Perjuangan seorang pemuda yang bernama Barata untuk balas dendam karena di hina oleh tunangannya.Dia dianggap tidak cocok oleh tunangannya yang merupakan murida dari salah satu perguruan terkenal.Karena bercita-cita ingin menjadi kuat dan tidak mau di remehkan ia pun mencoba mendaftarkan diri ke suatu perguruan.Namun di tengah jalan tanpa dia sadari tiba-tiba ada sebuah cahaya yang menabrak dirinya hingga membuatnya pingsan.Hal itulah yang membuat dirinya terlambat untuk mendaftar sebagai murid baru.
Secara pelan tapi pasti Barata terus berlatih dan melangkah dari titik lemah sampai menuju ke titik yang paling kuat.Dia pun akhirnya menemukan sebuah perguruan yang mau menerima dirinya dan menjadi murid utama di sana.
Setelah berlatih beberapa bulan akhirnya ia pun oleh gurunya diikutsertakan dalam sebuah pertandingan yang mana di sana ia bertemu dengan tunangannya yang juga ikut dalam pertandingan itu.Bagaimana cerita selanjutnya ikuti saja dalam sang penerus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi murid di perguruan pedang terbang
"Aku tahu ayah menyuruh ku pulang, sebenarnya bukan ingin menanyakan hal itu bukan?"Tanya Niwang Sari.
"Benar,aku ingin menanyakan sebab engkau datang ke rumah Barata dan memutuskan hubungan mu dengannya, ayah benar benar tidak habis pikir dengan hal itu Niwang ,aku merasa kau akan menyesali keputusan mu itu suatu hari nanti"Ucap Ayahnya.Dengan memalingkan wajahnya.
"Ayah,aku tahu Barata adalah pemuda yang baik ,tapi aku rasa dia bukan pilihan ku ayah dan aku tidak akan pernah menyesali keputusan ku ini"Ucap Niwang Sari.Berkata terus terang kalau dirinya benar-benar tidak suka dengan Barata.
"Niwang Sari kau tidak tahu bukan,kalau keluarga kita ini sudah berhutang budi pada wibisana ayahnya Barata.Dialah orang yang membantu ayah sewaktu ayahmu dalam kebangkrutan,aku benar-benar merasa malu dengan sikap mu itu."Ucap Ayahnya dengan nada setengah marah.
"Ya aku tahu itu ayah,tapi apakah ayah tega menjodohkan aku dengan seorang pemuda yang lemah seperti Barata itu, bukankah masih banyak pemuda di luar sana yang lebih baik dari dia ayah,terus terang saja aku tidak sudi mempunyai seorang suami seperti dia."Ucap Niwang Sari.Merasa sangat benci jika teringat dengan Barata.
Pranajaya terdiam mendengar ucapan Niwang Sari itu, padahal tujuan dia menjodohkan dengan Barata adalah untuk mempererat hubungan persahabatan dengan wibisana.Selain Barata anak yang baik ia juga berbakat dalam olah kanuragan. Ia tidak tahu kenapa Niwang Sari menganggap kalau Barata adalah anak yang lemah.
"Ayah aku masih ingin bebas dan tidak mau terkekang oleh aturan rumah tangga, masih banyak hal hal yang harus aku capai dulu sebelum aku menikah, aku harap ayah menyadari semua itu."Ucap Niwang Sari dengan kata kata lembut di depan ayahnya.
"Kalau itu semua sudah menjadi keputusan mu baiklah, ayah tidak mau memaksa mu lagi.Dan satu hal yang harus kamu ingat ,jika suatu hari nanti kau menyesali keputusan mu itu jangan mengadu kepada ayah Niwang."Ucap Ayahnya kemudian pergi meninggalkannya.
"Mana sudi aku menyesali putus dengan Barata memangnya siapa dia,aku bisa memilih lelaki manapun yang saya suka dan tentunya jauh lebih baik dari Barata."Ucap Niwang Sari dalam hati.
