Nasib malang dialami oleh gadis muda bernama Viona Rosalina. Karena terlilit hutang yang lumayan besar, Viona dijadikan jaminan hutang oleh orang tuanya. Dia terpaksa merelakan dirinya untuk menikah dengan Dirgantara, seorang pengusaha muda yang terkenal sombong dan juga kejam.
Mampukah Viona menjalani hari-harinya berdampingan dengan pria kejam nan sombong yang selalu menindasnya?
Atau mungkin Viona memilih untuk pergi dan mencari kebahagiaannya sendiri?
Nantikan kisahnya hanya ada di Noveltoon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. KDRT
"Ayo keluar dari sini! Keluar!!"
Belum sempat berdiri, Dirgantara menyeret tangan Viona keluar dari ruangannya.
Pria itu murka. Ia tak bisa memaafkan siapapun yang sudah melanggar peraturannya.
Ia tak peduli meskipun Viona menjerit kesakitan, Dirgantara enggan melepaskan cengkraman tangan kekarnya.
"Jangan coba-coba mencari masalah denganku Viona! Kau berada di sini karena Ayahmu sudah menjualmu. Jika saja Ayahmu bisa mengembalikan uangku, aku tak sudi menikahi wanita ingusan seperti dirimu! Jangan anggap kau sebagai nyonya di rumah ini, karena sampai kapanpun, aku tak akan menganggapmu sebagai istriku. Kau hanya budakku, jangan belagu jadi orang!"
Teriakan Dirgantara sangat menyayat hati. Rasa sakit akibat cengkraman pria itu tak sebanding dengan lontaran kata-kata kasar yang dilayangkan padanya.
Semua penghuni rumah itu hanya terbengong melihat Tuannya mengamuk. Mereka tak berani menolong Viona walaupun wanita itu sudah tak berdaya.
"Tuan, saya mohon lepaskan Tuan ..., saya minta maaf sudah lancang masuk ke ruangan Tuan, tapi saya nggak ada niatan untuk mencuri. Saya hanya ingin membantu membersihkan ruangan Tuan."
Viona dengan isakan tangisnya mencoba untuk memberikan penjelasan pada Dirgantara. Dia tak suka dianggap pencuri, karena seumur hidupnya, dia tak pernah mencuri.
Sebagai seorang istri, ia ingin sekali membantu suaminya untuk membersihkan ruang kerjanya. Ia pikir suaminya tak akan marah jika ia yang masuk untuk mengerjakannya, tapi nyatanya, Dirgantara buta hati, tanpa mencaritahu kebenarannya, langsung saja pria itu menuduh dan menghajarnya.
"Jangan coba-coba membohongiku dengan segala macam alasan! Aku tidak pernah percaya pada siapapun! Apalagi mempercayai wanita sepertimu! Dasar maling!"
Setiap kata yang keluar dari mulut Dirgantara selalu pedas. Pria itu benar-benar tidak punya perasaan. Di saat Viona mengaduh kesakitan, dia masih juga menarik tangannya menuju kamar tamu. Dia tidak ingin Viona tinggal di kamarnya, bahkan dia tidak menganggap Viona sebagai istrinya.
"Aku peringatkan padamu! Jangan coba-coba lancang menyentuh barang-barang yang ada di rumah ini, apalagi masuk ke dalam kamarku atau bahkan ruang kerjaku. Jangan kau pikir Aku menganggapmu sebagai istri, jadi kau bisa seenaknya sendiri main masuk ke tempat orang tanpa permisi. Sekali lagi kau masuk ke tempatku, awas saja kau!"
Pria itu membuka pintu kamar tamu dan mendorong Viona begitu keras hingga mukanya membentur lantai. Untung saja giginya tak ada yang lepas.
Viona terjatuh ke lantai dengan kondisi yang begitu miris. Gadis itu hanya bisa menangis menatap tangannya yang membiru setelah diinjak oleh Dirgantara.
Dirgantara menutup pintunya dengan cukup kencang hingga membuat Viona maupun pembantu di rumahnya terkejut bukan main.
"Siapa yang sudah mengizinkannya masuk ke ruanganku?"
Beberapa orang yang ada di sana tak ada yang menjawab. Mereka tak merasa menyuruh Viona memasuki ruangan Dirgantara.
Tatapan amarah pria itu kian menjadi. Bukan hanya Viona, tapi pembantu di rumahnya juga disalahkan atas kecerobohan Viona.
Di saat yang bersamaan, datanglah Sania dari sekolahnya. Dia melihat Dirgantara datang dengan beberapa pembantu dirumahnya berkumpul dengan wajah menunduk.
Sania yakin, telah terjadi sesuatu di rumah itu. Ia tak mendapati Viona bersama mereka.
"Ada apa ini? Abang, apa yang sudah terjadi di rumah ini? Mana kak Viona?"
