Sinopsis: Terlena oleh Zina
Alvian dan Mesya, dua mahasiswa yang jatuh cinta di kampus, menjalani hubungan yang penuh dengan kebahagiaan dan romantisme. Namun, kesibukan dan ketidakpercayaan mulai merusak hubungan mereka, memunculkan konflik dan cemburu. Setelah berbagai pertengkaran dan introspeksi diri, mereka memutuskan untuk berpisah guna memperbaiki kualitas diri masing-masing. Meski berpisah, mereka menghargai pelajaran berharga dari hubungan tersebut dan melanjutkan hidup dengan lebih bijaksana. apakah Mesya akan bertemu Alvian di jenjang yang lebih serius lagi ? baca kisahnya seorang juga !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mra_ author, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PEREMPUAN ITU !
Suatu hari, di tengah kebingungan, Mesya menerima pesan dari teman lamanya, Rina. Rina mengajaknya untuk bertemu dan berbicara. Mesya merasa ini adalah kesempatan yang baik untuk menceritakan semua masalahnya.
"Mesya, apa kabar? pesan dari Rina
"Iya, Rina. Aku sedang mengalami masalah besar dengan Alvian. Kami sering bertengkar belakangan ini."
"Oh, aku sedih mendengarnya. Apa yang terjadi?" Rina mencoba untuk memahami perasaan sahabatnya itu.
"Kami berdua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Alvian lebih banyak waktu untuk organisasinya, dan aku merasa diabaikan. Aku juga cemburu setiap kali dia lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman organisasinya."
"Itu wajar, Mesya. Dalam hubungan, pasti ada masa-masa sulit. Tapi, jika kalian masih saling mencintai, pasti ada cara untuk mengatasinya." Rina mencoba menenangkan sahabatnya itu.
"Aku tahu, Rina. Tapi rasanya semakin sulit. Setiap kali kita mencoba bicara, masalahnya tetap sama."
"Mungkin kalian perlu mencari cara baru untuk menyelesaikan masalah. Coba bicara dengan kepala dingin dan tanpa emosi. Dan ingat, selalu ada kompromi dalam hubungan." ucap Rina.
Saran Rina memberikan sedikit harapan bagi Mesya. Ia merasa perlu mencari cara lain untuk menyelesaikan masalah dengan Alvian. Mesya memutuskan untuk bertemu dengan Alvian dan berbicara dari hati ke hati tanpa emosi yang berlebihan.
"Alvian, bisa kita bicara lagi? Aku ingin kita benar-benar mendengarkan satu sama lain kali ini." ucap Mesya
"Tentu, Mesya. Aku juga ingin kita menemukan jalan keluar." jawab Alvian
Mereka duduk bersama di taman kampus yang tenang. Mesya mulai mengungkapkan semua perasaannya, sementara Alvian mendengarkan dengan seksama.
" Aku tahu kamu punya tanggung jawab di organisasi, tapi aku juga butuh perhatianmu. Aku merasa kesepian."
" Mesya. Aku tidak pernah berniat membuatmu merasa diabaikan. Tapi, tanggung jawabku di organisasi juga penting untuk masa depan kita."
"Aku mengerti, Alvian. Tapi, aku ingin kita mencari cara untuk bisa tetap bersama meski dengan semua kesibukan ini. Mungkin kita bisa membuat jadwal untuk waktu bersama."
"Itu ide bagus, Mesya. Aku setuju. Kita bisa membuat jadwal khusus untuk kita berdua, agar kita tetap bisa menikmati waktu bersama."
Mesya merasa lega mendengar respon positif dari Alvian. Mereka berdua sepakat untuk mencoba membuat jadwal yang bisa mengakomodasi kepentingan mereka berdua.
Namun, meski sudah berusaha, konflik tetap saja muncul. Suatu hari, Mesya menemukan Alvian sedang berbicara dengan seorang perempuan di kampus. Perasaan cemburu dan tidak aman kembali menghantui dirinya.
"Alvian, siapa perempuan itu? Kenapa kamu bicara begitu dekat dengannya?" ucap Mesya penasaran
"Oh, itu hanya teman dari organisasi. Kami sedang berdiskusi tentang acara mendatang." Alvian mencoba menjelaskan
"Aku tahu itu hanya diskusi, tapi aku merasa tidak nyaman melihat kamu begitu dekat dengan perempuan lain." Mesya merasa cemburu
"Mesya, kamu harus percaya padaku. Aku tidak punya maksud apa-apa. Aku hanya berusaha menjalankan tanggung jawabku." Alvian mencoba menyakinkan Mesya
"Aku tahu, Alvian. Tapi, perasaan cemburu ini sulit dihilangkan. Aku takut kehilangan kamu." mesya mulai terisak
"Aku juga takut kehilangan kamu, Mesya. Tapi, kita harus saling percaya. Tanpa kepercayaan, hubungan kita tidak akan bertahan." lagi lagi Alvian menyakinkan Mesya
Percakapan itu kembali membuat Mesya merasa bersalah. Ia tahu bahwa kepercayaannya pada Alvian harus lebih kuat. Namun, perasaan cemburu dan ketidakpastian terus menghantui pikirannya.
