"Kau adalah milikku, Kau ada di setiap hembusan nafasku. Ku bunuh siapapun yang berani menyentuhmu. Aku mencintaimu Anya" - Damian Andante Salvatore
"Yang kau sebut cinta itu adalah Penjara bagiku Dante. Bila bersamamu rasanya sesak bagiku. Aku membencimu Dante" - Azzevanya Laluna Hazal
Hallo guys, ini adalah novel pertama ku... maaf kalau banyak typo atau ceritanya kurang menarik ya... Terima kasih banyak😍😍😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sequoia_caca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Kekasihku
Damian segera dibawa ke unit gawat darurat. Saat ini Azze sangat basah kuyup hingga air menetes dari pakaiannya.
"mba duduk dulu mba.. "
Seorang security menawari Azzevanya untuk duduk di kursi pos. Lalu memberikan air hangat untuknya. Azze menuruti perkataan Security itu.
"Diminum dulu mba.. "
"Baik, terimakasih pak. "
Azze meminum air hangat yang diberikan security itu kepadanya, lumayan air itu sedikit menghangatkan perutnya.
"Mba itu pacarnya kenapa? kok bisa ditembak seperti itu ? ".
" ohh, dia bukan pacar saya pak, saya menemukannya sendirian dibawah pohon bersinbah darah. Saya kasian, makannya saya tolongin.
Saat tengah berbincang dengan security itu, seorang perawat wanita menghampiri Azze.
"Maaf dengan keluarga korban? "
"ohhh iya, kak. "
"Boleh, diurus administrasi nya kak.. mari ikut saya"
"oh iya, baik kak"
Azze mengikuti langkah perawat itu menuju ruang operasi. Azze bingung kenapa mereka membawanya kesana.
"Tunggu sebentar ya kak. "
Azze menjawab perkataan perawat itu dengan anggukan. Tak berselang lama seorang dokter pria paruh baya mendekati Azze.
"Maaf apa anda keluarga korban, saat ini kondisi korban sedang kritis. Akibat peluru dari tembakan itu lumayan dalam sehingga membutuhkan tindakan yang lebih serius. Jadi mohon tanda tangani surat pernyataan setuju ini ya mba. "
"Ahh iya baiklah dok, selamatkan dia. "
Tanpa pikir panjang Azze langsung menandatangani surat itu. Dokter pun kembali ke ruang operasi. Azze menungu di depan ruang operasi dengan gugup.
"Ya allah, selamat kan orang itu kasihan dia. "
Beberapa jam berlalu, dan Damian sudah dipindah kan ke ruang rawat inap. Akibat efek anastesi jadi dia belum sadarkan diri. Azze melangkah masuk kedalam ruang rawat inap itu. Dia melihat pria yang ia selamatkan tadi terbaring lemah diatas ranjang.
"Dia besar sekali, seperti monster. "
"Maaf, ini ada barang milik korban mba. "
"Ahh iya, terimakasih"
Perawat memberikan sebuah dompet dan ponsel milik Damian pada Azze. Lalu Azze melihat ponsel tersebut, ternyata tidak dikunci. Dia melihat riwayat panggilan. Disana tertera nama Hans.
Azze mencoba menghubungi nomor tersebut. Untungnya Berdering. Dan terdengar suara pria di seberang sana.
"Hallo, tuan.. anda dimana.. tuann hallo??!! "
"Ini aku yang menemukan nya dijalan.. dia dirawat di rumah sakit pelita... "
"Iyaaa hallo,, haloo siapa .. hallo tuan!! "
"Diaa dirawat di rumah sakit... hallo hallo"
ponsel Damian mati karena kehabisan daya..
"sialann.. "
Azze memperhatikan wajah Damian.
"Tampan juga orang ini, hoammm lumayan ada bantalbisa ku peluk"
Tidak terasa karena rasa kantuk menyerang akhirnya Azze terlelap disana.
Waktu menunjukkan pukul 5 pagi, Damian tersadar dia berusaha duduk. Alangkah terkejut nya dia melihat seorang wanita tertidur dengan posisi duduk di sampingnya.
"Apa dia wanita yang menolongku?! "
Damian bangkit dari ranjang, sebenarnya luka seperti itu sering Damian dapatkan. Makannya saat terluka dan segera ditangani dia akan pulih dengan cepat.
Damian bangkit walau agak kesulitan. Dia berusaha menyeimbangkan tubuhnya. Dia melihat wajah Azze dari dekat. Damian merapikan helaian rambut yang menghalangi wajah cantik Azze..
"Terimakasih cantik, kau telah menyelamatkan nyawa ku. Mulai sekarang kau milikku. "
Damian meraih helaian rambut Azze, lalu menghirupnya. Aroma teh dan vanila yang lembut tercium olehnya.
"Sangat menenangkan"
Damian membelai wajah Azze dengan lembut.
"mmmhhh... "
Azze merasa terusik, Damian segera naik kembali ke ranjang dengan hati-hati, lalu pura-pura tidur.
"mmhhhh... hoammm huaaahh jam berapa ini.?"
Azze melihat jam yang ada ditangannya.
"Hah setengah enam.. aku harus pulang. Kalau tidak bunda akan memarahiku."
Azze bangkit dari posisinya, lalu saat keluar ruangan dia berpapasan dengan seorang pria.
