NovelToon NovelToon
RAMALAN I’M Falling

RAMALAN I’M Falling

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Tinta Selasa

Soraya adalah gadis paling cantik di sekolah, tapi malah terkenal karena nilainya yang jelek.
Frustasi dengan itu, dia tidak sengaja bertemu peramal dan memeriksa takdirnya.

Siapa sangka, selain nilainya, takdirnya jauh lebih jelek lagi. Dikatakan keluarganya akan bangkrut. Walaupun ada Kakaknya yang masih menjadi sandaran terahkir, tapi Kakaknya akan ditumbangkan oleh mantan sahabatnya sendiri, akibat seteru oleh wanita. Sementara Soraya yang tidak memiliki keahlian, akan berahkir tragis.

Soraya jelas tidak percaya! Hingga suatu tanda mengenai kedatangan wanita yang menjadi sumber perselisihan Kakaknya dan sang sahabat, tiba-tiba muncul.



Semenjak saat itu, Soraya bertekad mengejar sahabat Kakaknya. Pria dingin yang terlanjur membencinya. ~~ Bahkan jika itu berarti, dia harus memaksakan hubungan diantara mereka melalui jebakan ~~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tinta Selasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7

Setelah menampar, mengkuliahi, dan mengkritik selera Rafael habis-habisan, Soraya akhirnya pulih dari semua rasa tidak nyaman yang telah ditransfernya pada sang Kakak.

Dengan itu, dia kembali fokus pada dirinya sendiri. Membenarkan penampilannya yang sudah acak-acakan akibat berkelahi dalam pelukan, Soraya tidak lupa menatap kaca motor memastikan lipstiknya masih melekat.

Dia benar-benar tidak peduli, bagaimana Rafael masih terdiam seperti batu, karena cecaran yang tidak diketahui alasannya.

Bagi Soraya, memang benar bahwa dia bertekad akan menjaga diri mereka dari takdir yang buruk, tapi itu tidak serta merta akan membuatnya berubah menjadi lebih toleran pada Rafael. Untuk saat ini, dia masihlah Soraya yang sama, yang menaiki motornya dan bersiap masuk ke dalam rumah.

“Kenapa diam saja? apa Kakak menikmati berjalan tanpa sandal, ala monyet?”

Rafael terkesiap, “Sora …,”

BIPPPP. Soraya dengan tidak sabar membunyikan klakson, “Cepatlah naik! ini sudah larut.”

“Naik?” Beo Rafael.

Soraya yang melihat wajah bingung Kakaknya, menarik gas motor dengan cepat, hingga membuatnya ditengah jalan. Pada saat inilah, baru Rafael mengerti.

Senyum dengan cepat mengembang dari kedua sudut bibirnya. Rafael yang sempat syok, perlahan pulih hatinya manakala diajak naik motor oleh Soraya. Rasanya sudah lama, ketika terakhir kali mereka berbonceng bersama. Saking lamanya, Rafael sempat bingung ketika disuruh naik.

Tapi begitu semakin baik Soraya, semakin aneh itu semua bagi Rafael. Dia masih penasaran, apa yang melatarbelakangi semua perubahan Soraya.

“Siap?”

“Mm.” Angguk mantap Rafael, saat dia sudah duduk di motor.

Keduanya yang hanya berada di tengah jalan depan rumah, sudah bersiap untuk masuk, ketika Soraya menyadari bahwa mobil diujung sana, adalah mobil Kakaknya. CITTTT …. BUG.

Kepala Rafael membentur kepala Soraya akibat rem dadakan, dan ini membuatnya panik.

“Maaf, maaf, adikku yang cantik. Kakak tidak sengaja.” Ucap Rafael sambil mengelus kepala Soraya dengan sayang, sangat takut dimarahi.

Tapi Soraya tidak peduli dengan hal itu, dia malah membengkokkan stir motornya ke arah mobil Rafael, dan menyalakan lampu sorot.

Jantung Rafael hampir melompat saat menyadari apa yang dilakukan Soraya. Dia dengan cepat menjadi pasrah, apabila adiknya itu akan melihat sang sahabat. Namun beruntung saat lampu sorot motor mengenai mobil, Sean tidak terlihat di sana.

Ini bukanlah suatu kebetulan. Karena Sean pun tidak ingin dilihat oleh Soraya. Bukan kali pertama, Sean meminjam mobil Rafael saat ada keadaan darurat baginya. Namun Soraya yang tidak menyukai Sean, selalu melarang Rafael untuk meminjamkan mobil. Dia juga tidak ragu mendiamkan sang Kakak, jika tidak menuruti perkataannya. Inilah yang menjadi alasan, kenapa Rafael dan Sean harus tetap diam jika ingin saling membantu.