Malam itu Niwang Sari terasa asing walaupun di dalam rumahnya sendiri.Karena ayahnya seakan tidak sudi untuk berbicara dengannya walau pun satu kata.
Makan malam pun terasa hampar bagi Niwang Sari,karena biasanya ayahnya selalu mengajaknya bicara pada saat mereka makan tapi tidak dengan hari itu.Keadaan itu semakin membuatnya benci dengan Barata dan keluarganya.Baginya keluarga Barata adalah kumpulan orang orang tidak tulus dalam membantu.Seandainya mereka tulus seharusnya tidak ada acara perjodohan segala.Tapi anggapan Niwang Sari itu salah besar kalau dia menganggap Wibisana merencanakan perjodohan itu.Sebenarnya perjodohan itu adalah ide dari ayahnya sendiri, dengan tujuan mempererat hubungan mereka dari sahabat menjadi keluarga.
Wibisana ayah dari Barata hanya bisa menyetujuinya saja karena merasa tidak enak jika harus menolak niat baik Pranajaya itu.
Barata anaknya pun sebenarnya juga tidak mau dijodohkan dengan Niwang Sari,karena dia sudah punya seorang yang ia Gadis itu bernama Jingga teman sepermainannya dari kecil yang kini sedang menimba ilmu di suatu perguruan.Barata mau menerima perjodohan itu karena ia tidak mau mengecewakan ayahnya dan Pranajaya.
Di dalam kamarnya Niwang Sari duduk termenung seorang diri sambil menatap keluar jendela pikirannya melayang mengingat kejadian beberapa bulan lalu.
Waktu itu Niwang Sari datang ke rumah Barata dari perguruan Harimau Api dengan ditemani oleh Mahesa temannya.Ia datang ke sana dengan tujuan untuk minta penjelasan pada wibisana tentang dirinya yang dijodohkan secara diam diam tanpa sepengetahuannya,karena saat itu dirinya sedang berada di perguruan.
Niwang Sari dan Mahesa tiba di sana pada waktu malam hari karena ia berangkat dari perguruan Harimau Api pada waktu tengah hari.Karena perjalanan dari kota Sandara ke desa watu gede membutuhkan waktu setengah hari dengan naik kuda.
Kebetulan malam itu di rumahnya Barata saat itu sedang ramai karena sedang membahas masalah pertikaian antar warga.Wibisana yang merupakan kepala desa diminta untuk menyelesaikan masalah itu,karena dia terkenal cukup adil dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
Niwang Sari yang datang dari perguruan Harimau Api,sudah membawa rasa kesal di hatinya tidak mau menunggu barang sejenak dan langsung menerobos masuk tanpa memperdulikan susana yang sedang terjadi di sana.
"Paman wibisana aku ingin bicara dengan paman dan Barata sekarang juga."Ucap Niwang Sari.Terdengar nada yang kurang enak dari mulutnya.
"Oh nak Niwang Sari selamat datang,aku tidak menyangka kalau nak Niwang berkunjung malam malam begini."Ucap Wibisana dengan terkejut melihat kedatangan Niwang Sari yang secara tiba-tiba itu.
"Maaf paman,aku sedang terburu-buru, secepatnya aku ingin bicara sama paman dan Barata."Ucap Niwang Mengulangi perkataannya.
"Kenapa buru buru begitu nak Niwang Sari, silahkan duduk dulu kau pasti lelah karena telah menempuh perjalanan jauh."Ucap Wibisana.
"Tidak perlu Paman,aku tidak punya waktu banyak sekarang ini.Karena aku harus segera kembali ke perguruan."Ucap Niwang Sari.
Orang orang yang ada di ruangan itu terdengar berbisik-bisik dengan sikap Niwang Sari yang menurut mereka terlihat begitu kaku, sombong dan angkuh itu.
"Silahkan bicara saja Niwang katakan saja ada apa."Ucap Barata yang juga ada di sana.Ia merasa tidak suka dengan sikap gadis itu.