Dia adalah Hans. Hans sedikit mendengar seorang wanita bicara tentang rumah sakit pelita. Walau suara wanita itu putus putus. Maka dari itu dia langsung menuju ke rumah sakit.
"Mba maaf, pria yang baru saja operasi akibat tertembak berapa biay operasi nya?. "
Azze bertanya mengenai biaya operasi pria yang dia selamatkan tadi ke resepsionis rumah sakit itu.
"Mmm sudah dibayar lunas kak, oleh pria yang baru saja masuk tadi"
"oh begitu, syukurlah".
Azze bernafas lega, itu tandanya dia tidak perlu mengeluarkan uang. Azze langsung setengah berlari keluar rumah sakit. Lalu menaiki motornya.
Sedangkan Hans yang baru saja tiba, tampak khawatir melihat kondisi tuannya.
" Ubah Ekspresi jelek mu itu. Aku baik-baik saja"
Damian melepas oksigen nya, lalu merubah posisinya jadi setengah duduk.
Hans yang masih terengah-engah sedikit terkejut dengan tingkah Damian.
"Anda baik-baik saja tuan? semua orang khawatir terutama tuan Johan. Dia tidak bisa kemari karena masih di Jakarta. "
"hmmm tak apa-apa. "
Damian meraih segelas air diatas meja sambil memegangi luka tembaknya yang masih terasa ngilu.
"Tuan apa kau tau siapa yang menembak mu? "
"Ntahlah, wajahnya tidak jelas. Payah sekali dia menembak ku dari samping. "
Damian masih sempat tersenyum menyeringai disaat seperti itu.
"Tapi sepertinya aku tau siapa yang mengirimnya. Kau tunggu saja arahan ku Hans"
"Baik tuan. "
"Hans, Kau melihat kekasihku? "
"Kekasih?
tanya Hans dengan wajah bingung.
" Dia baru saja keluar bersamaan saat kau masuk. "
"Ahhh, wanita tadi. Aku tidak melihatnya dengan jelas tuan. "
"Cari dia. sampai ketemu"
"Bukankah dia kekasih anda, mengapa harus dicari lagi? dia pasti datang lagi"
"Dia kabur, tanpa melihatku pulih. "
"Aahh apa dia orang yang menolong anda? "
"hmmm, Dia kekasihku sekarang"
Hans lelah dengan sikap tuannya ini, yang semena-mena mengakui kepemilikan terhadap apapun. Hans hanya kasihan terhadap wanita itu, karena jika dia sudah tertangkap oleh Damian, maka dia tidak akan pernah bisa melarikan diri lagi. Damian akan mencarinya kemanapun walau ke ujung dunia sekalipun.
*Flashback End
Kembali ke masa kini, Setelah mencicipi hidangan buatan Azze. Damian mengingat rasa masakan yang dibuat ibunya. Rasanya sama persis dengan makanan yang di buat Azze.
Damian langsung melahap habis kalio daging itu secepat kilat. Lalu dia tampak berbisik pada Johan.
"Azzevanya. Apa Kalio daging ini masih ada? "
"Ada pak, biar saya ambilkan. "
"Kalau begitu tolong wadahi sisanya untuk tuan Damian. Nanti tolong kamu antarkan ke ruangannya ya"
Dengan berat hati Johan mengatakan itu. Sebenarnya sejak tadi Johan memperhatikan Azze. Ada rasa tidak rela dalam dirinya, jika Azze harus jatuh ke tangan Damian.
Azze yang mendengar hal itu seketika merasa lemas, dia sangat tidak ingin bertatap muka langsung dengan Damian. Dia sangat takut dan merasa terancam saat melihatnya. Apalagi jika harus berdua di dalam satu ruangan.
"Aku sudah selesai, gantikan aku untuk briefing selanjutnya"
Damian bangkit dari duduknya, lalu menepuk pundak Johan untuk mengambil alih briefing nanti.
Dia berjalan melewati para staff, semua staff yang ada disana membungkuk memberi hormat.
Hans yang masih duduk di meja makan bersama yang lain mengamati wajah Azze dari kejauhan. Dia akui Ingatan Tuannya sangat tajam. 3 tahun yang lalu setelah keluar dari rumah sakit Damian sempat melukis Wajah Azze. Hans dan anak buah Damian yang lain agak tidak percaya kepada Damian. Karena Damian melukis wajah seorang wanita yang sangat cantik seperti bukan dari dunia nyata.
Dan dimasa sekarang, Hans bertatap muka langsung dengan Sang dewi penyelamat Damian. Yang membuat Seorang pria keras seperti Damian jatuh cinta. Hans akui Azzevanya tidak ada tandingannya. termasuk wanita-wanita yang pernah ada di hidup Damian, yang Damian perlakukan hanya sebatas Mainan Pemuas Nafsunya saja. Sebenarnya dulu Damian pernah memiliki seorang kekasih, namun wanita itu mengkhianati Damian. Tapi kecantikannya terkalahkan oleh Azzevanya.
Pantas Saja Damian ingin sekali mendapatkan nya.
kArena selain cantik dia juga baik hati, mau menolong orang asing tanpa pamrih.
"Wanita itu tampak tidak asing.. aku seperti pernah melihatnya. Tapi dimana..? "