Karya ini sudah tamat ya...
Tak pernah terpikir dalam hatinya menikah dengan suami orang, namun amanah sahabatnya sendiri yang membuat dirinya terpaksa menjadi istri dari suami sahabatnya sendiri.
Akankah keputusan itu di setuju keluarga???bisakah dirinya bisa di terima oleh suaminya??? Adakah cinta untuk istri yang tak di harapkan???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7 bulan berlalu
7 bulan pernikahan berlalu.
Hari-hari berlalu begitu saja, di rumah sudah ada bibi yang membantu membereskan rumah, namun untuk makanan Zia selalu berkutat menyiapkan di dapur, entah dirinya tidak cukup puas dengan masakan yang di masak bibi.
Sekarang Zia tak perlu membawa Nana karena Nana sekarang bisa di rumah bersama bibi dan juga Alma, sementara Zia berangkat bekerja.
Kondisi Alma semakin hari semakin segar dan sudah sedikit berisi, wajah pusatnya juga lambat lain mulai berseri, Zia bersyukur hari demi hari Alma semakin baik kondisinya.
Kini Zia menyiapkan makanan di meja makan, lalu mengambil Nana, Nana tak bisa tidur jika tanpa dirinya, jadi meski sudah ada Ayah dan Bundanya Nana tetap tidur dengan Zia.
Semua orang sudah berkumpul di meja makan, Nana menyuapi Nana seperti biasa baru setelah itu memakan makanannya sendiri.
"Ehm. Alma, Mas Azzam, aku beberapa hari ijin ya tidak pulang kesini. Aku rindu Zea, Bunda dan keluarga aku yang lain." Kata Zia setelah makanannya selesai.
"Nana, itut. " Ucap Nana sedih.
"Kan Ada Bunda sama Ayah sayang. Nana udah lama kan gak bobok bareng Ayah Bunda." Kata Zia memberi pengertian.
"Nana. Bunda nanti sedih gimana kalau Nana ikut Umi. " Ucap Alma mencoba merayu Nana.
Alma paham, pasti Zia lelah di sini, dirinya merasa sudah banyak merepotkan Zia, Alma meyakini jika Zia ingin istirahat dari semua hal di rumah ini, Alma merasa bersalah, karena sudah sekian bulan dan Azzam tak pernah sekalipun mau tinggal bergantian saat tidur.
Alma sering meminta Azzam untuk bergantian tidur bersama Zia namun Azzam selalu menolak permintaan Alma. Alma merasa sudah membuat Zia menjalani pernikahan yang justru mengikatkan namun tak memberi kebahagiaan.
Saat sudah selesai Zia bangkit dan mencium Nana lalu pamit terhadap Alma dan Azzam, namun hanya Alma yang mau menerima ukuran tangannya, Azzam bahkan tak mau mengambil uluran tangannya.
Zia tersenyum lalu masuk ke kamar untuk mengambil tasnya juga beberapa perlengkapan, Zia melangkah tanpa menoleh lalu mengucap salam dan keluar rumah menuju mobilnya.
Azzam menyusul keluar setelah berpamitan pada Alma, ada rasa yang aneh keluar dari hati Azzam saat melihat Zia masuk ke dalam mobil dengan wajah yang sulit di artikan itu.
Azzam masuk ke dalam mobil dengan perasaan yang dia sendiri bingung harus mengartikan sebagai perasaan apa, jujur hadirnya Zia selama berapa bulan ini, meski tanpa dia sentuh sudah membuat sesuatu di sisi hatinya berdebar, namun Azzam meyakini itu datang karena status dirinya dan Zia yang sudah berbeda dari yang sebelumnya.
Mobil Zia melaju keluar rumah di susul mobil Azzam, Zia menuju tempatnya bekerja sedangkan Azzam justru mengikuti tanpa dia sadari, ada perasaan ingin tau yang menyeruak di hati Azzam.
Azzam jadi teringat jika saat menikah tak banyak orang yang tau jika Zia sudah menikah, pasti teman-teman Zia juga tidak tau jika Zia sudah menikah pikirnya.
