Pertemuan tanpa sengaja menjadi bibit cinta tumbuh dibumbui oleh perjalanan karakter yang penuh rintangan serta persahabatan antar karakter yang membuat kisah mereka lebih berwarna
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gabijh1799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
Sesampainya di restoran tempat mereka akan makan siang, tidak biasa Vino diam seperti ini dan juga dia biasa duduk bersebelahan dengan Shani namun sekarang Vino duduk berhadapan dengannya.
Dan selama makan siang juga Vino hanya diam dan itu membuat Shani merasa bersalah dan tidak enak didiamkan oleh Vino.
"Kak" panggil Shani
"Hm"
"Jangan marah kak" Shani mulai khawatir
"Aku ngga marah" balas Vino tidak menatap Shani
"Kok tadi kamu diemin aku?" Tanya Shani sekarang memegang tangan Vino
"Aku lagi pengin diem aja" jawab Vino hanya menerima genggaman Shani namun tak dibalasnya
"Ngga kak, kamu marah"
Vino menghembuskan nafas beratnya, "Hahhh sebelum aku anter kamu ke kantor, kamu ikut aku"
"Kemana kak?"
"Udah kamu duduk diem disini biar aku yang nyetir"
Shani menganggukkan kepalanya, "Iya kak"
Mereka melanjutkan makan siang mereka dan tak seperti biasanya tidak ada obrolan selama mereka makan siang bersama, setelah itu Vino membawa Shani menuju rumahnya bukan menuju kantornya.
"Kak kok pulang" Shani yang kebingungan
"Kamu turun dulu" pinta Vino
"Kak nanti aku kena sanksi"
"Kamu turun"
"Iya kak"
Akhirnya Shani menuruti permintaan Vino karena Shani tahu Vino sedang kesal dan jika permintaannya tidak dituruti makan Vino akan mendiamkan Shani beberapa hari itupun jika Vino ingin kembali mengobrol jika tidak akan lebih lama lagi.
Setelah Shani turun dari mobilnya, Vino kembali menancap gasnya entah kemana yang membuat Shani khawatir apalagi situasi mereka sedang ada masalah. Dari dalam rumah keluar Nadila yang akan bersiap untuk pergi menuju Bali dan melihat Shani di depan rumah seperti gelisah.
"Ehh kak baru pulang?" Tanya Nadila melihat Shani di depan rumah
"Sebenarnya aku belum pulang" jawab Shani
"Lho kenapa ke rumah kak kalo belum?" Nadila yang kebingungan
"Tadi aku dijemput sama kakak kamu terus diturunin disini" jawab Shani kembali dan mulai gelisah
"Ngga minta diturunin di kantor kak?"
"Keknya dia lagi kesel deh"
"Kesel kenapa kak?"
Shani mulai menceritakan tentang kejadian dimulai dari percakapan di telpon hingga dikantornya dan itu membuat Nadila tak heran dengan sikap Vino.
"Wajar kak" nadila menganggukkan kepalanya
"Wajar kenapa?" Shani mengerutkan keningnya
"Dia cemburu" jawab Nadila dengan sikap Vino seperti itu
"Aku tau, tapi kenapa aku dipulangin?" Tanya Shani
"Biar kakak ngga kenapa-napa" jawab Nadila
"Emang dia mau ngapain?"
"Nanti kakak tau sendiri"
Mendengar itu Shani bertambah gelisah karena akan ada hal yang tidak mengenakkan terjadi namun Nadila menghalangi Shani untuk pergi menyusul Vino dan memintanya untuk menunggu di rumah saja.
*
Di tempat lain, Vino sedang beradu tinju dengan Jevan karena Vino yang meminta Jevan untuk bertemunya disana. Tujuan Vino bertemu Jevan disana untuk melampiaskan kekesalannya pada Jevan dan juga untuk memperingati Jevan, untung saja Jevan menerima itu karena memang dulunya mereka berteman namun karena suatu hal mereka memiliki jarak.
