Terlena Oleh Zina

Terlena Oleh Zina

PERTEMUAN PERTAMA

Senin pagi yang cerah, Alvian berjalan menuju ruang kelas ekonomi dengan langkah yang penuh semangat. Hari itu adalah hari pertama di semester baru, dan dia berharap bisa memulai dengan baik. Saat memasuki ruang kelas, dia melihat beberapa wajah baru di antara teman-teman lamanya. Salah satu wajah baru itu adalah seorang gadis yang duduk di barisan tengah, tersenyum ramah kepada siapa pun yang menyapanya.

Alvian, dengan rasa ingin tahu, memilih untuk duduk di dekat gadis itu. Setelah meletakkan tasnya di kursi, dia memperkenalkan dirinya.

"Hai, aku Alvian. Kamu baru di sini, ya?"

"Hai, iya, aku Mesya. Baru pindah dari kampus lain."

"Oh, selamat datang di sini. Jurusan ekonomi juga?"

"Iya, benar. Senang bisa bertemu teman baru." ucap Mesya

Senyum Mesya begitu menenangkan, membuat Alvian merasa nyaman. Sebelum mereka melanjutkan percakapan, dosen masuk dan kelas pun dimulai. Selama kelas, Alvian sesekali melirik ke arah Mesya, merasa ada sesuatu yang menarik dari gadis ini. Dia tak sabar menunggu kelas selesai agar bisa mengenalnya lebih jauh.

Setelah kelas berakhir, Alvian memberanikan diri untuk mengajak Mesya mengobrol lebih banyak.

"Gimana tadi kelas pertamamu di sini? Seru, kan?"

"Lumayan seru. Dosenya asik juga, ya." ucap Mesya

"Iya, dia memang salah satu dosen favorit di sini. Eh, kamu ada jadwal kelas lagi setelah ini?"

"Enggak ada. Aku baru punya satu kelas hari ini."

"Wah, sama dong. Kalau gitu, mau ngopi bareng? Ada kafe enak dekat kampus." Alvian menawarkan diri untuk beristirahat sebentar

"Boleh juga. Aku memang belum sempat eksplorasi sekitar kampus." jawab Mesya.

Mereka pun berjalan bersama menuju kafe yang disebutkan Alvian. Di sepanjang perjalanan, mereka berbicara tentang banyak hal, dari hobi hingga alasan Mesya pindah kampus. Percakapan mereka mengalir begitu saja, tanpa ada rasa canggung.

Di kafe, mereka memesan kopi dan duduk di meja yang nyaman. Sambil menunggu pesanan datang, mereka melanjutkan obrolan.

"Jadi, kenapa kamu pindah ke sini, Mesya?"

"Kampus sebelumnya terlalu jauh dari rumahku. Lagipula, aku dengar kampus ini punya program ekonomi yang bagus."

"Benar banget. Aku sendiri merasa banyak belajar di sini. Semoga kamu juga merasa betah."

"Terima kasih, Alvian. Senang rasanya bisa bertemu teman baru yang ramah seperti kamu."

Alvian merasa hatinya hangat mendengar kata-kata Mesya. Dia senang bisa membuat Mesya merasa diterima di lingkungan baru.

Pesanan mereka datang, dan mereka melanjutkan obrolan sambil menikmati kopi.

"Jadi, selain belajar ekonomi, kamu suka ngapain lagi?"

"Aku suka baca novel, terutama yang bergenre romansa. Kadang-kadang aku juga menulis cerita pendek."

"Wah, menarik. Aku juga suka baca, tapi lebih ke buku-buku non-fiksi. Tapi aku tertarik dengan cerita-cerita yang ditulis orang lain."

"Serius? Nanti aku kasih kamu salah satu cerpenku. Kamu boleh kasih kritik kalau mau." ucap mesya .

"Tentu, dengan senang hati. Aku pasti baca."

Alvian senang dengan Mesya yang antusias meminjamkan buku miliknya.

Percakapan mereka terus berlanjut hingga mereka menyadari waktu sudah berlalu begitu cepat. Mesya merasa sangat nyaman berbicara dengan Alvian, seolah mereka sudah berteman lama. Alvian juga merasa hal yang sama. Ada sesuatu tentang Mesya yang membuatnya ingin terus mengenal gadis itu lebih dalam.

Saat mereka bersiap untuk pulang, Alvian menawarkan untuk menemani Mesya sampai ke halte bus.

"Aku temenin kamu ke halte bus, ya. Biar nggak sendirian."

"Wah, terima kasih banyak, Alvian. Kamu baik sekali." jawab Mesya.

Di perjalanan menuju halte, mereka berbicara tentang rencana untuk bertemu lagi dan belajar bersama. Mereka sepakat untuk bertemu di perpustakaan kampus esok hari setelah kelas selesai. Setelah sampai di halte, Alvian memastikan Mesya mendapatkan bus yang tepat.