Azzam semakin penasaran bagaimana orang di luar memandang sosok Zia, jujur saat ini ada rasa kagum yang muncul dalam diri Azzam saat mengetahui keseharian dan kelembutan juga kesabaran Zia, namun Azzam selalu berusaha menyadarkan hatinya bahwa Alma satu-satunya cintanya.
***
"Wah... Sumpah aku gak bisa kalau gak terpana sama Bu Zia... " Kata salah satu guru yang sedang makan di kafe dekat sekolah, obrolan itu tak sengaja terdengar saat Azzam sedang melihat Zia dari kejauhan sembari meminum kopinya.
"Ckkk Kamu bagai pungguk yang merindukan Bulan Mal" Jawab teman guru yang lainnya.
"Iya. Bu Zia itu luar biasa shalihah. Beliau juga rendah hati tidak sombong padahal pemilik yayasan di sekolah kita mengajar ini. " Kata yang lain lagi.
"Seandainya Aku bisa memiliki istri sebaik Itu." Kata salah satu lagi dari mereka.
Entah perasaan apa yang membuat Azzam mengepalkan tangannya, hatinya mendadak kesal saat banyak laki-laki memuji-muji Zia bahkan sengaja mengagumi dan menikmati dari jauh Zia yang tengah mengobrol di depan gerbang dengan siswa dan siswi.
"Eh. Aku lihat beliau itu baik sekali terhadap anak kecil dan menyukai anak kecil loh. Itu anak yang sering di bawa ternyata adalah anak sahabatnya yang sakit. Wah, benar-benar bidadari tal bersayap. " Puji Orang yang sedang mengobrol tentang Zia tadi.
Azzam semakin sesak dadanya udara di kafe itu terasa panas dan sesak, Azzam bangkit saat itu juga namun percakapan orang-orang tadi membuat langkahnya terhenti.
"Aku dengar Bu Zia sudah memiliki tambatan Hati sehingga belum segera menikah. Aku yakin laki-laki itu menyesal sudah membiarkan wanita cantik dan sebaik itu menganggur. Jika aku yang di sukai laki-laki itu, aku tak akan diam saja, pasti aku lamar dan nikahi segera. " Ucap Laki-laki salah satu yang mengobrol tadi.
"Sayangnya kamu adalah remahan peyek untuk Bu Zia yang sempurna!! " Ejek Salah satu teman yang membuat teman yang lain tertawa.
Azzam meremas tangannya lalu benar-benar bangkit dan keluar dari kafe dengan perasaan semakin tidak karuan, dirinya membayangkan setiap hari wajah cantik Zia selalu di nikmati banyak orang dan di jadikan objek halu oleh teman-temannya yang laki-laki.
Azzam semakin kesal saat melihat wajah cantiknya Zia tertawa hingga memperlihatkan barisan gigi putihnya juga lesung pipitnya yang menawan.
"Ashhh. Ckkk kenapa dia bisa seperti itu. Mau tebar pesona atau bagaimana mana??? Shhhh! Dasar!" Azzam memukul setir mobilnya kesal lalu melajukan mobilnya dengan rasa kesal dan marah juga kecewa.
Azzam meraup wajahnya, namun senyum indah Zia barusan masih terbayang di pelupuk matanya, seandainya senyum secerah itu hanya di nampak di hadapannya sekarang pasti dirinya beruntung pikirnya.
"Astagaa. Kenapa wajahnya selalu menari di pelupuk mata. Shhhh. " Azzam meraup wajahnya lalu melajukan mobilnya ke kampus tempat dirnya mengajar.
Azzam menyesal karena rasa ingin taunya justru mendatangkan sedikit api yang membuat dadanya sesak dan sedikit merasakan perasaan tidak terima istri keduanya bisa sebahagia itu saat di luar namun begitu pendiam saat berada di rumahnya.
***
Mau dong Vote... 🙏🤗🤗🤗😍