Di sisi lain, Alvian juga merasa semakin tertekan dengan situasi ini. Ia merasa harus terus-menerus membuktikan kesetiaannya, sementara tanggung jawab di organisasi juga semakin berat. Konflik antara keinginan pribadi dan tanggung jawab terus membebani pikirannya.
Suatu malam, mereka kembali bertengkar. Kali ini, pertengkaran mereka lebih hebat dari sebelumnya.
Percakapan itu membuat keduanya terdiam. Mereka merasa patah hati, tetapi juga tahu bahwa hubungan mereka sedang berada di ujung tanduk. Mereka memutuskan untuk memberi ruang satu sama lain, berharap bisa menemukan jawaban yang tepat.
Beberapa hari berlalu, dan Mesya merasa semakin hampa tanpa kehadiran Alvian. Ia merindukan kebersamaan mereka, tetapi juga merasa perlu untuk mempertimbangkan kembali hubungan mereka.
Di sisi lain, Alvian juga merasa kehilangan. Ia merindukan senyum dan tawa Mesya, tetapi ia juga sadar bahwa hubungan mereka membutuhkan perbaikan yang mendalam.
Suatu hari, mereka kembali bertemu di tempat favorit mereka, sebuah kafe kecil di dekat kampus. Mereka duduk di meja yang sama, tetapi suasana terasa berbeda.
"Mesya, aku merindukan kamu. Aku merindukan kita." ucap Alvian
"Aku juga merindukan kamu, Alvian. Tapi, kita perlu menyelesaikan masalah ini." Mesya pun merasakan hal yang sama
"Aku setuju. Kita tidak bisa terus seperti ini. Kita harus menemukan cara untuk memperbaiki hubungan kita." ucap Alvian
"Alvian, mungkin kita perlu mengurangi sedikit kesibukan kita dan lebih fokus pada hubungan ini. Aku tahu tanggung jawab itu penting, tapi kita juga penting."
"Aku setuju, Mesya. Aku akan berbicara dengan teman-teman di organisasi untuk mengurangi beberapa tanggung jawab. Aku ingin kita bisa kembali seperti dulu."
"Aku juga akan berusaha lebih memahami kesibukanmu, Alvian. Kita harus saling mendukung dan mempercayai."
Mereka berdua saling menatap dengan penuh harapan. Meski jalan yang mereka tempuh masih panjang, tetapi mereka tahu bahwa cinta mereka masih ada dan layak untuk diperjuangkan.
"Mesya, aku berjanji akan berusaha lebih baik lagi. aku tidak ingin kehilangan kamu." ucap Alvian sungguh sungguh
"Aku juga berjanji, Alvian. Aku akan berusaha lebih sabar dan lebih memahami." ucap Mesya yang sedikit merasa tenang
Mereka saling menggenggam tangan, merasakan kehangatan yang selama ini hilang. Meskipun masalah belum sepenuhnya selesai, tetapi mereka merasa ada harapan untuk memperbaiki hubungan mereka.
Hari-hari berikutnya, mereka mulai mengatur ulang prioritas mereka. Alvian mengurangi beberapa kegiatan organisasinya, sementara Mesya mencoba lebih sabar dan memahami kesibukan Alvian. Mereka juga mulai meluangkan lebih banyak waktu untuk bersama, menikmati kebersamaan mereka tanpa tekanan.
Namun, meski sudah berusaha sebaik mungkin, konflik kecil masih saja muncul. Perasaan cemburu dan ketidakpastian masih menghantui Mesya, sementara Alvian merasa terus-menerus harus membuktikan kesetiaannya.
Suatu hari, saat mereka sedang berjalan-jalan di taman kampus, Mesya melihat Alvian menerima telepon dari teman perempuan di organisasinya. Perasaan cemburu kembali muncul, dan kali ini ia tidak bisa menahannya.
"Alvian, kenapa kamu selalu menerima telepon dari perempuan itu? Apa sebenarnya hubungan kalian?" kesedihan dan kecemburuan Mesya tidak bisa di pendam.
"Mesya, itu hanya teman organisasi. Kami hanya berbicara tentang tugas." lagi lagi Alvian mencoba menjelaskan
"Tapi kenapa harus selalu dia? Aku merasa kamu lebih peduli padanya daripada padaku." ucap Mesya
"Mesya, kamu harus percaya padaku. Aku tidak punya maksud apa-apa." ucap Alvian
"Aku tahu, Alvian. Tapi perasaan cemburu ini terus menghantuiku. Aku merasa tidak aman."
"Mesya, aku mencintaimu. Aku tidak pernah berniat membuatmu merasa tidak aman. Tapi, kamu juga harus belajar untuk mempercayai aku."
Pertengkaran itu kembali membuat mereka merasa tertekan. Meski sudah berusaha sebaik mungkin, masalah kepercayaan dan cemburu masih menjadi penghalang besar dalam hubungan mereka.
cuma itu ceritanya terlalu singkat aja. kan mana mungkin hidup itu hanya sedikit konflik.. dan juga kegiatan dan cara berbicara terlalu biasa.. semangat melatih public speaking ya✌️
jangan lupa mampir di karyaku ya..
diriku adalah masa depanku
setetes air diujung ranting
terjebak dalam masa lalu
thanks ✌️