Di pertengahan tahun 1980, Dewi merasakan pedihnya dijadikan tulang punggung layaknya sapi perah, tapi tetap dianggap sebagai benalu. Bahkan, KDRT kerap Dewi maupun anaknya dapatkan dari suami dan juga keluarga suami, yang selama 5 tahun terakhir Dewi nafkahi. Karenanya, Dewi nekat menjadikan perceraian sebagai akhir dari rumah tangganya.
Dewi bertekad bahagia bahkan sukses bersama kedua anaknya. Segala cara Dewi lakukan, termasuk menjadi ART, sebelum akhirnya menjadi warung keliling. Namun pada kenyataannya, menjadi sukses bukanlah hal mudah. Terlebih, Dewi masih saja diganggu orang-orang dari masa lalunya. Dewi sampai berurusan dengan hukum akibat fitnah keji, sebelum akhirnya mengikuti program transmigrasi di era Orde Baru yang tengah berlangsung.
Akan tetapi karena sederet cobaan itu juga, Dewi menemukan cinta sejati sekaligus kesuksesan yang selama ini Dewi perjuangkan. Kesuksesan yang membuat Prasetyo sekeluarga sangat menyesal!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7 : Hubungan Rahasia yang Mulai Terendus
Sepanjang hari ini, mas Abdul Khodir tak kunjung bertemu sang ibu tiri. Ia yang sengaja bekerja di dalam rumah menjadi berpikir, jika adanya dirinya di sana, malah membuat sang ibu tiri tak akan pernah keluar dari kamar.
“Coba aku pura-pura pulang, tapi sebenarnya aku ngumpet pantau dari rumah tetangga!” pikir mas Abdul Khodir tak lama setelah ia menghabiskan sisa kopi hitamnya di cangkir.
Demi membuktikan kecurigaannya, mas Abdul Khodir sengaja pamit ke mbok Sipon. Mbok Sipon segera keluar dari belakang untuk membukakan pintu.
Seperti yang mas Abdul Khodir khawatirkan, sang ibu tiri dan juga Prasetyo sungguh sudah jaga-jaga di dalam kamar. Karena keduanya sudah dikabari oleh mbok Sipon.
Prasetyo maupun ibu Retno sudah memakai pakaian lengkap. Mbok Sipon sudah langsung mengabarkan kepulangan mas Abdul Khodir.
“Dia pulang lebih awal,” lirih ibu Retno.
Ibu Retno sadar, dirinya bisa terancam tidak mendapatkan warisan, andai hubungannya dengan Prasetyo terbongkar. Hanya saja, ibu Retno sudah cinta hidup kepada Prasetyo. Jadi apa pun yang terjadi, ibu Retno akan melakukan segala cara agar dirinya tetap bisa mendapatkan warisan maupun lelaki pujaannya.
Hanya saja, kenyataan Prasetyo yang memiliki istri sangat cantik menjadi alasan utama ibu Retno ingin mengikat Prasetyo dalam pernikahan. Bahkan meski pernikahan tersebut terancam hanya menjadi pernikahan rahasia. Asal ibu Retno bisa menggeser dan bila bisa menyingkirkan Dewi dari kehidupan Prasetyo, ibu Retno akan menghalalkan segala cara untuk bisa di titik itu.
Dewi dengan segala kesederhanaannya memang membuat ibu Retno was-was. Karena tanpa dandan saja, Dewi sudah sangat cantik. Apa kabar jika Dewi sampai dandan atau setidaknya diperhatikan oleh Prasetyo? Ditambah lagi, Dewi juga sudah memberi Prasetyo sepasang anak. Sementara sampai sekarang, meski selama dua tahun mereka berhubungan juga tanpa pengaman, ibu Retno tetap belum hamil.
“Jangan pulang!” rengek ibu Retno yang masih memakai gaun malam mini hanya agar Prasetyo tetap tergoda kepadanya.
Ibu Retno masih mendekap manja Prasetyo yang sedang memakai celana levis panjangnya. Prasetyo nyaris rapi dan memang siap pergi meninggalkannya.
“Aku janji nanti malam, aku datang lagi. Ini aku harus cari Dewi karena Dewi belum pulang!” ucap Prasetyo yang memang buru-buru. Apalagi kini, memang sudah pukul setengah tiga sore. Perutnya memang sudah kenyang dan kebutuhan batinnya juga jangan ditanya karena ibu Retno selalu memuaskannya.
“Perhatian banget ya, ... si Dewi belum pulang saja, mau dicari!” sebal ibu Retno yang sebenarnya tahu, Dewi baru melahirkan dan sejak itu, Dewi belum pulang. Karena ibu Retno juga yang sengaja membuat Prasetyo meninggalkan Dewi ketika akan melahirkan. Momen di mana seorang wanita sangat butuh dukungan sekaligus kehadiran suaminya.
Ibu Retno memang sengaja melukai mental Dewi dengan membuat Dewi kesepian dan kekurangan kasih sayang seorang suami. Karena memang hanya dengan cara begitu, wanita penggo.da sepertinya mendapatkan laki-laki yang diinginkan. Cara tersebut juga yang membuatnya melampia.skan kecemburuannya kepada Dewi yang masih saja diperhatikan oleh Prasetyo.
“Dewi pasti belum pulang dari kemarin. Kemarin kan dia lahiran,” ucap Prasetyo.
