Tiba-tiba Jadi Istri Pak Guru
_____________________________
Arta Malik seorang pengusaha sukses di bidang fashion di Korea, usianya yang sudah tak muda lagi ia ingin anaknya melanjutkan bisnisnya.
"Aku belum siap menikah, yah."
"Usia kamu sudah hampir 30 tahun, coba kamu pikir masa depan kamu, sudah saatnya kamu gantiin posisi ayah."
Bian Malik, ia sangat tidak minat untuk terjun di dunia bisnis. Usianya yang sudah hampir kepala tiga ini ia sama sekali belum memiliki niat untuk menikah. Setelah Bian menikah Arta akan memberikan semua tanggungjawab perusahaan pada Bian.
___________________________________________
"Tis, nanti malam kamu dandan yang cantik ya ada tamu penting yang mau datang."
Latisya Andini, di usianya yang masih 18 tahun ia harus menanggung perbuatan kakeknya. Ia harus menyerahkan dirinya untuk diperistri seseorang yang usianya jauh lebih tua dibanding dirinya.
"Loh bapak kok di sini?"
"Ya? ada masalah?"
Siapakah pria itu? Simak kelanjutannya di cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ssabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Promil
Dua bulan sudah berlalu dan sekarang Tisya sudah dinyatakan lulus dari sekolah. Kedua sahabatnya juga sudah berangkat melanjutkan kuliahnya.
Tisya senang akhirnya ia bisa lulus dan bisa menjaga rahasianya selama ini.
"Minggu depan kita adakah resepsi pernikahan kalian" Ucap Nia.
"Emangnya harus ya bu?" Tanya Tisya.
"Ya harus dong, suami kamu itu kan sekarang sudah jadi pebisnis terkenal, rekan-rekan kerjanya harus tahu kalau suami kamu sudah menikah" Jawab Nia.
"Ya udah ibu atur saja semuanya" Ucap Tisya.
Seminggu ini Nia dan Tisya sibuk mempersiapkan acara resepsi. Walaupun sudah memakai jasa WO tetap saja Nia harus memperhatikan semuanya. Sebab acara ini nantinya akan dihadiri ribuan tamu baik dari keluarga Arta dan Keluarga Pras.
Tiba harinya resepsi diselenggarakan di salah satu gedung megah di kota ini. Dekorasi bernuansa Putih membuatnya terkesan sangat mewah.
"Sayang sudah siap?" Tanya Bian.
"Bentar mas pakai sepatu dulu" Jawab Tisya.
'Klek' Tisya membuka pintu tempat ia make up.
Bian tertegun melihat kecantikan istrinya. Dengan balutan gaun berwarna maroon dan make up tebal namun tidak menor membuat semua orang yang melihatnya pangling.
"Cantiknya istri mas, ke kamar aja yuk ga usah resepsi" Ucap Bian.
"Ihh kasian dong semua udah nunggu di depan."
Bian dan Tisya keluar bersamaan sambil bergandengan tangan. Diiringi musik romantis membuatnya seperti pengantin baru sungguhan.
Mereka berdua berdiri di pelaminan sambil menyalami para tamu.
"Selamat Pak Bian" Ucap Lela.
"Terima kasih Bu Lela" Ucap Bian.
Lela kemudian menyalami Bian dan bergantian menyalami Tisya.
"Ternyata benar ya kecurigaan saya selama ini, kamu itu ada apa-apa sama Pak Bian" Ucap Lela lirih.
Tisya tidak menanggapi ucapan Lela, ia sama sekali tidak memasukan ke hati.
Hampir 3 jam mereka berdiri, kaki Tisya sudah sangat pegal.
"Capek?" Tanya Bian.
"Iya mas, tamunya masih banyak ya?" Tanya Tisya.
"Masih, paling satu jam lagi" Jawab Bian.
"Huhhhh" Tisya menghembuskan napas kasar.
Walaupun mereka kelelahan namun mereka tetap menampakkan wajah yang gembira.
Acara ini tidak hanya didatangi oleh rekan kerja Arta dan Pras namun juga ada teman teman seangkatan Tisya.
Mereka tidak menyangka, Tisya yang selama ini mendapat hukuman dari Bian ujungnya malah menikah dengan Bian.
Para tamu sudah pergi meninggalkan gedung ini, kini hanya tinggal beberapa keluarga saja.
"Bi Papa langsung balik ke rumah ya" Pamit Arta.
"Loh kok buru-buru?" Tanya Pras.
"Iya pa, kita belum foto keluarga lo" Ucap Bian.
"Mama kamu tiba-tiba perutnya sakit." Jawab Arta.
"Mama kenapa?" Tanya Bian pada Mayang.
"Ga tau Bi tiba-tiba perut mama sakit, mual, mau muntah" Jawab Mayang.
"Mungkin kamu masuk angin May, soalnya ACnya dingin banget" Ucap Nia.
"Mungkin gitu" Jawab Mayang.
