NovelToon NovelToon
My Fantasy Came True

My Fantasy Came True

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Time Travel / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Kaya Raya / Romansa
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Leticia Arawinda

aku sangat terkejut saat terbangun dari tidurku, semuanya tampak asing. Ruangan yang besar, kasur yang sangat luas serta perabotan yang mewah terlihat tampak nyata.
aku mengira semua ini adalah mimpi yang selalu aku bayangkan sehingga aku pun tertawa dengan khayalanku yang semakin gila sampai bermimpi sangat indah.
namun setelah beberapa saat aku merasa aneh karena semua itu benar-benar tampak nyata.
aku pun bergegas bangun dari kasur yang luas itu.
"kyaa!!" teriakku sangat kencang saat aku menatap cermin yang besar di kamar itu.
wajah yang tampak asing namun bukan diriku tapi aku sadar bahwa itu adalah aku.
semuanya sangat membingungkan.
aku pun mencubit pipiku dan terasa sakit sehingga aku tahu itu bukanlah mimpi.
"wajah siapa ini? bukankah ini sangat cantik seperti putri kerajaan" gumamku merasa kagum.

apakah semua ini benar nyata atau memang hanya sebuah mimpi indah?

🌸🌸🌸
nantikan kisah selanjutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Hari pun berlalu dengan cepat.

Roderick pergi keluar untuk menemui rekannya namun ia berniat untuk menginap di mansion Duke Lance yaitu kediaman yang sedang ku tempati ini.

Langit biru kini berganti menjadi berwarna jingga yang memberikan kehangatan dan kedamaian saat menatapnya.

Disudut kamarku yang luas, aku pun menatap langit senja itu dengan perasaan yang sulit ku mengerti.

Aku merasakan perasaan sedih bercampur rasa putus asa tanpa kehadiran Ivander. Aku sangat mengerti bahwa ini bukanlah perasaanku yang sesungguhnya namun karena tubuh ini masih merasakan cinta meski jiwanya telah pergi entah kemana.

“Ivander.. kenapa kamu belum pulang? Aku sangat resah menunggu di kamar ini” gumamku tanpa kusadari.

Rasanya aku semakin tak bisa mengontrol diriku sendiri karena tubuh ini seperti mengambil alih diriku sehingga dengan sendirinya aku merasa terbiasa dengan kamar ini.

Terkadang aku merasakan sesuatu yang kuat dari tanganku dan seolah ada aliran tenaga yang tak biasa ku rasakan sebelumnya.

Meskipun aku sangat menginginkan ingatan Casandra muncul namun sepertinya sangat sulit untuk hal itu terjadi.

Aku sungguh tidak memahami diriku yang sekarang namun aku masih bersikap tenang dan menikmatinya begitu saja tanpa memikirkan apapun.

Hingga aku tak mengira bahwa aku telah berdiri cukup lama di depan jendela menantikan kedatangan Ivander yang tak kunjung terlihat meski sekarang langit sudah berubah menjadi gelap.

Rose pun datang saat aku membunyikan lonceng di kamarku.

Ia tampak gugup dn berlari mendatangiku.

“Apa ada yang anda perlukan Nyonya?” tanyanya.

“Tidak ada Rose, hanya saja aku merasa gelisah. Kenapa suamiku belum pulang?”

“Maaf Nyonya sepertinya Tuan masih lama dan kemungkinan pulang larut. Nyonya istirahat saja dan tidak perlu khawatir karena saya yakin Tuan pasti baik-baik saja” ucapnya dengan yakin.

Saat itu pandanganku tertuju ke arah pintu dan berharap dia datang namun hanya helaan nafas yang kurasakan karena tidak ada dia di sana.

“Yasudah Rose. Tolong bawakan teh hangat” ucapku sambil menyenderkan punggungku ke sofa.

“Baik Nyonya”

Rose pun keluar dengan perlahan dan kini kamar ini pun terasa kosong kembali tanpa adanya orang lain.

Suasananya sangat sunyi hingga aku pun merasa tidak enak seperti ada yang mengawasi.

Srek!..

Terdengar suara dari luar jendela.

Aku langsung beranjak dari sofa menuju ke jendela untuk memeriksa sumber suara tersebut.

Saat itu tidak terlihat apapun namun aku masih penasaran sehingga aku membuka pintu dan keluar ke balkon namun aku terpeleset dan hampir jatuh.

Grep!..

Sret!..

“Kyaa.. Mmph!” teriakku tertahan oleh tangan yang membekam ku.

Ada seseorang yang menarik ku dan menahan tubuhku agar tidak terjatuh, dia menyentuh pinggangku dan menahannya dengan kuat.

Mataku terbelalak sangat terkejut dan ketakutan.

“Mmph..Mmm…”

Dia masih membungkam mulutku sehingga aku tidak bisa bicara.

“Ssstt.. Casandra jangan teriak. Ini aku Vernon” ucapnya seolah akrab denganku.

“Haa.. haah” hela nafasku setelah dia melepaskan tangannya.

Dia pun membantuku untuk berdiri dengan tegak setelah sebelumnya posisi kami hampir berpelukan.

