AKU BENCI DIA

Satu, dua, satu, dua, satu, dua.

Suara berisik hitungan angka membangunkan tidur nyenyak ku.

Aish...!

Sebelah tangan ku refleks menutup separuh wajah ku yang tetap tampan dan rupawan saat baru bangun tidur.

Mata ku menyipit, menghindari cahaya silau nya mentari pagi yang menerpa tubuh polos ku tanpa baju.

Dengan segera, aku menyingkap selimut tebal yang melilit tubuh ku. Gerah sekali kurasakan, karna bangun sedikit kesiangan.

Kedua kaki ku melangkah turun dari ranjang dan menuju jendela kamar yang sudah terbuka lebar. Ku geser gorden yang meriap tertiup angin dan memandang ke arah taman yang bisa ku lihat dari jendela kamar ku.

Bunyi irama musik aerobik yang ber ritme kencang, terdengar keras menghentak dari arah taman. Aku penasaran, sejak kapan para pelayan ku punya hobi senam di pagi hari. Aku mengintip dari balik gorden. Tak ku lihat seorang pun pelayan disana yang berkeliaran.

Ku sibak gorden sedikit lebih lebar dan melongok kan kepala ku dari jendela.

Astaga...!

Mata ku membelalak melihat Alya bergerak lincah mengikuti irama musik seraya meregangkan otot-otot nya dengan pakaian yang super ketat.

Beberapa anggota tubuh nya tampak menonjol keluar memperlihatkan lekuk indah tubuh nya. Lagi-lagi dia berpenampilan seksi. Dan kali ini, Ia terlihat sengaja memamerkan keindahan tubuh nya di depan umum.

Ia malah senam aerobik di taman belakang. Padahal, rumah itu punya ruangan yang memadai untuk sarana olah raga dalam rumah. Apa ia tidak tahu, para pelayan pria di rumah itu berjumlah puluhan.

Aku mendengus kesal. Hati ku sangat marah pada nya, ia telah membuat ku malu. Sebagai Nyonya yang terhormat, tingkah laku nya menjatuhkan martabat keluarga ku.

Aku segera menyambar kimono yang tergantung di belakang pintu kamar mandi dan memasang nya untuk menutupi tubuh ku yang cuma mengenakan boxer.

Dengan langkah cepat, aku bergegas keluar kamar dan melewati sebuah pintu menuju taman belakang.

Sosok Alya sejenak tertegun saat aku mematikan musik dan berdiri tegak di hadapan nya dengan raut wajah penuh kemarahan.

Alya tidak terlihat takut sedikit pun. Tatapan mata nya justru tampak nyalang dan menantang ke arah ku. Wajah cantik nya yang kemerahan dan berkeringat karna berolah raga, terlihat masam dan cemberut.

"Kenapa di matikan?" tanya nya jengkel.

"Ganti pakaian mu sekarang juga!" perintahku marah tanpa menggubris ucapan nya.

Wajah Alya terlihat merah padam dan teramat jengkel mendengar perintahku. Ia menghentak kan kaki dan menarik bibir atas nya yang berwarna pink peach natural hingga miring sebelah, seolah mencibir kesal ke arah ku.

Langkah kaki nya dengan cepat meninggalkan ku yang sedang berperang batin di taman sendirian. Kelakuan Alya memang rada unik, ngeyel dan keras kepala.

Sifat nya yang baik di awal, langsung berubah jutek dan menyebalkan semenjak aku menyuruh nya tidur di sofa. Apa dia sedang marah pada ku dan mengibarkan bendera perang?.

Aku tak tahu, kejutan apa lagi yang akan di berikan istriku itu pada ku dengan tingkah nya yang super aktif.

Syukurlah, dia tidak mengeluarkan taring nya saat ku bentak untuk mengganti pakaian nya. Andai kata ia, peperangan besar antara kami berdua takkan ter elakkan.

Saat bayangan nya tak lagi terlihat, aku pun segera menyusul nya ke dalam rumah. Bayangan Alya sekelebat masuk ke dalam kamar dan membanting pintu kamar dengan keras.

BLAM...!

Aku mengurut dada ku pelan. Tak kusangka Alya semarah itu pada ku. Kemarahan nya melebihi kemarahan ku yang cukup terkenal sangar di rumah ku sendiri.

Ku dorong pintu kamar dengan sedikit kuat. Tenaga ku yang cukup besar, membuat Aku terdorong maju nyaris terjatuh. Ku pikir pintu kamar itu dikunci Alya, ternyata tidak.

Lagi-lagi pemandangan Alya sedang mengganti baju membuat mata ku terbelalak kaget.

