Hubungan yang telah di jalani selama tiga tahun harus berakhir dengan kekecewaan. 2 tahun menjalin hubungan jarak jauh akibat pekerjaan, nyatanya tidak berakhir bahagia. Bahkan janji yang terucap sebelum perpisahan pun tidak bisa menjadi jaminan akan kesetiaan seseorang.
sakit hati Zea membuatnya berubah menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07
Setelah candaan dari kedua orang beda usia itu, kini ketiganya sedang berhadapan dengan beberapa gaun yang baru akan di luncurkan secara resmi seminggu lagi. Tapi dari informasi yang sudah di sebarkan melalui akun resmi butik itu.
Banyak orang-orang berduit yang sudah menginginkan gaun-gaun itu. Hanya saja belum di konfirmasi persetujuannya sebelum gaun di luncurkan.
Namun beda cerita kalau yang menginginkan gaun itu adalah bu Sari. Anggun akan dengan senang hati memberikan gaunnya. Apa lagi yang memakainya spek bidadari seperti Zea.
"Yei mau yang mana? Tunjuk saja sesuka hati," kata Anggun pada Zea.
Gadis itu langsung saja menyentuh setiap gaun yang di pajang di manekin. Benar-benar desainer kelas dunia dengan kualitas gaun yang tidak sembarangan. Zea berdecak kagum dalam hatinya kala merasakan lembut dan halusnya kain serta jahitan di gaun itu.
Meski bukan bidangnya di dunia fasion, Zea tetap tahu kalau soal kualitas kain dan sebuah gaun.
Pandangan gadis itu tertuju pada sebuah gaun berwarna pink yang sangat cantik. Ia yang memang sangat feminin tentu saja menyukai hal-hal yang berbau warna pink.
"Wao benar-benar pandangan yang sangat jeli, kamu gak salah pilih yang itu." Anggun mendekati Zea yang sedang memegang dan memandang gaun di manekin itu.
"Ini baru saja selesai di kerjakan dua hari yang lalu. Nih lihat tangan eike baru sembuh dari tertusuk jarum waktu pasangin hiasan bungan sakura kecil ini. Biasanya gak pernah eike kena jarum tapi di gaun ini benar-benar mengorbankan darah eike. Jangan sia-sia kan keindahannya dan pengorbanan eike itu," lanjutnya dengan gaya yang centil dan manja.
"Masa sih seorang Anggun si desainer misterius kena jarum? Gak percaya," cibir bu Sari dengan gurauannya.
Pandangan Anggun beralih pada bu Sari, agaknya keributan antara mereka akan kembali di mulai.
"Kok yei bilang gitu sih, Mbak? Eike gak bohong loh. Ini gaun paling spesial dan paling mahal, kalau di jual juga bakalan buat eike bisa keliling healing cari brondong."
Bu Sari mencebik melihat gaya Anggun yang semakin di lambaykan nya kala mengatakan brondong.
Tanpa keduanya sadari kalau Zea sudah keluar dari ruangan itu. Gadis itu hanya berpesannpada karyawan butik yang sejak tadi berada di sana bersama mereka. Ia menginginkan gaun itu untuknya, setelah berpesan demikian Zea pergi meninggalkan sang mama.
"Loh loh loh, mana Zea? Kok gak ada?" Tanya bu Sari kala baru sadar jika sang anak sudah tidak ada di sana.
Anggun juga menoleh dan mendapati kalau hanya tinggal karyawannya saja yang berdiri di dekat gaun pilihan Zea.
"Eh iya, kemana anak yei Mbak? Jangan-jangan di culik brondong tampan," kata Anggun yang sontak saja mendapatkan pelototan dari bu Sari.
"Mulut kamu Agung! Enak saja bilang anak ku di culik berondong. Kamu itu bungkus berondongnya," ucap bu Sari tidak terima.
"Memang iya eike bungkus berondong, kalau ada yang mau saja sama eike. Pasti langsung di bungkus deh," sahut Anggun.
Bu Sari berdecak kesal melihat Anggun, lalu pandangannya beralih pada si karyawan butik yang hanya menahan tawa gelinya.
"Kemana anak saya?" Tanya bu Sari.
"Nona itu sudah keluar sekitar lima belas menit yang lalu, Nyonya. Dan Beliau juga berpesan kalau ingin gaun yang ini," sahut si karyawan butik sembari menunjuk gaun pink di sebelahnya.
"Ya sudah, kamu bungkuskan gaun itu Gung. Aku tunggu di luar saja sama anak dan suamiku," ujar bu Sari yang langsung keluar begitu saja.
