💕 Apa yang kamu lakukan jika di berikan kesempatan kedua untuk hidup? 💕
Tasya dan Alexander di berikan kesempatan kedua untuk kembali ke masa dimana mereka harus memperbaiki masa muda mereka dan segala kesalahan yang mereka lakukan.
Dapatkan mereka memperbaiki kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan? Haruskan mereka mengorbankan seseorang yang mereka sayangi?
DISCLAIMER: Cerita ini murni karangan Pena dua jempol. Segala bentuk foto ilustrasi baik tokoh maupun property bukan milik pena dua jempol namun sudah mendapatkan izin untuk menggunakannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon choirunnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Birthday Alexander
"Hai Lex ... Happy birthday!"
"Happy birthday Alex ...."
"Happy birthday Al!"
Ucapan selamat ulang tahun di dapat oleh Alexander saat dirinya memilih turun untuk menyambut teman-temannya yang baru datang.
Awalnya Alexander memutuskan untuk mengurung diri setelah menyambut teman-temannya yang hadir.
Namun, setelah dirinya melihat mobil yang di kendarai Tasya terparkir di pekarangan rumahnya. Ia memutuskan untuk turun.
Alexander yakin, Tasya tidak ingat jika Tuhan telah memberikannya kehidupan kedua.
Karena jika Tasya ingat dengan kehidupan pertamanya, Tasya sudah pasti menerima Alexander untuk menjadi kekasihnya atau mungkin membenci dirinya.
"Sayang ... Kamu datang sama siapa?" Lexa yang berada di taman menghampiri Tasya.
Wanita itu mencium kedua pipi Tasya setelah memeluk gadis itu. Membuat beberapa orang yang berada di sana cukup heran di buatnya.
"Tasya sama sekretaris mami, Tante."
"Mommy ... Lupa ya kalau kamu harus panggil Mommy."
"Ahh ... Iya Mom, Maaf!"
Lexa mengangguk memahami sambil tersenyum senang karena Tasya berkenan hadir malam ini.
"Hemmm ... Alexander mana ya?" Alexa mencari sang putra yang ternyata baru turun dari lift mansion.
Tasya ikut mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Alexander. Ia sama penasarannya dengan sosok Alexander, yang selalu bersikeras mengajaknya berpacaran padahal Alexander jelas-jelas tau, jika dirinya dan Lukas sedang dekat.
"Sebentar ya Sayang ... Mom panggil Xander untuk temani kamu."
Alexa antusias ingin Tasya dan Alexander memiliki hubungan yang dekat, berbeda dengan Tasya, sebenarnya ia tidak ingin bertemu dengan Alexander. Ia tidak punya wajah lagi setelah menolak Alexander Minggu kemarin.
"Xander! Your birthday, Tonight. Have fun ya kalian berdua." Lexa menarik Alexander agar menghampiri Tasya yang baru saja datang.
"Sayang ... Bilang Mommy kalau kamu butuh sesuatu ya?!"
"Iya Mom," balas Tasya dengan senyum manisnya.
Sepeninggalan Lexa, Tasya dan Alexander tampak canggung.
"Hai Xander. Happy birthday!"
Tasya memberikan paper bag dari brand ternama. Alexander menerimanya lalu ia berikan kepada asisten pribadinya-- Boldi
"Thanks!"
"Gue kesana dulu ya!" Tasya segera beranjak dari hadapan Alexander.
Ia takut dengan tatapan Alexander yang tajam kepadanya. Lelaki itu menahan tangan Tasya agar tidak beranjak dari hadapannya.
Ia harus membuat Tasya hanya menatapnya. Ia tidak ingin Lukas kembali menguasai gadis di depannya ini.
"Mau sampai kapan lo menghindar dari gue, Sya?"
"Sampai lo berhenti targetkan gue untuk jadi cewek lo."
Alexander mendesah pelan.
"Gue bukan pengen jadiin lo cewek gue."
"Lalu? Minggu kemarin lo nembak gue buat apa?"
"Gue mau lo jadi istri dan ibu dari anak-anak gue."
Uhhuuukkk ... Uhhuuukkk ...
Tasya tersedak minumannya sendiri. Ia ingat, di kehidupan pertamanya tidak ada kejadian ini.
Apakah ada yang ia lewatkan? Mengapa masa depannya berubah jika bersama Alexander?
Ia tidak ingin merubah masa depannya. Ia ingin mendapatkan Prince dan Princess kembali.
'Maaf Xander, gue harus sama Lukas. Gue ingin Prince dan Princess kembali. Gue ingin menjadi orang tua mereka.'
Alexander mengusap air mata dari sudut mata Tasya. Hal itu membuat Tasya terkejut.
"Lo punya Bianca. Lo nggak lupa kan, kalau Lukas lagi deketin gue?"
"Gue dan Bianca udah putus, Sya."
"Kita nggak pernah dekat, Xander. Sejak kapan lo suka gue, sejak kapan lo cinta sama gue?"