“Kakak mobilmu?”

“Ah ya, ya, Kakak lupa memasukkannya.”

Alis Soraya menukik, dia tidak percaya Rafael tidak memasukkan mobilnya. Namun begitu, dia hanya bereaksi sesuai suasana. “Ya sudah, turun dan bawa masuk.”

“Ah ya, tapi kan harus masuk dulu untuk ambil kunci.” Ujar Rafael berpura-pura tenang. Dalam pikirannya, Soraya pasti memiliki sesuatu untuk dibantah, jadi ini menambah kecemasan Rafael.

Namun siapa sangka, dengan cepat, semua berjalan sesuai dengan yang yang dikatakannya. Soraya tidak rewel, dan langsung masuk ke dalam rumah.

Tepat saat mereka sudah di dalam, dan Soraya memasuki rumah, Rafael mengirim pesan kepada Sean untuk masuk ke dalam.

Yang tidak diketahui Rafael, Soraya sebenarnya tidak benar-benar masuk ke dalam. Dia sedang bersembunyi di sebuah sudut dari teras rumah mereka yang besar, untuk melihat Rafael.

Aku yakin, si miskin itu ada disini. Tidak mungkin mobil Kakak ditinggalkan begitu saja diluar. Lagipula inikan sudah larut, supir dan para pelayan sudah kembali ke mess belakang. Duga Soraya, yang tidak salah lagi.

Matanya yang besar, menjadi sipit manakala melihat gerbang otomatis mereka kembali terbuka. Benar saja, mobil di luar akhirnya masuk, tanpa seorangpun yang keluar.

“Ah, itu benar-benar si miskin!” Gumam Soraya.

Semakin dekat mobil, semakin jelas terlihat, bahwa itu Sean. Ada banyak kebencian di hati Soraya, mengingat Sean yang berkemungkinan menghancurkan Kakaknya seperti ramalan.

“Apapun alasannya, tidakkah dia terlalu tidak tahu diri? lihat betapa baik Kakakku padanya!” Gerutu Soraya.

Dia terus memperhatikan bagaimana Sean turun, dan disambut Rafael dengan baik. Walaupun dia membenci Sean, untuk sekilas dia bisa melihat betapa berterima kasih pria itu pada Kakaknya. Untuk sesaat keduanya nampak tulus bersama.

Melihat ini, Soraya tiba-tiba jadi penasaran bagaimana seorang wanita bisa membuat mereka saling menghancurkan. Kakakku memulai perkara duluan? apa itu artinya, Tai sialan itu memilih Sean daripada Kakakku? Kalau begitu, apa hubungannya dia dengan ayang Rex? Pikir Soraya, yang semakin lama semakin geram pada Taira.

Saking geramnya dia, dia refleks meninju tembok. Naas, – “Awwww!”

Rafael dan Sean yang mendengar ini begitu terkejut, sementara Soraya yang sadar dia ketahuan, masih berusaha membekap mulutnya kuat. Bodoh, bodoh, sialan. Umpatnya dalam hati. Merutuki kebodohannya sendiri.

Dia yang tadinya berdiri, kini berjongkok dengan harapan akan semakin tersembunyi. Apa ku buat suara kucing kali ya? Pikir Soraya semakin jauh. Dalam ingatannya suara kucing kadang bisa mirip suara manusia. Berharap hal ini akan membuat, Sean dan Rafael menganggap lalu suara kesakitannya tadi.

“Meongggg….”

Oh wow! Mendengar suaranya sendiri, Soraya menjadi sangat bangga. Dia merasa itu tadi sangat mirip, jadi dia diam, tidak mengintip lagi. Ada jeda waktu yang cukup dalam diam, ketika dia merasa aneh, karena tidak mendengar suara keduanya lagi.

Soraya yang sudah tidak nyaman, akhirnya memberanikan diri mengintip kembali. Namun betapa terkejutnya dia, ketika tidak melihat Sean dan Rafael lagi. “Dimana mereka?”

“Kucing?”

“Meonggg ….”

Deg. Satu detik, dua detik, tiga detik.

Apa itu tadi? Pikir Soraya yang baru tersadar. Butuh beberapa detik baginya untuk tersadar, sebelum mengumpat. “Oh shit!” Matanya menjadi bulat sempurna dengan kedua tangan yang sudah menutup mulutnya.

