Sebuah kenyataan pahit harus diterima oleh Liliana.
Suami yang dia cintai tiba – tiba mengatakan akan menceraikannya setelah dia melahirkan anak yang sedang dikandungnya.
Meskipun mereka menikah karena keterpaksaan ,Liliana sangat mencintai suaminya.
Namun badai besar itu datang dan memporak – porandakan rumah tangga mereka setelah Harrold menemukan kembali kekasih yang telah meninggalkannya tepat dihari pernikahan mereka dan membawanya pulang kerumah, tinggal satu atap dengannya.
Hati Liliana yang hancur semakin bertambah hancur ketika dia mengetahui fakta jika drama pernikahan ini sengaja dibuat oleh keluarga Harold untuk menjebaknya dalam skema licik yang telah mereka buat.
Mampukah Liliana bangkit dan keluar dari skema keji yang menjeratnya ?
Ikuti perjuangan Liliana dalam novel disetiap episodenya....
HAPPY READING.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Malam harinya, seorang lelaki paruh baya sedang memeriksa kondisi kesehatan Imelda yang terbaring lemas diatas ranjang setelah pertengkarannya dengan mbok Sumi didapur siang tadi membuat penyakit jantungnya kembali kambuh karena menahan amarah dalam hatinya.
“ Nona Imelda hanya stress dan kecapekan saja sehingga jantungnya kembali lemah”
“ Saya harap nona Imelda tak terlalu banyak pikiran dulu sehingga tak membuat jantungnya bekerja terlaku keras seperti sekarang ini ”, ucap sang dokter menjelaskan.
Setelah memberi resep obat kepada Harold, dokter tersebut segera pamit undur diri karena tugasnya memeriksa pasien telah selesai.
Setelah mengantar kepergian dokter keluarganya, Harold kembali kedalam kamar dan langsung duduk ditepi ranjang sambil menatap Imelda dengan penuh kekhawatiran.
“ Sebenarnya kamu memikirkan apa sampai kondisimu menjadi lemah seperti ini ”, tanya Harold sambil membelai lembut kepala Imelda dengan tatapan penuh kasih sayang.
Liliana yang mendengar ucapan sang suami dan melihat interaksi keduanya merasa nyeri didalam hatinya.
Meski begitu Liliana masih terus saja melihat rekaman cctv karena penasaran dengan apa yang akan wanita itu katakan kepada sang suami karena sebelumnya dia sudah sempat mendengar cerita dari mbok Sumi jika pelayannya itu tadi siang habis bertengkar dengan Imelda didapur.
Karena ucapan mbok Sumi itulah Liliana pun ingin melihat kondisi Imelda dari cctv yang terpasang didalam kamarnya melalaui ponselnya.
“ Harold, kehadiranku disini tak diterima dengan baik. Bagaimana jika aku menyewa rumah saja untuk aku tinggali sambil menunggu kabar mengenai pendonor jantungku ”, ucap Imelda sedih.
Mendengar kekasih hatinya akan pergi dari rumahnya, Harold yang mengkhawatirkan kondisi kesehatan Imelda tentu saja menjadi marah.
“ Siapa yang mengatakan omong kosong itu semua ”
“ Apa itu Liliana ? ”, ucap Harold berang.
Melihat Imelda menunduk dengan wajah sedih Harold yang mengira jika istrinyalah yang telah berkata kasar dan menyakiti hati kekasihnya itu segera berdiri dengan wajah penuh amarah.
“ Tenang saja, aku akan menegur dan memberi peringatan kepadanya agar tak lagi bisa berkata kasar kepadamu ”, ucap Harold dengan wajah penuh emosi
Imelda yang mengira jika Harold pergi untuk memberi mbok Sumi peringatan diam – diam menyunggingkan senyum dan diapun segera bangkit dari ranjanganya untuk menonton pertunjukan.
“ Rasakan kau mbok Sumi, siapa suruh berani melawanku ”, batin Imelda puas.
Kedua mata Imelda menyipit ketika melihat Harold hanya melewati mbok Sumi begitu saja dan malah berjalan cepat naik keatas.
“ Mau kemana dia ? ”
“ Bukankah seharusnya Harold memberi mbok Sumi peringatan ”, batinnya binggung.
Melihat Harold berjalan cepat menuju kamar Liliana, Imelda pun mulai panik karena tak mengira jika kekasihnya itu akan salah sangka dengan ucapannya dan berusaha untuk menghentikannya.
“ Harold....kamu mau pergi kemana ? ”, teriak Imelda panik.
Imelda yang melihat Harold membuka pintu kamar istrinya dengan kasar segera menyusulnya takut lelaki itu melampiaskan amarah yang salah sasaran tersebut..
Liliana yang sedang asyik bercerita dengan Lola ditelepon sambil duduk bersandar diatas ranjang tentu saja sangat terkejut mendengar suara pintu kamarnya dibuka dengan kasar oleh suaminya.
“ Harold...”, belum juga ucapan Liliana terselesaikan, satu tangannya ditarik dengan kasar hingga diapun terbangun dengan segera dengan wajah binggung.
“ Kau sudah sangat keterlaluan Liliana dan aku akan membuat perhitungan denganmu !!!...”, teriak Harold penuh emosi.