"Udah lama gw ngga main tinju" ucap Jevan memberi isyarat untuk berhenti
"Sama gw juga padahal dulu kita sering main yah" balas Vino yang juga kelelahan
"Lo juga sering ilang dan sering pergi sama Sinka" ejek Jevan
"Matamu, dia yang minta bukan gw yang mau" Vino memukul tangan Jevan
"Sama aja"
"Ohh iya, gw peringatin Lo jangan deket-deket sama Shani. Dia udah punya gw" ancam Vino
"Selama janur kuning belum melengkung gw masih ada kesempatan" Jevan menantang Vino
"Bener-bener Lo yah mau gw bikin babak-belur?!" Ancam Vino sedikit meninggikan nada bicaranya
"Lo juga kenapa dulu sama Sinka?!" Balas Jevan yang juga meninggikan nada bicaranya
"Gw ngga ada rasa sama dia"
"Terus kenapa Lo deket-deket dia?"
"Gw tau rahasia dia" Vino merenungkan kembali masa lalunya
"Rahasia apa?" Seketika Jevan ingin mengerti rahasia apa itu
"Ya rahasia lah, kalo gw kasih tau Lo ya bukan rahasia lagi"
"Bener-bener Lo yah, awas aja nanti Shani gw rebut"
"Ehh mulai yah"
"Makanya ngomong"
"Ok tapi Lo jangan bilang tau dari gw"
"Iya ya ah"
*
Flashback on
Di sekolah Sinka menarik Vino menuju kantin yang tak jauh dari kelas mereka, sesampainya disana Sinka memegangi tangan Vino.
"Vin kamu mau ngga jadi pacar aku?" Sinka mengungkapkan perasaannya
"Pacar?" Vino yang bingung
"Iya Vin, aku suka sama kamu" jawab Sinka
"Kamu yakin?" Vino meyakinkan apakah benar tentang itu
Sinka menganggukkan kepalanya, "Aku udah lama suka sama kamu"
Vino melepaskan tangannya, "Tapi aku ngga ada rasa sama kamu"
"Gpp mungkin nanti kamu mulai suka sama aku"
"Tapi ada..." Sebelum vino menyelesaikan kalimatnya Sinka menutup mulut vino dengan jari telunjuknya
"Ngga Vin aku udah yakin"
"Kalo aku tetep ngga punya rasa"
"Gpp Vin aku berusaha biar kamu suka sama aku" ucap Sinka dengan yakin
"Aku ngga menjamin yah"
"Iya Vin"
Mereka berdua akhirnya berpacaran namun cinta sepihak karena vino tidak memiliki rasa pada Sinka namun Sinka tidak masalah dengan itu karena sudah lama Sinka menahan rasa dengan Vino.
Di seberang sana ada seseorang yang mendengar percakapan mereka berdua yang membuat orang itu menahan rasa amarahnya karena cintanya itu tak terbalaskan kemudian dia meninggalkan mereka berdua disana.
*
Setelah Vino terpaksa menerima perasaan Sinka, mereka mulai berpacaran namun Vino hanya mengikuti kata Sinka saja tanpa ada rasa di dalamnya. Dan setelah itu juga hubungan Vino dan Jevan mulai renggang yang sebelumnya mereka sering bersama namun sekarang mereka tidak pernah bertegur sapa.
Sampai suatu hari Sinka mengajak Vino menuju sebuah gedung terbengkalai yang entah kenapa Sinka mengajaknya kesana dan mereka menuju rooftop gedung itu. Sesampainya disana dia melihat ada sebuah ruangan kecil diujung dan mereka memasukinya, didalamnya banyak barang yang mungkin Sinka miliki namun dia menaruhnya di ruangan ini.
Saat mereka masuk dan duduk di kursi, Sinka langsung memegang tangan Vino dan menatap wajahnya.
"Vin" panggil Sinka
"Ya"
"Sebenarnya aku mau ngomong sesuatu sama kamu dan ini rahasia" ucap Sinka memberanikan dirinya
"Apa?"
"Sebenarnya aku sakit"
"Sakit?"
"Iya tapi kamu jangan kasih tau siapa-siapa"
"Emang kamu sakit apa?"