"Kalau begitu dengar perkataan ku paman dan kau Barata,terus terang saja aku tidak suka dengan cara kalian berdua yang dengan seenaknya sendiri main jodoh jodohan tanpa sepengetahuan ku.Lagian aku bisa mencari jodoh ku sendiri tanpa ada acara perjodohan ini,begitu juga dengan kau Barata."Ucap Niwang.
Wibisana dan Barata saling pandang mendengar ucapan Niwang Sari yang menuduh seenaknya itu.Tapi wibisana tidak mau mengatakan hal yang sebenarnya tentang rencana perjodohan itu.Karena tidak mau membuat malu dia.
"Dengar Niwang kau jangan seenaknya bicara seperti itu didepan ayah ku ,kau pikir siapa diri mu hah...!"Ucap Barata sambil berdiri dengan nada tinggi.
"Barata jaga bicaramu duduklah kembali."Ucap Ayahnya.Dengan nada datar.
Barata pun segera menuruti perintah ayahnya dengan segera duduk kembali di tempatnya.
"Hai Barata sebaiknya kau jangan macam macam dengan para murid perguruan Harimau Api .Seluruh desa ini jika kami mau bisa kami rata dalam sekejap."Ucap Mahesa.Sambil menatap tajam ke arah Barata dan ayahnya.
"Oh jadi kalian berdua adalah para murid dari perguruan Harimau Api akan aku ingat perkataan tuan tadi."Ucap Barata.Sambil membalas memandang tajam ke arah Mahesa.
"Mahesa kau diamlah ini bukan urusan mu,aku minta kau menemaniku bukan untuk ikut berbicara kau paham."Ucap Niwang Sari.
"Maaf Niwang aku cuma tidak suka saja sama dia yang berani berkata kasar kepada mu."Ucap Mahesa.Beralasan.
"Mulai sekarang aku dan Barata tidak punya hubungan apa apa lagi paman, perjodohan ku dan Barata sudah batalkan mulai hari ini juga."Niwang Sari.
Wibisana menggelengkan kepalanya mendengar ucapan dari Niwang Sari itu,ia tidak menduga kalau niat baik dirinya dan Pranajaya membuat Niwang Sari begitu marah.
"Jika itu kehendak nak Niwang Sari, baiklah pertunangan kalian akan aku batalkan dan aku akan membicarakan hal ini baik baik pada ayah mu."Ucap Wibisana.
"Oh ya Barata aku merasa perhatin pada mu karena menurut rumor yang aku dengar kau kehilangan seluruh kekuatan mu secara tiba-tiba apakah benar begitu."Ucap Niwang Sari.
"Benar nak Niwang, Barata memang mengalami nasib yang kurang beruntung entah kenapa kesakitannya tiba-tiba hilang begitu saja."Ucap Wibisana.
"Mana mungkin orang lemah seperti dia menjadi pendamping Niwang Sari saya kira itu hanya mimpi belaka."Ucap Mahesa dengan nada penuh ejekan.
Niwang Sari menoleh ke arah Mahesa yang kembali ikut bicara.
"Maaf Nilam aku cuma tidak suka saja sama dia."Ucap Mahesa sambil menunjuk kearah Barata.
"Barata jika kau mau,kau boleh ikut aku ke perguruan Harimau Api. Kebetulan di sana sedang ada penerimaan murid baru mungkin di sana kau dapat memulihkan kekuatan mu yang hilang."Ucap Niwang Sari.
"Saya rasa tidak perlu Niwang aku bisa selesaikan masalah ku sendiri terima kasih atas niat baiknya"Ucap Barata langsung menolaknya.
" Barata jika suatu saat kau mampu mengalahkan aku dalam suatu pertarungan mungkin aku bisa berubah pikiran dengan suka rela menerima mu sebagai suami ku."Ucap Niwang Sari.Kemudian pamit dan segera meninggalkan rumah Barata.
Huuuuuuf Niwang mengembuskan nafas panjang mengingat kejadian itu,tapi sebagai orang yang punya pendirian teguh.Ia tidak akan merubah keputusannya itu walaupun sikap ayahnya tampak beda sekarang.