Wajahnya sangat tampan namun teduh serta memiliki mata yang indah berwarna biru seperti permata serta rambut berwarna pirang dan kulit yang putih dan tubuhnya yang tinggi dan terlihat berwibawa.

“Si, siapa kamu?” ucapku sambil menarik tanganku yang sedang ia sentuh saat membantuku.

“Casandra? Apa kamu tidak mengingatku? Aku sangat senang saat mendengar kamu sudah bangun tapi siapa sangka kamu lupa denganku? Semua ini salah Ivander! Jika bukan karena dia pasti kamu masih seperti sebelumnya. Haah!” pekiknya merasa kesal.

“Siapa gerangan pria yang tiba-tiba muncul ini? Wajahnya sungguh indah namun kenapa dia bersikap sangat mengenal Casandra?” dalam benakku.

Dia terlihat sangat frustasi dan tak bisa menahan amarahnya terhadap Ivander yang ia pikir karena dirinyalah aku seperti ini.

“Tunggu! Jangan menyalahkan Ivander” ucapku.

“Apa?! Meski kamu sudah seperti ini tapi kenapa? Kenapa kamu menyebut namanya dengan penuh cinta seperti itu? Casandra, pernahkah sedikitpun kamu.. Hah! Maaf aku terlalu emosi” ucapnya tak selesai.

Dia menahan dirinya untuk mengatakan banyak hal tentang semua yang ingin dia katakan namun aku masih belum mengerti apa maksud dan tujuannya datang ke kamarku selarut ini melalui balkon.

“Hmph! Jadi, siapa kamu?” tanyaku masih penasaran.

Dia terdiam sesaat lalu merapikan pakaiannya dan tersenyum hangat kepadaku.

Dia meraih tanganku dengan lembut lalu mencium punggung tanganku dan menatapku dengan tatapan yang menggoda.

“Namaku Arlo Parwiz Vernon yang merupakan sahabat yang sangat menyayangimu begitupun denganmu Casandra” ucapnya sambil tersenyum dan mengedipkan matanya.

“Hah?! Apa-apaan pria ini dan apa benar sahabat seperti ini? Apalagi dia kan tahu kalau Casandra sudah punya suami, apa pantas seperti ini? Tapi dari yang sering ku baca, cara menyapa dengan mencium tangan adalah hal yang biasa namun kenapa dia menatapku dengan tatapan seperti orang yang memiliki perasaan cinta?” dalam benakku masih terheran.

“Apa benar seperti itu? Lalu aku harus memanggilmu dengan apa?” tanyaku lagi.

“Vernon.. panggil aku seperti itu. Sayang sekali pertemuan kita hanya sampai disini, Casandra sayang sampai jumpa nanti di tempat dan waktu yang tepat” katanya sambil tersenyum dan melambaikan tangannya.

“Eh? Tunggu!!” ucapku sangat terkejut melihatnya.

Dia melompat ke bawah dengan sangat ringan dan tak terlihat merasakan anggota tubuhnya yang sakit padahal jarak balkon ke bawah cukup jauh.

“Ternyata seperti ini rasanya? Yang hanya bisa ku baca dari seorang tokoh utama wanita yang mendapatkan perhatian dari pria-pria tampan yang bahkan sampai mendatangi ke balkon kamarnya? Huft.. tapi kan Casandra ini sudah punya suami, apa pantas mempunyai sahabat setampan itu? Bukannya Ivander pasti cemburu kan? Tapi siapa sih dia?” gumamku sambil bertanya-tanya.

Begitu pria yang di sebut Vernon itu pergi, Ivander pun pulang dan terlihat keluar dari kereta kudanya.

Aku sangat senang melihatnya dari atas sini namun tiba-tiba angin berhembus kencang dan menerbangkan kain yang ku pakai untuk menutupi pundakku.

Tanganku mencoba meraihnya tapi tidak bisa karena jauh dan terbang menuju ke arah Ivander hingga akhirnya jatuh tepat di depannya.

Dia terlihat sangat terkejut dan mengambil kain tipis itu lalu mendongak ke arahku. Wajahnya yang tampak lelah itu tersenyum menatapku dan mencium kain itu serta mengendus aromanya.

Tatapannya sangat menggoda hingga tanpa kusadari aku menjadi salah tingkah dan berbalik lalu jongkok di bawah sambil menutupi wajahku.

Di waktu yang sama.

Ivander tertawa kecil melihat tingkahku dan kembali bersemangat lalu bergegas masuk ke dalam.

“Istriku tahu caranya membuat suaminya kembali segar” gumamnya sambil membawa kain itu dan langkah yang memburu.

Sedangkan aku kembali masuk ke kamarku dan menutupi semua tubuhku dengan selimut dan berteriak tanpa bersuara karena hal-hal yang membuatku berdebar.

Bukan hanya tubuh ini yang merasakan debaran itu namun diriku sendiri pun merasakan hal yang sama.

Aku merasakan perasaan yang aneh saat melihat Ivander dan mengira mungkin aku pun jatuh cinta dengannya.

1
Luna
semangat ya
Luna
ini keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!