"Kerusakan pankreas" Sinka menundukkan kepalanya
"Kamu tau dari mana?"
"Aku udah sakit ini dari kecil dan semakin parah seiiring aku tumbuh dewasa"
"Terus sekarang kamu gimana?"
"Kata dokter ini masih bisa di kontrol"
"Terus kenapa kamu kasih tau ini ke aku?"
"Karena kamu orangnya tertutup dan mungkin kamu jarang cerita ke siapa-siapa"
"Tapi aku ada Jevan"
"Aku tau itu dan aku sadar si Jevan suka sama aku"
"Terus kenapa kamu mau pacaran sama aku?"
"Aku ngga mau Jevan tau tentang ini dan aku juga suka sama kamu"
"Maaf sin aku ngga bisa kalo kayak gini"
"Kenapa Vin?"
"Aku ngga mau sakitin Jevan karena dia sahabat aku"
"Iya Vin tapi demi dia juga"
"Ngga sin ini salah, kamu harus minta maaf dan kasih tau Jevan tentang ini"
"Ngga Vin, aku ngga mau"
"Sin ini demi kebaikan kamu sama Jevan juga dan aku minta maaf sejauh kita pacaran aku ngga ada rasa sama kamu"
"Vin"
"Maaf sin"
Kemudian Vino meninggalkan Sinka disana dalam keadaan menangis, sebenarnya Vino tidak tega namun demi kebaikan dia dan juga Sinka agar dia dapat berpikir kembali.
*
Keesokan harinya saat Vino memasuki sekolah dia tidak melihat keberadaan Jevan disana yang biasa duduk paling belakang. Vino mulai khawatir dengan sahabatnya itu dan dia bertanya pada temannya.
"Eh Nat liat Jevan ngga?" Tanya Vino pada Natalia
"Lah Lo ngga tau?"
"Tau apa?"
"Dia pindah sekolah"
"Pindah?!" Vino terkejut
"Iya baru hari ini dia pindah"
"Pindah kemana dia?"
"Ke Korea"
"Kok ngga bilang gw?"
"Lah bukannya dia sahabat Lo"
Tanpa pikir panjang Vino langsung bergegas menuju parkiran motornya dan menuju rumah Jevan yang tak jauh dari sekolahnya. Sesampainya disana dia melihat rumah tempat Jevan tinggal terdapat banner dijual yang membuat Vino merasa bersalah dengan salah satu sahabatnya itu.
Dan mulai dari sana Vino memiliki sifat dingin dan tidak memedulikan siapapun yang mendekatinya terkecuali sahabatnya yaitu Natalia.
Flashback off
*
"B*ngs*t kenapa Lo ngga ngasih tau gw" Jevan mulai memukul Vino
"Dia yang ngelarang dan pas gw mau ngasih tau Lo udah pindah" Vino menahan pukulan Jevan
"Bangke, sekarang Lo tau dia dimana?" Tanya Jevan mulai khawatir dengan Sinka
"Pas itu gw ketemu dia di cafe ***" jawab Vino terakhir dia ketemu dengan Sinka
"Ok deh gw kesana dulu barangkali ada dia disana"
"Terserah Lo aja tapi jangan kasih tau itu dari gw"
"Ya ya"
Jevan langsung bergegas menuju tempat yang sudah Vino beritahu berharap Sinka berada disana.
Setelah menyelesaikan urusannya, Vino kembali menuju rumahnya dengan membawa beberapa makanan untuk Shani, bibinya, dan Nadila.
Sesampainya di rumahnya, dia disambut oleh bibinya yang sedang membersihkan ruang tamu.