Sekarang Soraya sangat kesal dengan Rafael yang mengekspos dirinya. Dia berbalik kaku dengan wajah yang cemberut.

Si bengek ini pasti akan mengejek, pikirnya.

Sejujurnya itu tadi adalah salah satu hal paling konyol yang terjadi dalam hidupnya. Dia yang sudah ketahuan, dipermainkan Rafael dengan kedatangan tiba-tiba di belakang. Tidak sampai disitu, dia semakin dipermainkan manakala sang Kakak menyebut kucing, dan dia dengan bodohnya menjawab, seolah-olah dia benar kucing itu.

Tapi berbeda dengan pikiran Soraya, dimana Rafael akan mengejeknya. Rafael malah hanya tersenyum dalam diam, ketika mata mereka akhirnya bertemu. Sebenarnya dia sangat ingin tertawa sampai terpingkal-pingkal, namun mengingat karakter Soraya yang sulit dibujuk dan interaksi mereka yang baru saja menghangat, dia menahan diri, walaupun sesak di dada.

Melihat tidak ada reaksi berlebihan dari Rafael, Soraya akhirnya bernafas lega. Dia dengan cepat, mengalihkan pembicaraan dengan memasang wajah tembok. “Kakak, kau sendirian? dimana si mis– eh, maksudku si Sean itu?” tanya Soraya, yang meralat ucapannya.

Rafael yang kembali mendapatkan kejutan oleh tindakan aneh Soraya, merasa semakin takut. Dia heran karena Soraya repot-repot memperbaiki ucapannya. Setahu Rafael, adiknya adalah seorang dengan kemampuan menghina yang hampir seperti bakat. Untuk sesaat, dia menduga Soraya bertobat.

Dengan kedua tangan di saku celana, dia menatap lantai memikirkan hal ini. Tapi begitu, dia menggeleng dan segera kembali ke dunia nyata. Dunia dimana dia tahu, Soraya pasti akan marah, atas kebohongan yang terarah padanya.

“Jangan katakan apapun pada Sean. Dia membawa mobil Kakak karena Kakak yang memaksanya. Ibunya tiba-tiba sakit, dan harus dilarikan ke Rumah sakit, jadi, … kalau mau marah, marahi kakak saja.”

Mendengar ini, dahi Soraya mengernyit. Dia ingat bahwa dia bodoh dan tidak masuk akal, tapi tidak ingat bahwa dia adalah seorang yang pemarah. Tapi begitu, dia masih mengerti pemikiran Rafael.

Kalau saja dia belum mendengar soal ramalan itu, maka mungkin saja akan ada kemarahan kecil. Namun menyadari bahwa beberapa hal dalam dirinya harus dikontrol mulai sekarang, Soraya memilih cara yang sopan.

“Sini mendekat, ….”

Rafael yang tiba-tiba disuruh mendekat, mulai merasa tidak nyaman. Dia tanpa sadar memegang pipinya, takut ditampar tidak jelas.

“Kakak!”

“Iya-iya,” dengan takut Rafael mendekati Soraya.

Ketika dilihatnya tangan Soraya tiba-tiba terangkat, dia dengan refleks langsung memundurkan kepalanya, mencoba menghindar.

Soraya yang ingin merangkul Kakaknya, dibuat kesal dengan reaksi yang diterima. Bibirnya dengan cepat berkedut tidak senang.

“Kakak kemarilah, aku tidak akan memukulmu. Aku hanya ingin memelukmu.” Jelas Soraya, yang mulai menghentak kakinya.

Rafael yang terkejut masih tidak percaya. Jarang sekali bagi mereka berpelukan sebagai saudara. Dia juga takut, kalau setelah dipeluk dia ditampar seperti sebelumnya. Namun setelah diyakinkan Soraya, dia akhirnya menjadi antusias. “Benarkah?”

Soraya mengangguk dengan senyum simpul.

Rafael dengan binar bahagia dimata, langsung mendekati Soraya dengan tangan terbuka. Hingga tiba-tiba “Kkhhhhh, ….”

1
Esti Purwanti Sajidin
wedewwww lanjut ka sdh tak ksh voteh
Nixney.ie
Saya sudah menunggu lama, cepat update lagi thor, please! 😭
Ververr
Aku udah rekomendasiin cerita ini ke temen-temen aku. Must read banget!👌🏼
Oralie
Masuk ke dalam kisah dan tak bisa berhenti membaca, sebuah karya masterpiece!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!