Surat keterangan infertil dari rumah sakit, membuat hidup Anyelir seketika hancur. Tidak ada kebanggaan lagi pada dirinya karena kekurangan tersebut. Namun sebuah kesalahan semalam bersama atasannya, membuat dia hamil. Mungkinkah seorang wanita yang sudah dinyatakan mandul, bisa punya anak? Atau ada sebuah kesalahan dari surat keterangan rumah sakit tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TATM BAB 14
Anye menoleh ke arah Sagara, menatap mantannya tersebut sambil tersenyum. "Kamu tahu, Ga, apa yang paling disyukuri oleh seorang wanita?" Sagara hanya diam, tahu jika kalimat tanya yang dilontarkan Anye, tak butuh jawabanya. "Memiliki laki-laki yang tulus dalam hidupnya, yang bisa menerima dia apa adanya," lanjut Anye. "Semua itu ada pada suamiku. Dia tak pernah menuntut aku untuk menjadi sempurna. Sekalipun, ia tak pernah menjadikan kelemahanku, alasan untuk mendua. Menurutmu, apa lagi yang aku harapkan jika aku sudah memiliki laki-laki seperti itu? Aku bahagia, Ga, dan pernikahanku, baik-baik saja meski kami tidak memiliki anak."
"Sayangnya, mata kamu gak berkata demikian Nye, justru sebaliknya." Entah hanya perasaannya atau apa, dia melihat luka di mata Anye. Mulut bisa berdusta, tapi tidak dengan mata.
"Gak usah sok tahu."
"Bukan sok tahu," Sagara tersenyum simpul. "Aku mantan playboy, mengetahui isi pikiran perempuan, itu keahlianku."
"Astaga," Anye memutar kedua bola matanya malas. "Apa itu sebuah prestasi yang patut dibanggakan?"
"Entahlah," Sagara mengedikkan bahu sambil tersenyum.
"Lihatlah!" Anye menoleh ke samping sambil menunjuk ke suatu arah.
Kening Sagara mengkerut, bingung sebenarnya apa yang ditunjuk Anye. Ada beberapa orang di dekat pintu, tapi tak seorang pun yang dia kenal. "Apa sih?"
"Itu pintu keluar, silakan."
"Astaga," Sagara membuang nafas berat.
"Tidak perlu khawatir tentang rumah tanggaku, khawatirkan saja dirimu yang gak laku-laku itu."
Mata Sagara membulat lebar dikatain gak laku. Tapi sudahlah, anggap saja dia memang gak laku. Ia berjalan menuju arah yang ditunjuk Anye. Langkahnya terhenti tatkala melihat beberapa orang tua yang duduk di pojokan. Diantara mereka, ada yang asyik dengan ponselnya, tapi tak sedikit juga yang asyik membaca buku atau pun majalah. Tempat di pojokan tersebut memang disediakan khusus untuk para orang tua yang menunggu anaknya bermain. Tiba-tiba saja, ia terfikirkan sesuatu.
"Bisa minta selembar kertas dan pinjam pensilnya?" tanya Sagara pada petugas playground yang ada di dekat tempat pembelian tiket.
Pegawai wanita tersebut mengangguk lalu memberikan apa yang diminta Sagara. "Pensil gak ada Pak, adanya pena."
Sagara berdecak sambil mengusap tengkuk. Dia ingin menggambar sketsa wajah, kalau pakai pena, rasanya akan sulit.
"Om butuh pensil ya?"
Sagara menoleh saat lengannya ditarik. Seorang bocah laki-laki yang berdiri di sebelah Ibunya, menatap ke arahnya.
"Aku punya pensil, Om mau pinjam?" bocah itu menarik ke depan tas ransel kecil di punggungnya, mengeluarkan sebuah pensil dari sana.
"Dia hobi gambar, kemana-mana selalu bawa buku dan pensil, biar gak bosan," Ibunya menjelaskan.