"Apa itu penting? Gue cuma mau masa depan gue ada lo sebagai istri gue."
"Nggak bisa, Xander. Kita nggak bisa menjalankan sesuatu tanpa perasaan."
"Why? Apa pentingnya perasaan?"
"Ibarat kendaraan. Perasaan sama pentingnya seperti bahan bakar dan cinta ibarat kendaraan itu. Jika kendaraan tanpa bahan bakar, apakah dapat bekerja dengan baik?"
"Kalian lagi bahas apa sih? Serius banget!"
Lukas yang baru datang, menghampiri Tasya sambil melingkarkan tangannya ke pinggang ramping gadis itu.
Alexander menatap manik mata Tasya dengan lekat. Membuat Lukas lagi-lagi berdehem agar Alexander tidak menatap Tasya dengan tatapan intimidasi dari lelaki itu.
"Kita nggak bahas apa-apa Luke. Lagi membicarakan otomotif. Kendaraan listrik yang membutuhkan bahan bakar."
Alexander mengernyitkan dahinya bingung. "Kendaraan listrik? Memang sudah ada di Indonesia?"
"Sudah ... Kamu nggak update ya?"
Alexander meninggalkan Tasya yang sedang asik mengajak Lukas mengobrol membicarakan hal yang tidak penting baginya.
Ia mencari Kamandanu -- ketua Pioneer, yang sudah tiba bersama teman-temannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Sayang ... Kenapa kamu ke pantry? Nggak mau bergabung dengan teman-teman mu?"
"Engga Mom, Tasya pusing dengan suara musiknya."
Lexa tersenyum menatap Tasya. Mengelus rambut ikal gadis itu.
"Mulai besok kalian berangkat sekolah bareng ya! Mommy mau Tasya lebih dekat dengan Xander."
Tasya terdiam. Bukan ini yang ia inginkan. Hubungannya dengan Lukas bisa memburuk jika lelaki itu tau dirinya di jodohkan dengan sahabatnya.
"Bagaimana kalau Tasya sering main kesini atau sebaliknya, Mom?! Schedule Xander dan Tasya berbeda, Mom."
"Benarkah? Baiklah kalau seperti itu. Tapi janji ya, Tasya harus sering main kesini."
"Baik Mom!"
"Nanti kita cooking bareng. Kamu suka masak makanan western, Chinese or--"
"Tasya bisa semua, Mom. Kecuali masakan Prancis. Tasya lupa." Tasya memotong kalimat Lexa di akhiri dengan tawa kecilnya.
"Benarkah? Tante ajarkan nanti."
"Siap Tante."
Dari luar mansion Bianca nampak heran dengan Tasya yang sangat dekat dengan ibu Alexander.
Bahkan hampir dua tahun Bianca berpacaran dengan Alexander, dirinya tidak pernah diperkenalkan dengan orang tua lelaki itu.
"Kamu ngapain di sini, Ca?"
"Luke, kamu liat deh!"
Bianca menunjuk ke arah dalam mansion. Wajahnya berubah sendu.
"Ada apa?"
"Sejak kapan Tante Lexa dekat dengan Tasya?"
Lukas mengamati Tasya yang sangat intens bercengkrama dengan Lexa -- ibu Alexander.
"Wajar ... Orang tua Tasya dan Alex sahabat dekat."
"Mereka di jodohkan?" tebak Bianca.
"Nggak mungkin, Ca! Alex benci perjodohan."
"Kalau Tasya?"
"Aku nggak tau. Tapi, sepertinya nggak mungkin Tasya mau sama Alex. Alex kasar di mata Tasya."
"Tapi kamu merasa nggak kalau akhir-akhir ini sikap Tasya berubah menjadi lebih melow?"
"Aku juga mikir begitu, Ca. Alex juga berubah. Lebih dingin dan jarang kumpul di Xalumara."
"Jarang kumpul? Terus dia sibuk apa, Luke?"
"Sibuk menjalankan dan mempelajari bisnis orang tuanya, Ca."
"Bukankah Alex nggak tertarik dengan dunia bisnis?!"
"Maka dari itu. Alex aneh semenjak pesta ulang tahun Xalumara kemarin."
Bianca mengangguk. Ucapan Lukas benar. Bahkan semenjak Alexander meninggalkan dirinya di kamar pribadi Alexander di Xalumara. Mereka tidak lagi berkomunikasi dengan baik.
"Bagaimana kalau mereka setuju untuk di jodohkan, Luke?"
"Kamu tenang saja, Sayang. Aku nggak akan membiarkan mereka bersama. Rencana kita harus berhasil."
Friska yang sedang membelakangi Bianca dan Lukas seketika membelalakkan matanya. Ia tidak menyangka jika Lukas dan Bianca memiliki hubungan spesial.
...ヽ༼⁰o⁰;༽ノ To Be Continue ヽ༼⁰o⁰;༽ノ...