Sania sangat mengkhawatirkan Viona. Dia yakin telah terjadi sesuatu pada gadis itu saat kedatangan kakaknya.
Dari pagi dia sudah mengkhawatirkan Viona yang ditinggalkannya di rumah sendirian bersama dengan asisten rumah tangga. Makanya dia buru-buru pulang, dan ingin segera menemui Viona.
"Kenapa kalian semua diam? Di mana Kak Fiona sekarang?"
Melihat kemarahan kakaknya, Sania yakin, Dirgantara habis memarahi Viona, buktinya saja Viona tidak ada bersamanya.
Tak mendapatkan jawaban dari kakaknya ataupun asisten rumah tangganya, Sania langsung melangkahkan kakinya untuk mencari Viona di kamar Dirgantara.
"Kau mau apa ingin masuk ke kamarku? Jangan pernah mengajari orang lain untuk bersikap kurang ajar di rumah ini. Aku sudah peringatkan pada kalian semua jangan sampai ada yang masuk ke dalam kamarku ataupun ruang kerjaku, tapi rupanya kalian semua tuli! Kalian sudah mengabaikan perintahku!"
Sania yang hampir membuka kena pintu di kamar kakaknya, ia urungkan. Dia yakin, Viona tak lagi ada di kamar Dirgantara.
Kembali Sania melangkahkan kakinya mendekati Dirgantara. Dia ingin tahu apa yang sudah terjadi selama ia tak ada di rumah.
"Maksud Abang apa?! Aku menyuruh orang lain masuk ke kamar Abang? Orang lain siapa yang Abang maksud? Kak Viona?"
Sania menghela nafas yang membuatnya begitu sesak. Dirgantara terlalu angkuh dan juga sombong. Bahkan istrinya sendiri dianggap orang asing.
Benar-benar tidak punya hati nurani! Setiap perempuan yang dinikahi seharusnya diperlakukan dengan baik, bukan malah dijadikan musuh. Hanya orang gila saja yang menganggap istrinya sebagai orang asing, atau musuhnya.
"Bang! Kak Viona itu bukan orang lain, dia istrimu! Kamu punya tanggung jawab penuh untuk menafkahinya secara lahir batin. Dia sudah mengorbankan dirinya untuk menerima lamaranmu! Bukannya kamu sendiri yang menginginkannya untuk kau nikahi. Apa salah, jika aku memintanya untuk tinggal di kamarmu? Jangan sombong jadi orang. Dia datang berharap mendapatkan kenyamanan dari suaminya, tapi apa yang Abang berikan? Abang bahkan tidak menganggapnya ada. Abang pergi juga tak pamitan sama dia! Abang jahat tau nggak!"
Sania cukup berani melawan kakaknya. Ia hanya ingin menyadarkan jika kakaknya itu sudah egois. Sangat keterlaluan sudah membuat anak orang menderita tinggal bersamanya.
Dirgantara hanya diam dengan membuang muka. Ternyata adiknya lah yang sudah meminta Viona untuk tinggal di kamarnya, tentunya Sania juga yang mengizinkan Viona untuk memasuki ruang kerjanya.
"Bibi, di mana kak Viona berada?"
Sania mengedarkan pandangannya pada pembantu yang tidak begitu jauh berdiri di depannya.
Ia yakin pembantu dirumahnya mengetahui apa saja yang dilakukan Dirgantara terhadap Viona.
Bi Ningsih takut-takut menjawabnya. Dia juga kasihan melihat Viona diseret dari ruang kerja Dirgantara hingga mendorongnya masuk ke kamar tamu. Ia yakin gadis itu sekarang dalam keadaan kesakitan, tak satupun dari mereka ada yang berani menolongnya.
"Anu non, nyonya sekarang ada di kamar tamu."
Mendengar penjelasan dari bi Ningsih, Sania langsung melangkahkan kakinya menuju kamar tamu. Ia membuka pintunya dan mendapati Viona yang masih terkapar di lantai dengan kondisi yang tak baik-baik saja.
"Ya Tuhan .., Kak Vi! Apa yang sudah terjadi padamu? Siapa yang sudah membuatmu seperti ini? Apakah bang Dirga pelakunya?"
Sania langsung membantu mengangkat tubuh ringkih Viona menuju ranjang. Ia melihat luka lebam di tangan dan juga sudut bibirnya.
Viona tak punya kekuatan, dia pun tumbang di tempat tidur.
"BANG DIRGA!! APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADANYA! KAU SUDAH MEMBUAT ANAK ORANG MENDERITA KARENA ULAHMU! DASAR PENJAHAT! JIKA SAMPAI DIA MATI, KAU JUGA BAKALAN MEMBUSUK DI DALAM PENJARA!!
Ya Tuhan ...😭😭, jangan mati dulu Vi!😫 author belum gajian buat beli karangan bunga 😭
Kakak dear! Jangan lupa vote like komen ya? Author terbawa suasana 😭