penasaran dengan cerita nya lansung aja yuk kita baca ...
Yuk kita ramaikan ...
Up setiap hari...
Sebelum lanjut baca jangan lupa follow , like, subscribe, komen , gift dan vote....
Apapun yang terjadi tetaplah bahagia jangan lupa tersenyum...
Selamat membaca....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teteh Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Keesokan harinya, setelah selesai salat subuh seperti biasanya Syifa ingin merebahkan tubuhnya dan tidur kembali , akan tetapi hari ini Syifa enggan untuk tidur kembali setelah sholat subuh. Walaupun ingin sekali dan sepertinya kasur dan bantal itu sudah memanggil-manggilnya. untuk tidur tapi dia berusaha untuk menahan dirinya.
"Nggak, aku harus membiasakan diri untuk bangun pagi , aku udah janji sama Umi untuk menjadi perempuan yang mandiri. Bismillah aku pasti bisa."
Sebelum Syifa dibawa pergi sebagai istri, Umi sudah menasehatinya supaya menjadi istri sholehah dan berbakti kepada suaminya. Karena setelah menikah perempuan bukan hanya berbakti kepada orang tuanya saja akan tetapi juga harus berbakti kepada suaminya. Dan surga istri berada pada suami.
Syifa sekarang memulainya dengan merapikan tempat tidur dan membersihkan kamar.
Dia lanjut lagi ke dapur, Syifa ingin membuat sarapan akan tetapi tidak ada apapun yang bisa dimasak, dapur ini benar-benar kosong, hanya tersedia air minum saja di sini.
Kemudian Syifa beralih ke depan, dia membuka pintu dan kemudian berjalan di teras rumah menghirup udara segar di pagi hari. Syifa menghidupkan Keran air lalu menyirami tanaman hias dengan gembira , terlihat dari wajahnya yang terus tersenyum.
Saat asyik menyiram tanaman, Haris pun pulang dari masjid. Syifa tak menyadari kedatangannya Haris.
"Assalamualaikum."
"Astaghfirullah hal adzim."
Syifa mengelus dada karena terkejut melihat Haris yang tiba-tiba datang.
"Orang ngucapin salam kok malah jawabnya istighfar gitu sih?"
"Waalaikumsalam."
"Maaf Mas Aku kaget ,karena mas tiba-tiba ada di sini."
Lalu Syifa mematikan keran air dan langsung meraih tangan suaminya lalu menciumnya.
"Rajin bener pagi-pagi udah nyiram tanaman , masih sepi di luar rumah nggak takut emang?"
"Enggak lah Mas Ngapain juga aku harus takut ."
Syifa kembali melanjutkan menyirami tanaman, sedangkan Haris dia hanya melihatnya saja sampai Syifa selesai menyiram semua tanamannya.
"Ayo masuk, jangan lama-lama di luar Nanti masuk angin." Ucap Haris.
Haris masuk ke dalam rumah yang diikuti oleh Syifa. Gak lupa juga menutup pintu.
"Nggak bakalan masuk angin lah Mas, malah bagus menghirup udara pagi , kalau angin malam itu baru beda lagi. "
"Ah sama aja kan sama-sama udara , cuma beda waktunya aja."
Jawab Haris yang tidak mau kalah.
"Beda dong, kalau udara pagi masih segar."
Jawab Syifa juga yang tidak mau kalah.
" Hem. Iya deh . Sepertinya kamu memang pintar dan nggak gampang menyerah. "
"Kalau kita di posisi yang benar memang harus dipertahankan , rugi kalau nyerah. "
Jawab Syifa sambil tertawa kecil.
Haris senang melihat Syifa tertawa, setidaknya pagi ini diawali dengan senyum ، karena Haris sempat khawatir kalau Syifa tidak betah tinggal bersamanya. Apalagi Memang mereka belum saling memahami satu sama lain.
Semoga ini menjadi awal yang baik dan akan terus lebih baik lagi di hari-hari berikutnya.
Haris masuk ke dalam kamar dan bersiap untuk berangkat ke kampus. hari ini dia berangkat lebih awal supaya nanti sempat sarapan di jalan . Setelah selesai bersiap Haris keluar kamar dan menghampiri Syifa yang berada di dapur.
" Syifa hari ini saya sudah harus masuk kerja dan pulangnya agak cepat. Karena jadwal kelas hari ini hanya sedikit. Kamu ikut saya ke kampus aja ya !"
Syifa menoleh ke arah Haris dan dia terpukau melihat penampilan Haris yang berbeda dari biasanya. Syifa sampai tak berkedip melihat penampilannya yang mengenakan pakaian kemeja lengkap dengan blazer dan celana panjang berwarna hitam. Sangat berbeda dengan penampilan sebelumnya yang hanya mengenakan Koko.