Pagi harinya Niwang Sari berpamitan pada ayahnya untuk kembali ke perguruan Harimau Api.Karena ia harus sesegera mungkin mempersiapkan dirinya untuk mengikuti turnamen lima tahunan yang sebentar lagi akan segera tiba.
...----------------...
Aakh......!!!! terdengar teriakan begitu keras dari mulut Barata saat ia menyatukan batu merah delima itu ke tubuhnya.Rasa sakit yang ia rasakan ternyata dua kali lipat dari yang pertama.Kejadian yang berlangsung beberapa saat itu membuat Barata terengah-engah dan kelelahan karena ia harus menguras seluruh tenaganya.
Barata segera mengambil sikap bersemedi untuk memulihkan tenaganya dengan menghirup nafas dalam dalam.
"Barata sekarang kekuatan tubuh mu sudah mencapai pendekar tingkat pertama tahap menengah. Untuk meningkatkan kembali kekuatan mu, sebaiknya kau cepat temukan benda pusaka lainnya."Ucap Naga Welang.
"Baiklah Naga Welang,tapi apakah harus buru buru begitu."Tanya Barata.
"Tentu tidak tapi lebih cepat lebih baik Barata."Ucap Naga Welang.
Barata lalu termenung sambil mengingat kejadian tadi saat dirinya bertarung dengan orang orang dari perguruan harimau api.Ia berfikir kalau dirinya pasti saat ini dalam incaran mereka.Jika tetap di kota ini dirinya pasti tidak aman karena merupakan daerah mereka.Mengingat kekuatannya masih terlalu lemah Barata kemudian berfikir untuk melanjutkan perjalanannya ke arah utara demi keselamatan dirinya.
Barata segera bangkit dari duduknya dan melanjutkan perjalanannya ke arah utara.Ia berjalan dengan santai sambil menikmati pemandangan yang di laluinya.
Barata melewati jalan setapak yang ada di dalam hutan itu,ia berjalan sambil merentangkan kedua tangannya menikmati angin yang bertiup sepoi-sepoi menerpa dirinya.
Setelah puas menikmati kesejukan hutan itu Barata kemudian mempercepat langkahnya,ia melesat dengan menggunakan tenaga dalamnya meninggalkan hutan itu.Ia berniat untuk mencari sebuah warung atau kedai untuk mengisi perutnya yang terasa keroncongan.
Tidak lama kemudian ia pun sampai di sebuah perkampungan yang cukup ramai .Barata mengedarkan pandangannya dan melihat banyak orang berkerumun di bawah pohon besar yang rimbun daun.
Barata yang penasaran segera melangkah mendekati kerumunan orang orang itu.
"Maaf paman ada apa ramai sekali."Tanya Barata.Kepada seseorang yang baru saja keluar dari kerumunan itu.
"Mereka orang orang dari perguruan pedang terbang sedang mencari murid,tapi saya rasanya percuma karena orang orang tidak bakalan tertarik untuk menjadi murid di sana."Ucap orang itu.
"Memangnya kenapa paman apa yang salah dengan perguruan itu."Tanya Barata.Penasaran.
"Yah karena orang orang lebih tertarik dengan perguruan harimau api,tapak suci dan perguruan kabut hitam.Selain itu perguruan pedang terbang adalah sebuah perguruan kecil yang sampai sekarang tidak punya murid dan juga minim prestasi."Ucap orang itu.
"Minim prestasi maksud paman...?"Tanya Barata
"Dulu sewaktu muridnya masih banyak perguruan itu tidak dapat berbuat banyak dalam turnamen bela diri yang di selenggarakan di perguruan Harimau Api, perwakilan murid dari perguruan pedang terbang langsung kalah dalam babak pertama, sehingga orang orang menjadi tidak minat untuk menjadi murid di sana karena merasa tidak bisa bersaing dengan perguruan lain, begitulah tuan muda."Ucap orang itu.
