Saat keadilan sudah tumpul, saat hukum tak lagi mampu bekerja, maka dia akan menciptakan keadilannya sendiri.
Dikhianati, diusir dari rumah sendiri, hidupnya yang berat bertambah berat ketika ujian menimpa anak semata wayangnya.
Viona mencari keadilan, tapi hukum tak mampu berbicara. Ia diam seribu bahasa, menutup mata dan telinga rapat-rapat.
Viona tak memerlukan mereka untuk menghukum orang-orang jahat. Dia menghukum dengan caranya sendiri.
Bagaimana kisah balas dendam Viona, seorang ibu tunggal yang memiliki identitas tersembunyi itu?
Yuk, ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
"Kau rampas kehidupanku, kau hancurkan masa depanku. Kau tak akan aku biarkan hidup dengan tenang. Kau harus merasakan apa yang saat ini aku rasakan. Kau harus mati!"
Sebuah suara ancaman entah dari mana datangnya tiba-tiba mengiang di telinga Aditya. Fokus matanya pada sosok Viona yang masih menatap tanpa berkedip. Dalam pandangan Aditya Viona menyerupai Merlia yang sedang mengutuknya.
"Kau ...!" Aditya bergetar, tangannya yang menuding Viona ikut gemetar mendengar ancaman itu. Dadanya kembang-kempis, sesak oleh karena rasa takut yang mendera.
Ia meraih sebuah asbak kaca di atas meja dan hendak memukulkannya ke kepala Viona. Wanita beranak satu itu hanya diam sambil menatapnya saja, kemudian menempatkan kedua tangan di atas kepala berpura-pura melindungi.
"Aditya!" teriak Rangga dan segera berlari menarik tangan Viona menjauh dari remaja itu.
Ia merampas asbak tersebut dan melemparnya ke sembarang arah. Bunyi pecahan pun menggema, pecahan beling berserakan di lantai. Lalu ....
Plak!
Rangga menampar wajah Aditya cukup keras untuk menyadarkan remaja itu dari halusinasi yang dialaminya.
"Apa yang kau lakukan? Kau ingin melampiaskan kegilaanmu kepadanya, hah?" hardik Rangga, emosi dalam dirinya semakin tersulut dengan sikap semena-mena Aditya.
"Apa yang terjadi?"
Pekerja lainnya berhamburan datang mendengar kegaduhan yang terjadi. Mereka nampak bingung melihat Rangga yang menjadikan dirinya tameng untuk Viona yang terlihat ketakutan.
"Dia perempuan itu! Dia perempuan yang setiap malam datang ke rumahku dan mengancam ku! Dia orangnya!" teriak Aditya menuding Viona yang nampak bingung sekaligus ketakutan.
Oh, pandai sekali berakting.
Rangga menoleh pada Viona, gelengan kepalanya menjadi jawaban atas pertanyaan yang tak terucap. Ia kembali kepada Aditya, dan menamparnya sekali lagi.
"Lihat baik-baik! Apakah dia perempuan yang kau maksud itu?" ucapnya sembari mendekatkan wajah Aditya pada sosok Viona yang berdiri ketakutan itu.
Aditya memejamkan mata, berkali-kali ia lakukan untuk memastikan penglihatannya. Peluh bercucuran di seluruh tubuh, napas terasa semakin berat. Aditya memang sedang ketakutan akibat teror yang sering dia dapatkan setiap malam.
"Bukan! Tapi tadi dia di sini. Dia mengancam akan membunuhku. Aku tidak berbohong. Tolong, percayalah padaku!" Aditya meracau sambil memohon kepada Rangga.
Air matanya berlinang, bercampur keringat yang tak henti bermunculan. Jejak trauma jelas terlihat di wajahnya, Aditya tidak sedang berakting. Rekan-rekannya dibuat kebingungan oleh sikap aneh remaja itu.
"Perempuan siapa? Yang mana? Di sini hanya dia seorang saja, tidak ada yang lain!" Rangga meninggikan suara geram.
"Merlia! Dia di sini, dia ada di sini mengancam ku!" ucap Aditya dengan kepala berputar ke segala arah seolah-olah mencari sesuatu.
Rangga dan rekan-rekan pekerjanya menoleh pada Merlia. Ia kembali berakting kebingungan, menggelengkan kepala saat bersitatap dengan Rangga.
"Aku baru pertama kali bertemu dengannya, bagaimana mungkin aku mengancamnya?" ujar Viona polos dan lugu, membuat semua orang percaya padanya.
"Kau dengar! Dia bahkan baru pertama kali datang ke studio ini dan bertemu denganmu. Bagaimana mungkin menjadi ancaman untukmu. Aditya, sepertinya kau harus beristirahat dari semua aktivitas yang sedang kau jalani," ucap Rangga lebih lembut untuk menenangkan Aditya.
"Tidak! Baru saja dia ada di sini mengancam ku! Tolong, jangan biarkan dia mendekat. Dia akan membunuhku." Aditya semakin tak terkendali.
Ia terus melilau ke segala arah sampai matanya beradu dengan Viona. Tatapan tajam mengancam serta seringai jahat yang dibentuknya kembali membuat Aditya ketakutan.
"Itu ... dia di sana! Dia sedang menatapku!" Tangannya menunjuk Viona yang berdiri celingukan kian kemari. Hanya ada dirinya di sana.
Rangga menghela napas panjang, memijit pelipis pelan. Ia berbalik menghadap Viona, dan memintanya untuk pulang. Lain waktu tim akan memanggilnya kembali. Viona menurut, ia berpamitan kepada semua orang. Kemudian, kembali menunjukkan seringainya saat bertatapan dengan Aditya.
"Argh! Lihat! Kau lihat itu! Dia tersenyum padaku!" Aditya masih meracau meski Viona sudah keluar dari ruangan.
Rangga dan yang lainnya menganggap remaja itu frustasi dan butuh istirahat. Secara kebetulan, ayah Aditya menelpon karena permasalahan yang sedang viral di media sosial soal anaknya. Ia meminta Aditya untuk pulang dengan nada marah.
Oleh karena kondisi Aditya yang tidak memungkinkan untuk mengemudi, maka terpaksa Rangga mengantarnya.
"Tidak! Ampuni aku, Merlia. Maafkan aku. Aku hanya terbawa suasana saja saat itu. Aku tidak berniat melakukannya. Tidak! Tolong, maafkan aku!" racau Aditya yang duduk meringkuk di samping kemudi.
Rangga melirik, benar-benar bermasalah dengan nama Merlia. Ia penasaran apa yang sudah dilakukan Aditya terhadap gadis bernama Merlia itu.
"Ditya, Merlia siapa yang kau maksud itu? Kenapa kau terus meracau soal Merlia?" tanya Rangga penasaran.
"Jangan sebut nama itu! Jangan! Atau dia akan datang dan membunuhku! Jangan sebut namanya! Jangan sebut namanya!" Suaranya bergetar, kepala menggeleng ketakutan.
Rangga mengernyit, rasa penasaran semakin menggebu.
Ada apa dengan nama Merlia?
kyknya Peni yg terakhir.. buat jackpot bapaknya.. si mantan Viona..!! 👻👻👻