Memiliki Kakak tiri dengan segudang pesonanya membuat Neira berperang dengan perasaannya.!
Bagaimana bisa Neira harus menahan dirinya untuk tidak menyukai Kakak tirinya dengan semua perhatian yang dia dapatkan juga semua perlakuan manis darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Baru
Motor sport milik Gevan sampai di depan sebuah Rumah besar nan mewah.
Neira kembali menyentuh bahu Gevan saat turun dari motor itu.
"Kak, bener ini rumah Papa Almer?" Ucap Neira membuat Gevan mengernyitkan keningnya.
Gevan tidak menjawab, dia hanya melepas helm full face miliknya dan menyeka rambut hitamnya sungguh membuat kaum hawa menjerit jika melihatnya.
Gevan melenggang dan melewati Neira yang masih diam mematung melihat menatap bangunan di depannya.
"Ih kak Gevan, tungguin dong."
Neira sedikit berlari namun sial dia hampir terjatuh karena lupa memakai Heels.
"Aaa"
Gevan menoleh dan langsung menarik pinggangnya, tatapan keduanya saling mengunci.
Bahkan Neira bisa merasakan hembusan napas Gevan yang menyapu kulit wajahnya.
Masih terdiam dengan posisi yang sama, Gevan seakan memeluk tubuh Neira saat ini.
"Ehem."
Neira memejamkan matanya dan mendorong tubuh Gevan untuk menjauh.
"Maaf"cicitnya menunduk.
Gevan tidak menjawab dan kembali masuk, Neira pun berjalan mengikutinya.
"Kalian baru sampai?"
Almer yang ternyata sudah lebih dulu sampai menunggu di ruang tengah dengan masih memakai setelan jasnya.
"Papa belum tidur?" Ucap Neira karena memang saat ini sudah hampir tengah malam.
"Papa tunggu kalian, ya sudah Kalian masuk kamar istirahat. Neira kamar kamu di dekat Kamar Gevan ya sayang."
"Iya Pa."
"Gevan, antar adik kamu ke kamar."
"Hm"
Gevan berjalan lebih dulu membuat Neira sedikit berlari mengejarnya.
Dug.!
"Aduh" Rintih Neira saat menabrak punggung Gevan
"Gak usah lari, nyungsep lagi Lo." Omel Gevan membuat Neira mendengus kesal.
"Kamar aku yang mana Kak."
Gevan hanya menunjuk dengan dagunya membuat Neira langsung mengangguk dan membuka handel pintu kamarnya.
Kamar mereka sebelahan, Gevan pun masuk ke dalam kamarnya.
"Wah_ Ungkap Kagum Neira menatap kamar miliknya, kamar bernuansa pink dengan ruangan yang luas.
Neira melangkah dan membuka pintu dan ternyata itu adalah walk in closed dengan begitu banyak pakaian, sepatu juga tas mewah di sana.
Almer benar-benar sudah menyiapkan semuanya.
Neira menatap banyak pakaian dengan ukuran tubuhnya.
Walaupun memang Neira juga anak orang kaya, namun Almer lebih memanjakannya terlihat bagaimana Almer menyiapkan semua untuknya.
Papa Almer memang perhatian..
Neira menutup pintunya dan berjalan menuju kamar mandi, dia akan membersihkan tubuhnya yang terasa lengket juga dia sudah mengantuk.
"Eh- Ungkap Neira saat baru sadar jika dia masih memakai Jas milik Gevan.
Nanti deh setelah aku cuci baru di balikin.
Neira melepasnya dan mulai membersihkan tubuhnya.
Sama halnya dengan Gevan, setelah selesai membersihkan tubuhnya dia mulai merebahkan tubuh di atas ranjang.
Mencoba memejamkan matanya yang sudah begitu lelah.
Tidak menunggu lama akhirnya dia bisa terlelap .
*******
Keesokan Harinya _
Neira membuka matanya karena alarm di ponselnya yang terus berbunyi.
Dia pun lantas beranjak bangun dengan tangan yang menyambar benda pipih di atas meja.
Sebenarnya masih sangat kantuk, namun hari ini Neira sudah harus kembali sekolah membuatnya mau tidak mau harus bersiap.
Dengan langkah gontai, dia menuju kamar mandi.
Setelah ritualnya sekitar 15 menit, Neira keluar dengan memakai bathrobe berwarna pink.
Dia masuk ke dalam Walk in closed dan mengambil seragam sekolahnya.
Entah kapan seragam itu sudah berada di sana, apa Papa Almer yang sudah mengambil di rumah lamanya namun Neira tidak mau ambil pusing memikirkan semua itu.
dia memakainya dan berjalan menuju meja rias, menatap beberapa Skincare yang sama persis seperti yang dia pakai di Rumah.