"Anak hebat!" Sagara mengusap kepala anak tersebut. Ia jadi teringat masa kecilnya dulu, yang kurang lebih juga seperti anak itu. Namun seiring kesibukan sekolah, dia makin melupakan hobi menggambarnya tersebut. "Mbak, anak ini saya yang bayar," ujar Sagara pada pegawai playground.
"Gak usah, Pak, biar saya yang bayar," tolak si ibu.
"Gak papa, Bu, anggap aja sebagai ucapan terimakasih karena sudah dipinjami pensil."
Sagara berjalan menuju pojokan, duduk lesehan bersama beberapa orang tua lain. Mengambil sebuah majalah untuk dijadikan alas, lalu mulai menggambar. Ia tak perlu menatap sang model, kerena wajahnya selalu ada dalam benaknya. Goresan demi goresan ia buat, hingga terciptalah sebuah sketsa wajah. Di sela-sela menggambar, dia masih menyempatkan melihat Anye yang tampak sibuk menjadi Arka.
"Mbak, tolong berikan ini pada wanita itu," Sagara menunjuk ke arah Anyelir. Setelah pegawai playground faham, dia meletakkan kertas yang dilipat jadi dua berserta pensil ke atas meja. "Nanti aja ngasihnya pas dia mau pulang. Dan nitip juga pensil ini pada pemiliknya tadi." Tak lupa, dia menyodorkan uang sebagai tanda terimakasih. "Buat kamu."
"Makasih, Pak."
Setelah cukup lama dan Arka sudah puas, Anye mengajak anak itu pulang. Sudah mau masuk waktu maghrib, takutnya Robby juga sudah pulang. Meski masih kesal pada suaminya tersebut, tapi tak enak juga rasanya jika saat suaminya pulang, dia tak ada di rumah.
"Titipan dari seseorang," pegawai playground menyodorkan secarik kertas yang dilipat pada Anye.
"Makasih." Anye tak bertanya dari siapa, karena sudah tahu jika itu pasti dari Sagara. Tadi tak sengaja, dia melihat Sagara duduk di pojokan, tangannya tampak sedang sibuk membuat sesuatu. Ia masukkan kertas tersebut ke dalam tas lalu mengajak Arka meninggalkan mall.
Arka yang kelelahan, tertidur di taksi online berbantalkan paha Anye. Anye yang tulus menyayangi Arka, mengusap kepala bocah itu sambil sesekali mengecup keningnya. Ia memang tak suka pada Ririn, tapi Arka, bocah polos itu tak layak ikut dibenci. Ponsel di dalam tas nya berbunyi, ada pesan masuk dari Robby.
[ Aku sampai rumah agak malam ]
Kekecewaan tergurat di wajah Anye, sama sekali, dia tak berniat untuk membalas pesan tersebut. Saat memasukkan kembali ponsel ke dalam tas, ia melihat kertas dari Sagara. Rasa penasaran, membuat dia akhirnya mengambil kertas tersebut lalu melihat isinya. Ia tersenyum getir melihat gambar wajahnya hasil karya Sagara. Ia tahu mantannya itu pandai menggambar. Dulu, pernah juga Sagara membuatkan gambar sketsa wajahnya. Bedanya, jika dulu dia di gambar dengan ekspresi tersenyum, kali ini, Gara menggambar dirinya yang sedang meneteskan air mata. Kalimat yang tertulis di bawah gambar, membuat dia seketika serupa dengan gambar tersebut, menitikkan air mata.
Jika kamu memutuskan untuk menyerah, datanglah padaku. Jika suamimu bisa menerima kamu apa adanya, aku bisa memberikan seluruh hidupku untukmu.
karena perlakuan keluargamu.
ternyata si Robby yg mandul
pantesan kekeuh nggak mau cerai..
ia masih bersama Robby..
apa udah cerai ya???
kalo masih bersama Robby....
maukah Robby terima annak itu..
akakah perstlingkuham itu dimaafkan Robby?
❤❤❤❤❤
sdh hsl di manipulasi
saudqra sm ibu nyakiti anye g dibela
kamu yg tdk sempurna.