“Memangnya lahirin anak, bisa kasih kamu duit? Memangnya, Dewi bisa kasih kamu mobil? Jangan ngada-ngada deh!” sergah ibu Retno benar-benar emosi.
Mendapati itu, Prasetyo yang sadar bahwa ibu Retno sangat cemburu, sengaja menenangkannya. Prasetyo menahan kedua lengan ibu Retno yang terbilang nyaris kekar, menggunakan kedua tangannya. Namun, ibu Retno langsung ngambek-ngambek manja. Ibu Retno buru-buru memberinya punggung. Hanya saja, Prasetyo sudah paham apa yang harus ia lakukan. Ibu Dewi yang begitu haus sentuhan sekaligus perhatiannya itu, ingin dimanjakan lebih dari sebelumnya.
Setelah mendekap hangat tubuh ibu Retno dari belakang, Prasetyo berkata, “Nanti malam aku ke sini lagi. Ini aku mau bawa Dewi pulang, biar dia bisa urus keluargaku loh Sayangku! Kalau Dewi sudah urus keluargaku, kan kita bisa bersenang-senang dengan leluasa!”
“Lama-lama, aku malah pengin bun.uh Dewi sama anak-anak kalian. Biar kita enggak ada batu sandungan lagi!” batin ibu Retno yang sebenarnya sudah sangat ingin melakukan keinginannya itu—membu.nuh Dewi dan anak-anak Prasetyo.
“Kamu enggak usah cemburu lah. Aku dan Dewi enggak mungkin berhubungan in.tim karena Dewi saja, baru nifas,” yakin Prasetyo.
“Tapi banyak yang bilang, wanita habis melahirkan sengaja dikasih kecantikan bidadari. Wanita baru melahirkan biasanya jadi makin cantik karena ibaratnya itu hadiah buat mereka, tapi godaan untuk para suami!” manja ibu Retno masih belum mau ditinggal oleh Prasetyo.
Dalam diamnya, untuk anggapan ibu Retno yang kali ini, Prasetyo setuju. Karena jangankan setelah melahirkan, saat masih hamil saja, Dewi tetap cantik.
Di luar rumah ibu Retno yang pekarangan luasnya sampai dipagar tinggi menggunakan tembok, mas Abdul Khodir masih mengawasi. Namun, sepeda mas Abdul Khodir sengaja dimasukkan ke dalam rumah rumah joglo di depan rumah ibu Retno.
“Sampai sekarang, si Pras masih ada di dalam, loh, Mas. Dan itu sering,” ucap pak Fuad, sang pemilik rumah.
“Sebenarnya beberapa warga juga sudah merasa risi. Masalahnya kami tidak punya bukti. Apalagi, Pras memang kerja ke ibu Retno.”
“Sedangkan kami enggak mungkin dapat bukti karena rumah ibu Retno saja, dibenteng tinggi pakai tembok kokoh. Andai mau greb.ek pun, ya pasti sudah rapi!”
“Kenapa Pakde baru cerita ke saya sih?” ucap mas Abdul Khodir menyesalkan keadaan.
Belum sempat mendapat balasan, gerbang rumah sudah dibuka. Mbok Sipon mendorong gerbangnya, sementara Prasetyo yang sudah tampil rapi, melangkah gagah menuju salah satu mobil yang terparkir di samping rumah.
“Nah, kan ... orangnya masih di dalam!” ucap pak Fuad.
“Rapi banget ya penampilannya. Andai di dalam dia kerja jadi tukang kebun, apa benerin tembok sama genteng yang bocor, harusnya enggak serapi gagah itu,” pikir mas Abdul Khodir.
Sepanjang menyetir mobil, Prasetyo merasa sangat bahagia. Apalagi ketika ia melihat kantong keresek hitam yang ia bawa, berisi segepok uang. Sampai-sampai, Prasetyo tidak sadar, dirinya diikuti mas Abdul Khodir.
Menggunakan Ojek, mas Abdul Khodir mengikuti Prasetyo. “Ini aku wajib mengamankan mbok Sipon. Bagaimanapun caranya, aku harus bisa cari bukti. Apalagi gara-gara mbak Retno, hidup ibu dan keluarga kami, susah setengah mati!” batin mas Abdul Khodir.
Karena jangankan mobil yang jumlahnya memang banyak di rumah alm. bapaknya. Sekadar motor saja, mas Abdul Khodir dan saudaranya tidak diberi. Bekerja pun, mas Abdul Khodir hanya karyawan biasa. Karena memang sejak dari awal, mas Abdul Khodir yang mengurus segala usahanya. Sementara ibu Retno tak mungkin sepenuhnya turun tangan. Sebab baca, tulis, dan menghitung saja, ibu Retno tidak bisa.
Mobil yang Prasetyo bawa, langsung menuju kediaman ibu Aminah. Sebab Prasetyo tahu, sang istri ada di sana.
“Aku harus terus pantau, biar aku bisa gerebe.k mbak Retno dan supirnya, andai kecurigaanku benar!” batin mas Abdul Khodir yang masih memantau Prasetyo.
ntar juga terusir dari kontrakan krna ga sanggup bayar🤣🤣🤣
knp g langsung nikah aja pak bozzzzzzz....
gasss thorrr
Skrang ribet ruwet ngk semudah dlu