PLAKKK
PLAKKK
PLAKKK
Harold terus menampar wajah Liliana hingga bengkak dan tak memberi wanita itu kesempatan untuk berbicara membela diri.
Sementara itu Lola yang tadi sedang berteleponan dengan Liliana sangat terkejut dan langsung menyuruh sopirnya bergegas kerumah Liliana setelah mendengar suara jeritan Liliana dan suara Harold memaki sahabatnya itu dengan kasar diselingi dengan suara pukulan yang bertubi – tubi.
“ Lebih cepat lagi pak, Liliana dalam bahaya ”, ucap Lola panik.
Sang sopir pun segera menekan pedal gas dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah Liliana yang tak jauh dari tempat mereka berkendara sekarang.
Sementara itu didalam kamar Liliana, Harold yang sejak pagi emosinya tak stabil karena semua masalah yang terus menekannya sepanjang hari, menjadikan Liliana sebagai pelampiasannya.
Mbok Sumi yang datang bersama Imelda langsung bergerak maju untuk menahan lengan Harold agar tak lagi memukul Liliana yang terlihat sudah babak belur dengan mulut sobek dan mengeluarkan darah.
Karena kalah kekuatan, tubuh ringkih mbok Sumi pun terpental kebelakang dan kepalanya terbentur pinggiran meja ketika Harold menghempaskan tangannya sekuat tenaga.
“ Arghhhh !!!....”, teriak Imelda ketakutan waktu dia melihat darah segar mengucur deras dari kepala mbok Sumi.
Teriakan Imelda menghentikan pergerakan Harold dan lelaki itu langsung mendatangi kekasihya dengan wajah cemas.
“ Kamu tidak apa – apa sayang ? ”
“ Mana yang luka ? ”, tanya Harold penuh kekhawatiran.
“ I-itu.....”, Imelda berkata sambil menunjuk kearah mbok Sumi yang terkapar bersimbah darah dengan ekpresi ketakutan.
Liliana yang melihat kemana jari Imelda menuju langsung membelalakkan matanya karena terkejut.
Melihat wanita yang selama ini mengasuh dan menjaganya dengan tulus tak sadarkan diri dengan darah segar mengucur deras dari kepalanya, Lilianapun berteriak histeris “ Mbok Sumi.....”
Dengan menahan rasa sakit akibat pukulan yang dilayangkan oleh Harold, Liliana berjongkok dan memeluk tubuh mbok Sumi sambil menangis histeris.
“ Mbok....bangun mbok....bangun.....jangan tinggalkan Liliana sendiri mbok ”, teriak Liliana berderai air mata.
Liliana tak perduli dengan pakaian dan tubuhnya yang kini penuh darah dan terus menangis sambil menatap nyalang suaminya yang kini sedang memeluk erat Imelda dalam dekapannya.
Harold hanya bisa menatap pemandangan yang ada dihadapannya dengan linglung karena tak menyangka emosinya bisa mendatangkan petaka seperti ini.
Setelah meletakkan kepala mbok Sumi kelantai dengan hati – hati, Liliana segera bangkit dan berjalan menuju Harold.
Buhhh bughhh bughhhh
“ Biadab kau Harold !!!!....”
Bughhh bughhh
“ Bajingan !!!...”
Bughhh bughhhh bughhh
“ Aku tak akan pernah memaafkanmu jika terjadi hal buruk terhadap mbok Sumi.....”, teriak Liliana penuh amarah.
Harold yang masih sedikit linglung dan ingin menghentikan gerakan sang istri tak sengaja mendorong tubuh Liliana hingga istrinya itu jatuh kebelakang dan perut besarnya menabrak sisi ranjang dengan keras.
“ Arghhh.....”, teriak Liliana sambil memegangi perutnya yang terantuk kayu sudut ranjang.
Perlahan darah segar mengalir diantara dua kaki Liliana yang semakin lama semakin deras keluar membuat Harold maupun Imelda merasa panik dan ketakutan
Lola yang baru saja masuk kedalam kamar bersama tiga dua orang security kompleks dan supirnya sangat marah melihat Liliana terbaring disisi ranjang berlumuran darah, begitupun dengan mbok Sumi yang juga terkapar bersimbah darah tak jauh dari tempat Liliana tergeletak.
Ketiga security kompleks yang melihat adegan berdarah tersebut segera menghubungi pihak berwajib karena sepertinya telah terjadi kasus pembunuhan dalam ruamh tersebut.
“ Apa yang kamu lakukan !!!....”
“ Bajingan kau Harold !!! ”, teriak Lola lantang.
Lola yang datang bersama security kopleks pun segera menggotong Liliana yang mengalami pendarahan dan juga mbok Sumi untuk segera dibawa kerumah sakit karena kondisi mereka sangat kritis.
Harold dan Imelda hanya menatap kepergian semua orang dengan wajah pucat pasi dan tubuh lemas tak bertenaga.
“ Apa yang telah kulakukan ? ”, ucap Harold sedikit linglung.
Tubuh Harold perlahan merosot kelantai dengan wajah pucat pasi sambil memandangai kedua tangannya dengan perasaan campur aduk.
Imelda yang juga syok akan kondisi pada akhirnya jatuh pingsan kelantai dan hal itu baru menyadarkan Harold yang segera mengendong kekasihnya itu turun dan dibaringkan diatas ranjangnya.