Hanaya, wanita cantik yang harus rela menjual tubuhnya dengan pria yang sangat ia benci. Pria yang telah melukai hatinya dengan kata-kata yang tak pantas Hana dengarkan.
Mampukah Hana hidup setelah apa yang terjadi padanya?
Atau bagaimana kah nasib pria yang telah menghina Hana saat tahu kebenaran tentang Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Hana mondar mandir bak sebuah setrika. "Selamatka ayahku." Lirih Hana. Dengan air mata yang terus mengalir di pipi mulusnya.
"Hana, tenanglah. Ayah pasti baik-baik saja." Ucap Widia menenangkan Hana, dan menghampiri Hana lalu memeluk tubuh Hana.
"Wid. Ayah, hanya ayah dan kak Kana yang ku punya. Aku takut Wid." Ucap Hana dengan suara bergetar.
"Ayah pasti baik-baik saja." Widia mengusap pundak belakang Hana.
Dan beberapa saat kemudian, Dokter membuka pintu ruangan. Hana dan Widia pun langsung menoleh dan menghampiri dokter tersebut.
"Bagaimana dengan ayahku dok? Ayo katakan!"
"Ayah anda mengalami beberapa patah tulang di tubuhnya. Dan di bagian kepala mengalami keretakan. Jadi kita harus secepatnya mengoperasi ayah anda."
"Lakukan yang terbaik. Selamatkan ayahku dok. Selamatkan ayahku."
"Baiklah, kalau begitu sekarang anda harus menyelesaikan biaya administrasi agar ayah anda segerah di tangani."
"Baik dok.."
Dan dengan segerah Hana berjalan dengan sangat cepat menuju tempat pengurusan administrasi.
"Apa???" Teriak Hana tidak percaya dengan apa yang ia dengan saat ini. "Be-berapa yang harus saya bayar sus?" tanya Hana..
"Empat ratus tujuh puluh sembilan juta." Jawab suster dan kembali menjelaskan tentang uang yang harus Hana bayar.
Seketika kaki Hana terasa ringan. Hana hampir saja terjatuh. Untung saja ada Widia yang langsung menangkap tubuh Hana.
"Hana sadarlah."
"Wid.. Jumlahnya." Lirih Hana. Lalu Hana menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Dan kemudian berdiri dengan tegap dan menghapus air matanya.
"Sejam lagi sus. Aku akan datang membawa uang itu." Ucap Hana penuh dengan keyakinan. Dan langsung berjalan keluar dari rumah sakit.
"Hana, mau kemana?" Tanya Widia sambil mengikuti langkah Hana.
"Widia. Tolong jaga ayah. Kabari aku jika ada hal yang terjadi.. Aku harus pergi mencari pinjaman agar ayah bisa menjalani operasi."
"Tapi dimana Han? Dimana ada orang yang mau memberikan uangnya sebanyak itu dalam sejam. Apalagi ini sudah malam Han."
"Aku tidak tahu. Tapi aku akan tetap berusaha untuk ayah, apapun itu akan aku lakukan. Jadi jaga ayah Widia."
Widia menganggukkan kepalanya. " Hati-hati Hana."
••••••••
"Itulah akibatnya karena telah mengusik diriku." Gumam Adit sambil tersenyum devil. Karena telah mendapat kabar dari orang suruhannya tentang Hana.
"Kau kenapa? Dari tadi aku perhatikan kau senyum sendiri." Tanya Elang.
"Hari ini aku sangat senang. Senang sekali." Jawab Adit lalu meminum minumannya.
"Menang proyek?"
"No!"
"Lalu?"
Adit tersenyum. "Kau ingat gadis tadi yang telah berani menyiramku?" Tanya Adit dan Elang menaikkan satu alisnya.
"Aku sudah membuat perhitungan padanya. Karena telah berani membuatku malu. Maka aku membuat hidupnya hancur."
"Hahahahah, kau memang hebat sobat." Ucap Elang dengan tawa, tanpa tahu siapa wanita yang Adit maksud.
"Dia telah salah berurusan dengan ku." Kata Adit.
"Oh yah Elang, kenapa akhir-akhir ini aku jarang melihat mu dengan wanita? Bahkan sekarangpun kau tidak membawa wanita padahal kita sedang minum."
"Aku?" Ucap Elang sambil tersenyum.
"Jangan bilang kau sudah sadar? Hahahahahahah"
"Tentu tidak!" tegas Elang
"Lalu?"
"Aku sedang memiliki mangsa yang siap aku terkam."
"Wao.." Kata Adit sambil bertepuk tangan.
"Boleh aku melihat mangsamu?"
Elang terdiam sambil menatap Adit dengan tatapan horor.
"Slow Elang, slow. Aku tidak akan mengambil milikmu." Kata Adit menyakinkan Elang
Karena mereka bertiga, Elang Adit dan juga Aron telah berjanji tidak akan mengambil apa yang telah menjadi milik mereka. Mereka berjanji tidak akan saling mengusik, apalagi jika hanya menyangkut masalah wanita. Karena bagi mereka wanita hanya sebatas mainan untuk memuaskan mereka.