Papa Almer menyiapkan semuanya buat aku.
Neira tersenyum dan mulai mengoles wajahnya tipis dan juga memakai lip blam di bibir mungilnya.
"Cantik" Ucap Neira dengan menyambar tas sekolah miliknya dan berjalan keluar.
Sementara di lantai bawah terlihat Widia yang sudah berkutat di meja makan menyiapkan sarapan pagi mereka.
"Pagi Ma" Sapa Neira dengan mengecup pipi Widia
"Pagi sayang, sudah siap Anak Mama."
"Iya dong Ma, ini hari pertama sekolah setelah libur semester."
Widia mengangguk dan kembali menyiapkan piring di sana dengan di bantu Pelayan.
"Selamat Pagi." Sapa Almer berjalan mendekat.
"Pagi Pa" Jawab Neira tersenyum.
"Waduh, kalau sarapan seperti ini sih Papa pasti nambah."
"Masakan Mama enak loh Pa, pokoknya Papa harus coba."
"Papa gak sabar mau coba."
Widia menggeleng dengan obrolan suami juga putrinya.
Dia bahagia karena Neira bisa menerima Almer sebagai Papa sambungnya, dia juga bersyukur karena Almer menyayangi Neira.
Mereka duduk di kursinya, tidak lama Gevan berjalan turun dengan memakai kemeja berwarna hitam.
Entahlah, kenapa cowok itu selalu memakai pakaian berwarna gelap. Apa memang dia tidak memiliki warna lain atau memang dia lebih suka warna gelap sama persis dengan auranya.
"Pagi Pa, Ma" Sapa Gevan duduk di kursinya membuat Neira mendelik.
Ya kali semua di sapa tapi kakak Tirinya malah melewati dirinya.
"Kak Gevan kok gak sapa Neira?" Ucapnya membuat Gevan sekilas menatapnya tanpa menjawab.
"Ih nyebelin di tanya juga."
"Ge, jangan buat adik kamu kesal." Omel Almer menatap Gevan
"Ya Pa."
"Sudah-sudah sekarang kita sarapan." Widia menengahi mereka.
Widia dengan telaten mengambil sarapan untuk suaminya lebih dulu.
"Ini buat Kak Gevan, Nasi goreng telor mata sapi."
"Ini Neira, nasi goreng sosis."
"Makasih Ma" Ucap Gevan dan juga Neira
"Sama-sama"
Mereka menikmati sarapan mereka dengan hening, hanya suara sendok yang bertemu piring.
"Oya Neira, mulai hari ini kamu berangkat juga pulang diantar Gevan ya sayang."
"Gak usah Pa, Neira bisa berangkat sendiri."
"Papa gak kasih ijin sayang, Ada Kakak kamu yang harus jaga Adiknya. Gevan kamu dengar kan?"
"Hm"
Neira menghela napasnya.
Dia sih senang-senang saja ada yang mengantar tapi juga bukan Kakak Tirinya yang super dingin sebelas dua belas dengan kulkas empat pintu.
Tapi dia pun tidak bisa menolak, apalagi Gevan sendiri menyetujuinya.
"Gevan berangkat dulu Pa, Ma" Pamit Gevan dengan mengecup punggung tangan orang tuanya.
"Yah kok, Neira kan belum selesai makannya."
"5 menit" Ucap Gevan membuat Neira buru-buru minum susunya
"Pa, Ma, Nei berangkat dulu." Ucapnya mencium pipi keduanya dan berlari menyusul Gevan.
"Kak Gevan, tungguin dong."
Gevan sudah berada di atas motor sportnya dengan helm full face yang di pasang.
Neira berjalan mendekat.
"Buru Naik gue telat."
"Ya udah Kakak berangkat sendiri aja, Aku pakai angkot."
"Naik" Ucap Gevan membuat Neira menghentakkan kakinya dan menurut.
"Kenapa gak jalan, katanya telat." Kesal Neira saat Gevan belum melanjutkan motornya.
"Gue bukan tukang Ojek."
"Hah."
"Pegangan."
"Ogah."
Gevan menggeleng dan menarik gasnya,,
"Eh _ Kaget Neira dengan tubuh yang terjadi dan kedua tangan yang reflek memeluk perut Gevan.
Gevan langsung melajukan motornya keluar halaman rumah setelah gerbang di buka dia pun tidak lupa mengucapkan terimakasih.
semangat untuk karya novel lainya dan ehem jangan Lupa thor EXTRA PARTNYA YAA