"Gak usah diliatin terus, saya tahu kalau saya memang ganteng."
Syifa langsung mengalihkan pandangannya dan menyodorkan segelas air pada Haris.
"Diminum dulu airnya Mas ,Nanti keburu dingin . Maaf Mas Aku gak bisa siapin sarapan karena. "
"Aish... kamu nggak salah yang salah saya karena belum saya belum mempersiapkan semua kebutuhan di rumah ini harusnya saya sudah siapin sebelum kamu datang ke sini."
Haris meminum air hangat itu sampai habis. walaupun hanya segelas air hangat , tapi setidaknya dia menghargai Syifa yang sudah menyiapkannya yaitu dengan meminumnya hingga habis.
"Bersiaplah, saya tunggu 10 menit!"
"Apa, 10 menit? nggak cukup itu terlalu kecepatan."
Haris melihat jam tangannya.
"Waktunya dimulai dari sekarang."
"Ih nyebelin banget , nggak adil. "
Syifa langsung berjalan cepat menuju kamar.
10 menit kemudian Syifa keluar dari kamarnya dan langsung menghampiri Haris yang masih duduk di kursi meja makan.
"Mas, aku gak usah ikut ke kampus aja ya. Aku mau ke perpustakaan dekat sini aja deh."
Masya Allah, Haris memandang Syifa dari kepala sampai ujung kaki . Syifa terlihat cantik sekali dengan pakaian sederhana modis tapi tetap sopan , penampilannya modern seperti wanita muslimah pada masa kini.
"Mas ."
"Ah, iya ayo kita berangkat sekarang."
Haris dan Syifa berjalan keluar rumah. Dan setelah Haris Mengunci pintu, mereka pun masuk ke dalam mobil lalu berangkat.
Di perjalanan dan di dalam mobil. Sesekali Haris melirik ke arah Syifa dari kaca. Sepertinya dia ingin terus memandangi wajah cantik istrinya itu.
'Gawat nih kenapa aku gak bisa untuk gak ngeliat wajah Syifa, apa aku mulai menyukainya.' gumamnya dalam hati.
"Kamu mau sarapan apa?"
Tanya Haris yang akhirnya memecahkan suasana Hening itu
"Hmm. aku mau bubur ayam aja mas yang simpel dan gampang nyarinya. "
Kebetulan di depan jalan sana terlihat pedagang bubur ayam, Haris pun langsung membelokkan mobilnya dan menepi di pinggir jalan.
Mereka pun keluar dari mobil dan berjalan bersama menuju warung bubur ayam.
Haris langsung memesan dua porsi bubur ayam dan 2 gelas teh hangat.
Untuk beberapa saat mereka saling menikmati hidangannya masing-masing.
Haris melihat ada sisa bubur yang menempel di samping bibir Syifa. Kemudian dia mengambil tisu dan mengusapnya dengan lembut.
"Sudah besar tapi makannya masih seperti anak kecil, nih lihat belepotan."
"Aaa. Masa sih, biasanya juga nggak kok. mungkin ini karena buru-buru."
"Kenapa terburu-buru makan nya? saya santai kok nggak ngeburu-buru kamu ."
"Iya tapi tetap saja aku merasa terburu-buru."
Syifa agak kesal dan memanyunkan bibirnya. Haris yang melihatnya pun jadi gemas. Kemudian dia bangkit dari duduknya dan mengusap kepala Syifa.
"Saya bercanda kok, ayo kita lanjut kan lagi perjalanannya ".
Syifa berdiri dan berjalan masuk ke dalam mobil.
Dengan wajah yang masih terlihat kesal.
"Aku turun di perpustakaan dekat sini aja Mas. Kemarin pas lewat sini kalau nggak salah ada perpustakaan di dekat sini. "
"Di kampus juga ada perpustakaan, nanti kamu bisa ke situ."
"Tapi Mas aku gak usah ikut ke kampus , aku turun aja nanti , kalau Mas udah selesai tugasnya baru jemput aku."
"Gak mungkin saya turunin kamu di sini , saya nggak mau dibilang suami yang nggak bertanggung jawab karena meninggalkan istrinya di luar sendirian."
"Mas gak ninggalin aku tanpa sebab kok , tapi memang aku sendiri yang minta, jadi Mas gak salah."
"Gak bisa dan saya gak nerima penolakan."
Haris terus melajukan mobilnya tanpa menghiraukan Syifa yang sedang kesal.
Karena Haris nggak mungkin meninggalkan Syifa sendiri apalagi tempat itu masih asing, karena sebelumnya Syifa bukan tinggal di daerah sini. Dia yakin kalau
keputusannya adalah yang terbaik.
----------------