Aku menelan Saliva ku yang terasa menyangkut di tenggorokan. Dia memang sedikit ceroboh. Andai saja yang masuk adalah pelayan bagaimana ? Lagi-lagi Aku menghela nafas menahan amarah.

"Kalau mau ganti baju, pintu nya di kunci dong!" Bentak ku teramat dongkol.

Alya tampak diam tak menjawab. Ia memandangku dengan sengit.

"Baru bangun tidur udah marah-marah. Menyebalkan!" ucap nya mencibir kan bibir bawah nya.

Aku jadi gemas melihat sikap nya. Ingin rasa nya ku gigit dan ku tarik bibir nya dengan sedotan dahsyat bibir ku hingga bibir nya jadi monyong tak bisa bicara.

"Sana, buatkan aku minum!" ucap ku menyuruh nya membuat kan aku minuman.

"Dih, kenapa kamu nyuruh aku? Kan ada pelayan?" tanya nya jengkel bercampur heran.

"Aku mau kamu yang bikin kan. Bukan nya kamu sekarang istriku?" ucap ku gregetan.

Alya lagi-lagi menarik bibir nya miring keatas.

"Minum apa? Teh, kopi, atau susu?" tanya nya ketus.

"Teh, pake susu. Yang banyak susu nya." ucap ku dengan nada sewot, membalas sikap nya.

"Cih, yang banyak susu nya. Mau yang banyak susu nya? sedot aja langsung dari kambing, biar puas nyedot susu." gerutu nya menceracau berkepanjangan seraya melenggak lenggok meninggalkan kamar.

Aku tersenyum geli sendiri seraya nyengir kuda melihat kelakuan nya. Lucu, aku berasa lucu dan sedikit bahagia bisa mengerjai nya. Entah kenapa, membuat Alya tersiksa, membuat ku bahagia.

"Nih, teh susu mu!" Alya baru saja muncul setelah lima belas menit aku menunggu.

Aku yang baru saja habis mandi dan berganti pakaian, memandang wajah nya yang masih cemberut dengan tatapan tajam.

"Cuma minuman? Sarapan pagi untuk ku sudah kamu sediakan belum?" tanya ku melirik nampan yang ada di tangan nya.

Alya menaruh teh susu yang ia bawa di atas meja dekat sofa dalam kamar dan menatap ku geram. Ia menghembuskan nafas nya kasar.

"Kamu mau sarapan apa?" tanya nya menahan amarah.

"Roti sandwich isi dobel, plus, plus, telur dadar, sosis, gak pake sayur, aku gak suka sayur. Saos sambal nya dikit aja. Gak pake saos tomat dan mayonaise, oke." Aku mengedipkan mata ku pada nya.

Alya sejenak terdiam membeku memandangku dengan mata mendelik besar. Kedua tangan nya tampak terkepal membentuk tinju. Ia sangat geram dengan permintaan ku yang mungkin sedikit rumit bagi nya.

Aku melengos, mengabaikan reaksi nya yang bisa saja jungkir balik mengeluarkan jurus-jurus kungfu untuk menendang ku dari belakang.

Tapi seperti nya, Alya tak mau melakukan nya, ia justru berbalik dengan kesal menuju keluar kamar dengan hentakan keras high heels nya yang berbunyi sepanjang jalan.

Aku tersenyum dan merasa puas dalam hati. Memperlakukan Alya seperti pelayan, rasa nya sangat menyenangkan.

Setengah jam sudah, teh susu yang di hidangkan Alya hampir habis ku minum. Aku tak tahu siapa yang membuat nya, tapi rasa nya memang berbeda dari buatan pelayan ku.

Teh susu nya kemanisan, karna saking banyak susu nya. Aku berasa minum satu kaleng susu kental manis dalam satu gelas. Jangan-jangan, aku di prank oleh Alya.

Alya mendadak muncul kembali dengan sepiring roti sandwich ditangan nya. Penampilan sandwich yang gembung bantat membuat ku meneteskan air liur.

Aku segera meraih sandwich yang baru ia taruh di meja dan menggigit nya dengan kuat.

Crot...!

Akh...!

Aku meringis perih seraya menaruh dengan asal, sandwich di tangan ku ke atas nampan.

Tak ku duga, saos sambal yang bertumpuk banyak di balik telur dadar, mendadak muncrat mengenai mata dan sebagian wajah ku.

"Akh, Alya...! Mata ku perih sekali. Ambilkan aku air. Cepat...!" Teriak ku keras dengan kedua mata terpejam tanpa mampu melihat apapun.

Dimana Alya? Aku tak mendengar suara nya sama sekali. Apakah dia pergi begitu saja, setelah sukses membuat mata ku perih terkena saos sambal?

.

.

.

Bab selanjutnya 👉

Jangan lupa like & komen kalau kamu suka novel nya ya 🤗 🙏