Kisah sekelompok anak muda yang ingin hidup sesuai dengan keinginan mereka karena di beri kesempatan kedua. Mereka pernah meninggal dan hidup kembali secara ajaib sehingga mereka sangat ingin menikmati hidup mereka.
Namun tanpa mereka sadari sebuah bencana besar sedang mengintai dunia dan pada akhirnya mengancam semua makhluk hidup di dunia. Untuk mempertahankan kehidupan kedua mereka, sekelompok anak muda itu berjuang untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala dengan keajaiban yang mereka miliki.
mohon dukungan komen dan like nya ya kalau suka, thanks
Prinsip mereka hanya satu. "Kita tidak tahu sampai kapan keajaiban ini akan mempetahankan hidup kita, sampai saat itu tiba kita akan bersenang senang dan melakukan apa saja yang kita inginkan, tidak ada yang bisa menghalagi kita, apapun itu, jadi jangan coba coba,,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13
“Cklik,” “kreek,” Rio masuk ke dalam rumahnya, dia langsung berlari ke ruang tengan dan melihat smartphone nya di kolong meja, dia mengambil dan mencabut chargernya kemudian duduk di sofa. Rio menyalakan smartphone nya dan ketika menyala “dli..dli...dli...dli,” ratusan pesan masuk ke dalam smartphone nya yang sebagian di kirim oleh paman nya, dia juga melihat puluhan miss call di kontak nya, Rio langsung menekan nomor paman nya dan meletakkan smartphone nya di telinga,
“Rio,” teriak paman.
“Maaf om, aku lupa mencabut smartphone ku selama dua harian (dua hari kemarin gue di rumah Sarah),” ujar Rio.
“Kamu itu, tolong jangan sampai begitu lagi, kamu sudah baca pesan dari om belum ?” tanya paman.
“Belum om,” balas Rio.
“Baca dulu, kemarin om baru dari kedutaan dan mengirim pesan sama kamu,” balas paman.
Rio langsung melihat layar smartphone nya dan membuka pesan terakhir dari paman, mata Rio membulat karena kordinat hilangnya pesawat yang di tumpangi kedua orang tuanya menghilang berada di samudra pasifik dan ada sebuah gambar bola besar hitam bersinar seperti gerhana matahari yang sedang di selidiki oleh tim sar dan armada militer dari manca negara, kalimat di bagian bawah nya status para penumpang, kru dan pilot pesawat yang hilang masih belum di tentukan dan di ketahui sampai penyelidikan selesai.
“Dokumen yang om foto itu rahasia, jangan di sebar, tadi nya om mau ajak kamu sekalian kesana, tapi kemarin kamu tidak ada di rumah,” ujar paman.
“Iya om, kemarin aku di rumah Sarah,” balas Rio.
“Ya sudah, kamu yang sabar ya, kita belum tahu apa yang terjadi dan teruslah berharap mereka tidak apa apa kemudian kembali dengan selamat,” balas paman.
“Aku mengerti om,” balas Rio.
“Sudah ya, kalau ada apa apa bilang sama om, jangan lupa lagi bawa smartphone, om juga akan terus menghubungi kamu dan terakhir tolong jangan membuat om khawatir, om pergi dulu ya, dadah,” ujar paman.
“Iya om, dadah,” balas Rio.
Rio menutup teleponnya, dia langsung menunduk dan berharap kalau kedua orang tuanya baik baik saja. Setelah itu, Rio berdiri dan mengantungi smartphone nya di kantung celananya, dia berjalan naik untuk mengganti seragam nya di kamar nya. Beberapa saat kemudian, Rio sudah berjalan di trotoar untuk kembali ke sekolah memakai seragam yang masih utuh sambil berpikir,
“Berarti yang Alex tunjukkan kepada ku benar kalau sampai kedutaan saja mengkonfirmasi kebenaran nya, tapi benarkah bola hitam itu sihir ? sepertinya banyak yang tidak tahu di dunia ini, papa mama semoga kalian selamat,” ujar Rio dalam hati.
Rio mulai berpikir kalau dirinya masih perlu banyak mengetahui segala hal soal dunia dan saat ini dia merasa bagai katak di dalam tempurung yang tidak tahu ada apa di luar sana. Dia menaikkan telapaknya dan melihatnya, kemudian dia mengepalkan telapaknya dan membuka nya kembali. Perkataan Sarah ketika baru bertemu dengannya terulang di benaknya,
“Mungkin kah selama ini Sarah tidak menghayal dan tidak berbohong pada ku ?” tanya Rio dalam hati.