"Oh jadi begitu, terima kasih atas penjelasannya paman."Ucap Barata kemudian menuju ke arah kerumunan orang orang itu.
"Yang berminat menjadi murid perguruan pedang terbang ayo daftarkan diri kalian selagi masih ada kesempatan."Ucap seorang gadis yang merupakan murid dari perguruan itu.
"Ah percuma saja nona ,tutup saja perguruan pedang terbang dari dulu sampai sekarang belum pernah juara dalam pertandingan lima tahunan, lagian sekarang murid pun sudah tidak ada buat apa masih di buka."Teriak salah seorang satu dari kerumunan itu.
"Eh jaga mulut mu jangan sembarangan bicara."Ucap gadis itu merasa emosi mendengar ejekan dari orang itu.
"Benar apa kata dia nona sebaiknya bubarkan saja perguruan pedang terbang ,percuma saja tidak yang minat menjadi murid perguruan itu, orang orang lebih tertarik pada perguruan tapak suci dan perguruan Harimau Api."Ucap orang yang lainnya.
"Kalian benar benar membuat aku kesal, akan aku bungkam mulut tajam kalian berdua."Ucap gadis itu merasa sangat marah mendengar olok olok orang itu.
"Aku pikir aku takut pada mu Nona."Ucap orang tadi.
"Kurang ajar habis sudah kesabaran ku."Ucap gadis itu.Seraya menghampiri orang itu.
"Laras sudahlah jangan kau layani mereka, memang benar apa kata mereka."Ucap pria paruh baya yang bernama Warisapana ayahnya.
"Tapi ayah mereka sudah keterlaluan, kalau mereka tidak mau menjadi murid perguruan pedang terbang , tidak usah menghina begitu."ucap Laras.Dengan terlihat sangat kesal.
"Sudah sudah ayo kita pulang saja."Ucap ayahnya Warisapana.
Dengan wajah cemberut Laras segera mengemasi barang-barangnya untuk segera kembali ke perguruan mengikuti ayahnya.Hati Laras masih terasa panas dengan ejekan orang orang tadi, seandainya tadi ayahnya tidak melarang,mungkin orang orang itu sudah di buatnya babak belur.
"Tunggu paman dan nona!."Teriak seseorang dari arah belakang mereka yang tidak lain adalah Barata.
Warisapana dan Laras segera menghentikan langkahnya mendengar ada orang memanggilnya.
"Ada apa anak muda."Tanya Warisapana.
"Paman aku bersedia untuk menjadi murid perguruan pedang terbang,nama ku Barata dari desa watu gede."Ucap Barata memperkenalkan dirinya.
Laras dan ayahnya saling pandang mendengar ucapan Barata itu, mereka seperti salah dengar dengan ucapan dari pemuda di hadapannya itu.
"Apa tadi kamu bilang?"Tanya Warisapana.
"Aku ingin menjadi murid perguruan pedang terbang paman."Ucap Barata mengulangi perkataannya.
Laras merasa gembira mendengar perkataan Barata itu, ia tidak menyangka akhirnya ada seseorang yang mau menjadi murid perguruan pedang terbang dengan suka rela.
"Apa kau sungguh sungguh anak muda."Tanya Warisapana.
"Benar Paman,aku bersungguh sungguh ingin menjadi murid paman."Ucap Barata.
"Baiklah kalau begitu sekarang ayo kau ikut aku menuju perguruan pedang terbang."Ucap Warisapana.Dengan wajah terlihat senang.
"Baik paman."Ucap Barata.
"Nama ku Laras,kau adalah murid pertama di Perguruan pedang terbang,aku ucapkan selamat bergabung dengan kami."Ucap Laras.
Barata tercekat mendengar ucapan dari gadis yang bernama Laras itu.Ternyata benar apa kata orang yang di temui tadi,bahwa perguruan pedang terbang tidak memiliki murid sama sekali.
"Baik nona Laras,terima kasih atas sambutannya."Ucap Barata.
Sambil terus berjalan Barata dan Laras saling berbincang-bincang tentang menceritakan diri mereka.