Namun sebelum mereka Pulang, Bian meminta untuk diadakan foto keluarga terlebih dahulu.
Malam harinya Bian dan Tisya kembali ke rumahnya. Setibanya di rumah mereka langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Mau langsung tidur?" Tanya Bian.
"Iya mas, capek banget besok juga harus bangun pagi kan, ada janji sama Dokter" Ucap Tisya.
Bian kemudian menutupi tubuh istrinya dengan selimut lalu ia ikut terlelap bersamanya.
Keesokan harinya Bian dan Tisya sudah siap untuk pergi ke dokter.
"Kamu sudah yakin dengan keputusan kamu?" Tanya Bian.
"Iya mas sudah yakin banget" Jawab Tisya.
Bian dan Tisya kemudian berangkat ke rumah sakit.
Bian dan Tisya memutuskan untuk menjalankan program hamil. Sebetulnya Bian tidak ingin tergesa-gesa, ia masih ingin menikmati masa-masa berdua. Apalagi usia Tisya masih muda, Bian merasa kasian kalau Tisya mengandung di usia muda.
Setibanya di rumah sakit mereka bertemu dengan dokter kandungan, mereka berdua menerima arahan-arahan yang harus mereka lakukan dan tidak boleh mereka lakukan.
Setelah selesai konsultasi Bian dan Tisya kemudian kembali ke rumah.
Setibanya di rumah Bian dan Tisya duduk di depan televisi. Tisya mengusap-usap perutnya yang rata.
"Kapan ya mas perut aku bisa besar" Ucap Tisya.
"Sabar mungkin kita belum diberi kepercayaan sama Allah" Jawab Bian.
"Tapi Tisya udah pengen banget mas punya momongan" Ucap Tisya.
Ya, Tisya sangat ingin segera diberi momongan. Alasan Tisya pengen segera punya momongan adalah untuk mempererat hubungan pernikahan mereka. Belakangan ini banyak kasus perselingkuhan yang Tisya dengar dan salah satunya karena sang istri tidak bisa mengandung.
Meskipun Bian tidak seperti itu, tapi yang namanya manusia pasti pikirannya berubah-ubah.
"Mas mulai hari ini makanannya harus dijaga ya, jangan suka jajan sembarangan" Ucap Tisya.
"Iya sayang"
Tisya kemudian mengeluarkan satu botol kecil berisi kapsul dan memberikan kepada suaminya.
"Ini jangan lupa diminum sesuai anjuran dokter tadi, biar kualitas sperma kamu bagus" Ucap Tisya.
"Iya sayangku" Jawab Bian.
Tisya senang Bian mau mendukung keinginannya itu. Walaupun awalnya Bian ingin menunda kehamilan agar Tisya bisa kuliah namun akhirnya Tisya bisa merobohkan benteng pertahanan Bian.
...****************...
Mayang terus bolak balik ke kamar mandi. Entah mengapa perutnya terasa mual. Apalagi saat melihat makanan bawaannya langsung pengen muntah.
"Ma kita periksa ke dokter aja yuk" Ucap Arta.
"Engga usah pa, palingan mama cuma masuk angin biasa" Jawab Mayang.
"Tapi mama dari kemarin udah ga makan lo" Ucap Arta.
Arta kemudian mengambil jaket Mayang kemudian mengajaknya ke rumah sakit.
Sepanjang perjalanan perut Mayang terasa sangat mual. Ia memegang keresek jika sewaktu-waktu ia muntah.
"Hoek hoek"
Saat melintasi jalanan yang penuh dengan penjual makanan, Mayang langsung mengeluarkan isi perutnya ke dalam keresek hitam.
Arta langsung menepikan mobilnya dan memberikan air mineral untuk istrinya.
"Pa mama udah ga kuat" Ucap Mayang.
Tubuh Mayang sangat lemas.
Arta kemudian kembali melajukan mobilnya ke rumah sakit terdekat.
Setelah sampai di rumah sakit Arta segera mengambil kursi roda dan membawa istrinya masuk.
Untung saja saat itu tidak ada antrian jadi Mayang bisa langsung ditangani dokter.
Mayang menceritakan keluhan-keluhannya, lalu dokter menuliskan sesuatu di kertas.
"Mari ikut saya" Ucap dokter itu.
Dengan masih duduk di kursi roda, Mayang didorong oleh suster mengikuti dokter tersebut.
"Silakan masuk buk, pak" Ucap Dokter itu lalu ia meninggalkan Mayang dan Arta.
'Poli obgyn'
Di dalam ruangan itu Mayang bertemu dengan seorang dokter cantik.
Dokter itu membaca kertas tadi dan langsung menyuruh Mayang utuk berbaring di ranjang pasien.
"Maaf ya buk" Ucap dokter itu saat menempelkan alat di dada Mayang.
"Maaf sebelumnya usia ibu saat ini betul 41 tahun?"
"Iya dok"
"Untuk mengetahui keakuratannya coba kita lakukan USG ya pak, bu"
TBC.
Jangan lupa like dan Vote.