"Hati-hati di jalan, Mesya. Sampai ketemu besok, ya."

"Iya, Alvian. Terima kasih banyak hari ini. Sampai ketemu besok."

Alvian merasa puas dan senang bisa menghabiskan waktu bersama Mesya. Dia pulang dengan perasaan riang dan penuh harapan untuk pertemuan mereka berikutnya.

Keesokan harinya, Alvian tiba di perpustakaan kampus lebih awal. Dia memilih meja yang agak tersembunyi di sudut, berharap tempat itu cukup tenang untuk belajar. Sambil menunggu Mesya, dia membuka laptop dan mulai mengecek email kampus.

Tak lama kemudian, Mesya datang dengan senyum yang cerah. Dia membawa beberapa buku tebal yang terlihat seperti materi kuliah mereka.

"Hai, Alvian! Maaf lama, aku tadi nyari buku dulu."ucap Mesya yang baru saja datang.

"Oh, nggak masalah. Kamu dapet buku yang dicari?" tanya Alvian .

"Iya, ini buku referensi buat tugas kita. Kamu udah baca materinya?" tanya Mesya .

"Baru sedikit. Ayo kita mulai aja, biar cepet selesai." jawab Alvian.

Mereka duduk berdampingan dan mulai membahas tugas kuliah mereka. Alvian terkejut dengan kecerdasan Mesya. Meski baru pindah, Mesya sudah bisa mengejar materi dengan cepat.

"Kamu pinter banget, Mesya. Aku sampe nggak nyangka."

"Ah, nggak juga. Aku cuma berusaha keras biar nggak ketinggalan." ucap Mesya dengan perasaan senang atas pujian yang Alvian berikan.

Obrolan mereka sesekali diselingi dengan candaan ringan, membuat suasana belajar terasa lebih santai. Mereka saling bertukar ide dan pendapat tentang materi kuliah, menambah wawasan satu sama lain.

Saat sedang asyik berdiskusi, tiba-tiba perut Alvian berbunyi. Mesya tertawa kecil, membuat Alvian sedikit malu.

"Kamu belum makan siang, ya? Yuk, kita istirahat dulu dan makan."

"Iya, aku lupa makan saking semangatnya buat belajar bareng kamu."

Mereka meninggalkan perpustakaan dan berjalan menuju kantin kampus. Sambil menunggu pesanan datang, mereka melanjutkan obrolan tentang kehidupan di luar kuliah.

"Kamu punya hobi apa, Alvian?"

"Aku suka main bola dan basket. Kalo lagi nggak sibuk, aku juga suka nonton film." jawab Alvian.

"Aku juga suka nonton film. Genre apa yang kamu suka?" tanya Mesya

"Biasanya action atau sci-fi. Tapi kadang aku juga nonton drama, tergantung mood." jawab Alvian.

"Aku lebih suka drama dan romansa. Mungkin suatu saat kita bisa nonton bareng." Mesya menawarkan diri untuk nonton bareng dengan Alvian.

"Boleh banget. Nanti kamu kasih tau film yang kamu suka, ya." Alvian menjawab dengan senang.

Obrolan mereka terus berlanjut hingga makanan tiba. Mereka menikmati makan siang sambil terus berbagi cerita tentang diri mereka masing-masing. Alvian merasa semakin nyaman dengan Mesya, begitu pula sebaliknya.

Setelah makan, mereka kembali ke perpustakaan untuk menyelesaikan tugas. Waktu berlalu tanpa terasa, dan sebelum mereka sadari, sore pun tiba. Tugas mereka akhirnya selesai.

"Wah, nggak kerasa udah sore aja. Tugas kita akhirnya kelar juga." ucap Alvian

"Iya, berkat bantuan kamu juga. Terima kasih, Alvian." ucap Mesya.

"Sama-sama, Mesya. Senang bisa belajar bareng kamu."

Mereka berjalan keluar perpustakaan dengan perasaan puas. Di luar, langit mulai berubah warna menjadi oranye, menandakan senja yang indah.

"Senjanya indah banget, ya." ucap Alvian.

"Iya, betul. Hari ini juga menyenangkan. ucap Mesya

"Aku juga merasa senang. Besok kita ada kelas lagi, kan? Mungkin kita bisa belajar bareng lagi." Alvian ingin terus berads di dekat Mesya.

"Tentu saja. Aku akan menunggu." jawab Mesya.

Mereka berpisah di gerbang kampus, masing-masing pulang dengan perasaan bahagia. Hari itu menjadi awal dari persahabatan yang indah antara Alvian dan Mesya, yang tanpa mereka sadari, akan membawa mereka ke dalam perjalanan panjang penuh cinta dan tantangan.

Terpopuler

Comments

Sulas Tri

Sulas Tri

itu awal yg bagus

2024-07-31

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!