"Assalamualaikum" salam Vino dan memasuki rumahnya
"Walaikumsalam, ehh mas vino udah pulang" balas bibinya menyambutnya
"Iya Bi, tumben dirumah sepi?" Vino yang bingung dengan kondisi rumahnya
"Iya mas tadi mba Nadila pamitan" jawab bibinya memberitahu Nadila sudah berpamitan
"Emang itu anak kalo mau apa-apa ngga ngabarin dulu" Vino sedikit kesal
"Udah mas gpp tadi dia titip salam kok buat mas"
"Iya Bi, terus shaninya mana bi?" Tanya Vino tentang Shani
"Terakhir bibi liat di kamar mas Vino terus ngga keluar lagi" jawab bibinya mengingat
"Ok deh, nih Bi buat makan malem kita" Vino memberikan bungkusan yang dia bawa
"Iya mas bibi siapkan dulu"
"Iya Bi"
Bibinya menuju dapur dan Vino menuju kamarnya, sesampainya disana dia melihat Shani sedang tertidur di kasurnya yang masih menggunakan pakaiannya sebelumnya.
Vino menghampiri Shani, berbaring bersamanya dan melihat wajah Shani yang sedang tertidur. "Maaf yah Shan aku ninggalin kamu di rumah"
"Aku pengin liat wajah kamu pas tidur gini setiap hari" bisik Vino sambil membelai pipi dan menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Shani
"Hehehe lucu banget sih kamu" kekeh Vino melihat tidur Shani terganggu olehnya
Beberapa saat kemudian adzan Maghrib berkumandang hingga sampai terdengar di kamar Vino, Vino yang masih asik menatap wajah Shani akhirnya berusaha membangunkannya.
"Shan bangun yuk" Vino mengelus pipinya
Shani membuka matanya dan melihat siapa yang ada dihadapannya, "Hmm kakak?"
"Bangun yuk udah Maghrib nih" vino tersenyum manis padanya
"Kakak" Shani langsung memeluknya
"Kenapa sayang?" Tanya Vino dan membalas pelukannya
"Kakak diemin aku terus ninggalin aku" ucap Shani dan menenggelamkan wajahnya di dada Vino
"Maaf ya Shan udah diemin kamu" balas Vino mengelus kepala Shani
Shani meregangkan pelukannya dan menatap Vino, "Kakak kenapa sih?"
"Gpp sayang kakak cuman kesel aja" jawab Vino dengan senyumannya
"Terus kakak tadi kemana?" Tanya kembali Shani
"Ketemu Jevan"
Shani yang panik melihat wajah Vino apakah benar dugaan Shani vino dan Jevan berkelahi, namun dia memiringkan wajah Vino ke kanan dan kiri tidak menemukan bebas memang yang menandakan Vino hanya bertemu dengan Jevan tanpa ada baku hantam.

"Kenapa sih sayang?" Vino yang bingung kenapa Shani seperti itu
"Kakak ngga berantem kan sama pak Jevan?" Tanya balik Shani
"Ngga Shan tenang aja" jawab Vino dan memegang tangan Shani
"Terus tadi ngapain?"
"Ketemu aja"
"Beneran ngga berantem kan?" Shani masih khawatir
"Beneran indiraku" jawab Vino mengelus pipi Shani
"Iya deh kak"
"Kamu udah makan belum?"
"Belum kak tadi nunggu kakak lama banget" Shani memukul pelan pundaknya Vino dan memanyunkan bibirnya
"Maaf yah aku lama, sekarang sholat dulu yah habis itu makan" jawab Vino dan mencubit pipi Shani
"Iya kak tapi ada syaratnya"
"Apa?"
"Bangunin" Shani mulai mode manjanya
"Hadehh kamu yah manjanya kumat"
"Gpp dong"
"Iya deh"
Vino mengulurkan tangannya dan meraih tangan Shani dan menariknya dengan perlahan namun Shani menariknya kuat sampai Vino memeluk Shani.
"Kangen"
"Ada-ada aja kamu Shan, ya udah sekarang aku mandi dulu terus kita sholat bareng yah. Aku tadi beliin kamu makanan"
Shani menganggukkan kepalanya dan bangkit dari kasur Vino setelah itu kembali ke kamarnya, untuk Vino mengambil handuknya kemudian langsung menuju kamar mandi.
Setelah menyelesaikan mandinya dan juga ibadahnya Vino keluar dari kamarnya dan menuju meja makan untuk makan malam, disana juga sudah ada bibinya dan Shani yang sudah menunggunya disana.
***