Tampan, kaya, pintar, karismatik mendarah daging pada diri Lumi. Kehidupan Lumi begitu sempurna yang membuat orang-orang iri pada kehidupannya.
Hingga suatu hari Lumi mengalami kecelakaan yang membuat hidupnya berada ditengah garis sial atau beruntung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mesta Suntana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15 - Rencana
Cahaya matahari masuk menembus beningnya kaca jendela. Aroma khas pagi hari tercium menyapa penciuman Lumi. Lumi terbangun dari tidurnya. Matanya kini tertuju pada jendela kamar.
" Siapa yang selalu membuka tirai jendela. "
Lumi tak terlalu ambil pusing, Dia segera bangkit dan menghampiri jendela tersebut. Mata Lumi menangkap seseorang di luar. Wajahnya tertunduk, rambut bagian samping terurai menghalangi wajahnya.
" Anak itu kenapa selalu tertidur dimana saja. "
Hijau dan asri memanjakan mata Lumi, matahari perlahan muncul menyinari hamparan langit biru. Cahaya itu mulai menghangatkan suasana. Lumi termangu menatap Lana. Sudah hampir satu bulan Dia bekerja di rumahnya. Tidak ada yang bisa Lumi koreksi dari pekerjaannya. Dia bekerja dengan sangat baik dan sempurna. Dia merupakan pendengar yang baik, tidak ada satu katapun yang Dia lupakan. Sikapnya ramah dan sopan bukan hanya padanya, tapi para pelayan yang ada di rumah ini.
" Dia juga banyak tahu apa yang ku sukai dan yang tidak ku sukai, bukan hanya soal makanan. "
"Matanya juga cukup bagus untuk memilih pakaian yang bagus untuk aku kenakan. "
" Saat rasa hatiku kacau, Dia cukup mengerti untuk mundur dan memberi jarak padaku. "
" Selain itu, Dia mengurus apa yang kubutuhkan dengan cepat dan tepat. "
" Semua dia urus dengan baik. Dia terlalu sempurna, itu membuatku merasa tidak nyaman. "
" Apa yang Tuan lihat, tolong jangan coba - coba untuk mengusirnya. "
Lumi terperanjat dari lamunannya, Dia tidak merasakan Bu Sri sudah ada di belakangnya. Mata Bu Sri begitu tajam menatap curiga Lumi. Lumi hanya bisa memalingkan wajahnya ke arah yang lain. Bu Sri menggelengkan kepalanya, Dia takut Lumi akan berbuat kekanak-kanakan lagi untuk menjahili asistennya.
" Tolong Tuan, berhenti mengganggu Asisten Lana. Dia sudah sempurna dalam bekerja. Walaupun Tuan selalu membuat lubang untuk jalannya. " Mohon Bu Sri pada Lumi.
Bu Sri selalu mengkhawatirkan Lana akan selalu di jahili, tetapi sudah hampir satu bulan Lumi mengikuti alur. Dia tidak menberikan sesuatu yang berat pada Lana. Walaupun terkadang Dia selalu membuat Lana bolak- balik ke tempat kerjanya. Dengan alasan Dia meninggalkan sesuatu. Bahkan Dia sering menelepon Lana untuk hanya menemani Dia makan di tengah malam. Gangguan kecil terus Lumi lemparkan pada Lana. Tapi Lana memiliki tekad yang kuat dan kesabaran yang begitu luas. Rasanya lega begitu sejuk dalam hati Bu Sri, Lana tidak terpengaruh oleh Lumi.
Lumi hanya melengos pergi meninggalkan Bu Sri. Bu Sri hanya bisa berharap Lumi mau membuka hatinya dan berhenti mengganggu asistennya. Bu Sri sudah tidak sanggup mencari asisten yang baru. Sudah terlalu banyak asisten yang keluar masuk akibat ulah Lumi.
......................
Suara air mengucur gemerisik terdengar. Tubuh kekar itu kini terbasuh basahnya air dari shower. Air itu berjatuhan mengalir di punggung Lumi yang bidang. Dia sedang mandi. Selama di kamar mandi Dia tidak berhenti berpikir agar Lana mau resign dari pekerjaannya.
" Harus bagaimana lagi aku mengerjainya. " Otak Lumi kembali mengingat bagaimana asisten yang terdahulu keluar. Jentikan sebuah memori menerangi otak Lumi. Lumi kini tahu apa yang harus Dia lakukan. Segera Lumi mematikan shower. Dia berjalan ke arah cermin, ponsel tergeletak di meja tersebut. Lumi mulai menekan tombol memanggil.
" Hallo Tuan! " Suara mulai terdengar.
" Bisa kau antarkan barang yang ada di depan pintu ke kamarku. "Titahnya.
" Baik Tuan saya akan segera ke sana. "Panggilan pun berakhir.
Senyum jahil Lumi terpampang jelas pada cermin. Hati Lumi terkekeh untuk mengerjai asistennya.