Anggung yang melihat tingkah bu Sari langsung saja ngedumel tidak terima. Apa lagi ia di panggil Agung terus jika mereka bertemu.
"Gung gang gung, emangnya eike jagung. Memang gak akan pernah menang tuh kalau lawannya emak-emak."
Pria gemulai itu segera melepaskan gaun yang di pilih Zea kemudian di bungkus pula. Dengan penuh hati-hati gaun itu di lipat dan di bungkus.
Sedangkan Zea yang sudah keluar dari ruangan khusus di lantai dua itu. Ia turun ke lantai satu menggunakan tangga saja. Karena sangat malas kalau harus menunggu lift bergerak. Toh hanya satu lantai saja ke bawah.
Saat gadis itu melangkah ketempat di mana sang papa menunggu. Sesuatu menarik perhatiannya hingga langkah kakinya terhenti.
"Joni!" Gumam Zea pelan.
Si pemilik nama terlihat sedang menemani seorang perempuan cantik memilih pakaian. Bahkan keduanya terlihat sangat mesra layaknya hanya keduanya saja yang berpasangan.
Zea berjalan perlahan mendekati Joni hendak menyapa langsung dan menjelaskan semuanya. Tapi belum juga sampai di tempat pemuda itu berada. Ucapan yang di katakan kedua pasangan itu justru lebuh menarik untuk di dengarkan.
Akhirnya Zea memilih untuk mendengarkan saja apa yang di ucapkan kedua orang itu. Bukan bermaksud untuk menguping, ia hanya ingin mendengar dengan jelas tentang status hubungan pasangan itu.
"Gimana menurut kamu yang ini sayang? Bagus gak gaunnya?" Tanya si perempuan.
"Tentu saja bagus dong sayang, kalau Mimi ku yang menggunakannya pasti terlihat cantik."
Suara Joni terdengar pula dan Zea mengambil posisi di mana ia bisa melihat langsung bagaimana keduanya berinteraksi. Tidak mengherankan bagi Zea jika keduanya akan bersikap sangat romantis.
Walau hatinya sakit menyaksikan hal itu, Zea tidak mau terlalu menanggapi perasaannya. Ia tidak mau menanggung sakit sendirian sedangkan si pelaku justru sedang bahagia.
"Akh, kamu bisa saja sih sayang." Manja di perempuan bernama Mimi itu.
"Kamu memang sangat cantik dan menarik sayang. Gak ada duanya deh kamu di hatiku," ucap Joni pula sembari mencubit manja dagu Mimi.
"Ikh, sayangnya aku. Makin cinta deh sama kamu," ujar Mimi lalu memeluk Joni tanpa rasa malu.
Meski di sana banyak orang-orang berduit yang sedang belanja. Keduanya tidak malu memamerkan kemesraan yang terlalu intim. Mimi juga tidak segan-segan mengecup pipi Joni di tempat umum itu.
"Tentu harus makin cinta dong, tiga hari lagi kan kita tunangan, trus menikah. Jadi rasa cinta di antara kita berdua harus semakin di tumbuhkan agar selalu bahagia."
Mimi terlihat tersenyum bahagia sembari menganggukkan kepalanya cepat tanda setuju dengan ucapan Joni.
keduanya terus memilih gaun sembari pamer kemesraan. Zea sendiri malah jadi muak melihat pertunjukan itu. Bukan muak karena rasa cemburu meski rasa itu tetap ada. Tapi ia muak karena sikap keduanya yang di nilai terlalu lebay dan berlebihan.
"Ya ampun sayang, kamu dari mana?" Tanya bu Sari kala Zea tiba di tempat pak Bambang duduk.
"Lihat-lihat bentar, Ma. Banyak baju yang bagus-bagus banget di sini," sahut Zea memberi alasan.
"Oh, syukurlah. Mama, kira kamu tersesat karena baru pertama kali ke sini." Bu Sari terlihat mengelus dada tanda ia lega.
"Kan tadi Papa juga sudah bilang kalau Zea pasti bakalan balik. Mama, saja yang gak percayaan."
Pak Bambang berucap dengan santai karena ia tahu anaknya pasti akan datang.
"Mbak ini gimana sih? Masa iya di butik eike bisa ke sesat. Ada banyak cctv yang bisa di pantau, trus ini juga bukan hutan kali Mbak sampai harus tersesat segala. Ikh gemoy deh eike," ujar Anggun.
"Gemas," ralat bu Sari.
"Gak Jimin lagi itu," sahut Anggun.
lanjut torrr