Dalam hati nya dia mulai mempercayai cerita Sarah, kemudian dia juga mulai mempercayai cerita Lina dan Alex walau ketika dia mengingat cerita Alex dia tertawa lagi. Rio menatap ke langit sambil berjalan,
“Ok berarti hal yang ingin ku lakukan setelah 100 yang kemarin selesai, ah benar juga, baru 99 yang selesai karena saat ini aku belum jadi astronot dan selanjutnya aku akan mencari tahu soal diriku dan apa aku sebenarnya,” ujar Rio dalam hati.
Rio melangkah dengan mantap menuju ke sekolahnya dan berjalan agak cepat agar tidak tertinggal pelajaran.
****
Sementara itu, di ruang komputer lantai tiga, Alex dan Lina masih di sana, keduanya sudah tidak duduk di atas kursi melainkan bersembunyi di bawah meja,
“Kak, kita jadi ga masuk kelas nih,” ujar Lina sedikit merasa ketakutan.
“Udah ga apa apa, gue sering kok kabur kayak gini,” balas Alex.
“Ya itu elo kak, gue kan lain, gue baru pertama kalinya nih bolos di sekolahan,” balas Lina.
“Udah tenang aja, ga bakalan ada yang kesini juga, renovasi nya kan lagi berhenti sementara,” balas Alex.
“Ya tapi ngapain disini ? berduaan doang lagi,” ujar Lina.
“Ya abisnya gimana, si Rio kan harus ganti baju, Sarah keluar ga balik lagi, yang tersisa hanya lo,” balas Alex.
“Grrr...nyesel gue kejebak ama lo kak,” balas Lina.
“Hehe trus cerita dong soal diri lo, gue mau denger,” ujar Alex.
“Apanya yang mau di ceritain, gue punya kelainan otak sejak lahir dan meninggal akibat tumor otak di usia 9 tahun karena nyokap ga ada biaya buat bawa gue berobat, lagian nyokap juga ga ngerasa punya anak sebab dia cuman main ke negara itu ama temen kuliahnya dan pulang pulang hamil sampai dia di usir dari keluarga nya karena di anggap dia hamil di luar nikah walau dia sebenarnya enggak. Begitu gue idup lagi, gue di asuh oleh salah seorang perawat karena nyokap udah ga tau ada di mana, mending gue ga usah lahir kan, gue selalu sendirian dan ga punya teman, gue takut melukai orang lain dengan petir gue yang kadang tiba tiba keluar ini, gue ga bisa mengendalikan nya kak,” ujar Lina dengan mata mulai berair.
Alex yang mendengar cerita Lina langsung diam dan langsung tidak tersenyum, wajahnya nampak sedih dan tanpa sadar tangannya terangkat memegang kepala Lina,
“Lo bersyukur bisa lahir, begitu juga gue, walau kedengarannya konyol tapi waktu gue melihat diri gue menjadi manusia dan berada di panti asuhan, gue sedikit bersyukur karena di beri kesempatan lagi. Walau 80% kekuatan gue hilang, gue tetap bersyukur dan sayang sama ibu ibu yang mengasuh gue, sekarang kan lo ga usah khawatir, ada gue, ada Rio, ada Sarah, orang orang aneh yang sejenis ama lo, jadi sekarang lo udah ga ngerasa sendirian lagi kan, karena sekarang gue juga udah ga ngerasa sendiran,” balas Alex.
“Iya kak, makasih ya, gue pikir lo orangnya tukang bercanda dan ga bisa serius, ternyata lo baik juga ya hehe,” ujar Lina menitikkan air mata.
“Nah sekarang, gue ajarin lo cara pakai listrik yang ada di tubuh lo, memang sih cara yang gue tau mungkin beda, listrik itu bukan sihir karena gue ga merasakan energi sihir di badan lo. Kalau yang gue liat, Rio bisa memakai kekuatannya kalau dia bersemangat kayak tadi, Sarah memakai kekuatannya kalau dia marah, kalau gue bisa memakai kekuatan gue sampai maksimal kalau gue merasa terancam, sekarang tinggal lo, kita cari sama sama,” ujar Alex tersenyum.
“Iya kak, makasih kak hehe,” balas Lina yang masih menangis sambil membersihkan matanya.
Alex mulai mengajari apa yang dia mengerti kepada Lina yang setia mendengarkan setiap ucapannya tanpa meledek nya. Setelah itu,
“Tapi kak, nama Budianto itu dari mana ? itu nama keluarga kan ? kalau di panti asuhan emang ada nama keluarga ?” tanya Lina.
“Loh gue kan di adopsi, bokap nyokap angkat gue masih ada kok, sehat walafiat dan gue juga punya adik perempuan hehe,” jawab Alex.
“Beneran, ada ya demon lord kayak gini, , (dia ada ade cewe toh, pantes bae),” ujar Lina.
“Hehe lah gue contohnya, oh tapi karena gue sekarang separuh manusia separuh demon, gue half demon, bukan demon lord lagi,” balas Alex santai sambil membetulkan bando di rambutnya yang acak acakan.