pria yang sedang terang-terangan memuja dirinya itu. Dia adalah Belva, sahabat Abi.
"Kalau Lo mau, mabil saja. Dari dulu gue nggak tertarik sama dia. Gue cuma menjaga perasaannya aja atas permintaan Ana. Lagipula, gue nggak suka wanita manja dan hanya mengandalkan harta orang taunya aja"
Sherin mengepalkan tangannya dengan kuat saat sebuah hinaan keluar dari pria yang masuk ke dalam daftar pria yang wajib dia musnahkan dari dalam hatinya.
"Wah parah lo Bi, gue yakin lo bakalan nyesel karena udah menyia-nyiakan wanita seperti Sherin" Sahut teman Abi yang lain, Anjas.
"Kalian bisa bilang begitu karena tidak tau yang sebenarnya"
Sherin yang sudah tidak tahan lagi mutuskan kembali melangkah. Tak menghiraukan tatapan terkejut dari ketiga orang yang tadi membicarakannya. Bahkan sedikitpun tanpa menoleh.
Dia bukan Sherin yang kemarin lagi, dimana dia akan berbinar dan langsung menghampiri Abi saat pria itu berada dalam radarnya.
Dan Sherin yang saat ini justru melangkah semakin menjauh dari ketiga pria itu tentu saja membuat mereka terheran-heran termasuk Abi.
"Kalau gue jadi Abi, jelas gue pilih yang ini" Celetuk Belva namun tak di hiraukan Abi.
"Apa dia sudah bisa menerima hubungan ku dengan Ana??"
Entah perasaannya saja atau bagaimana, Abi merasa aneh dengan sikap Sherin yang mengacuhkan dirinya seperti itu.
"Mungkin hanya perasaan ku saja, karena sejak pertama kalinya mengenal dia. Aku belum pernah melihat sikapnya yang seperti ini"
"Tapi mungkin ini lebih baik, karena dengan begitu, aku tidak akan sungkan lagi dengan hubunganku dengan Ana"