Namanya Kanaka Harvey, dia anak keduanya Letta dan Devano, sejak awal bermimpi jadi pembalap, tapi apa daya takdir menuntunnya untuk masuk ke perusahaan peninggalan kakeknya. Terkenal dingin dan tak tertarik dengan perempuan manapun, nyatanya Kanaka justru terperangkap pada pesona bawahannya di kantor yang bernama Rere (Renata Debora) , cewek itu terkenal jutek dan galak sama siapapun. Kanaka yang tak pernah berpacaran itu begitu posesif dan overprotective terhadap Rere.
IG : 16_rens
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Ternyata perhatian juga
Divisi marketing gempar, pasalnya Valerie anak bungsu pemilik sekaligus direktur legal perusahaan ini melakukan sidak di lantai mereka.
Semua mengangguk hormat, siapa yang tak kenal dengan Valerie Sabitha Praja itu, perempuan dengan tingkat kedisiplinan di atas rata-rata yang membuat semua juga keder.
Untung saja Val begitu ia dipanggil tak banyak bersinggungan dengan karyawan yang bekerja disana, bisa-bisa meski gaji dan tunjangan disana bisa dibilang memuaskan, tapi bila karyawan bekerja di bawah tekanan pasti ujung-ujungnya memilih resign.
"Ka... " panggil Val sambil berdiri dan menumpukan kedua tangannya di pembatas kubikel, percayalah kalau saat ini tangannya kotor karena debu yang tak dibersihkan oleh OB sudah dipastikan bukan hanya OB yang kena omelan darinya tapi seluruh atasannya pasti juga kena getahnya.
"Hai Val," balas Kanaka, meski usia Val lebih tua dari Kanaka, tapi secara silsilah kan Kanaka itu kakak sepupu Val jadi tak aneh apabila Kanaka memanggil nama Val tanpa embel-embel bu.
"Diajak maksi sama papi," ucap Val santai.
"Sekarang?" tanya Kanaka.
"Um... tadi bilangnya sih tahun depan! Sekarang Kanaka!" ketus Val kesal.
Kanaka tertawa melihat Valerie berbicara ketus kepadanya, rasanya wajah cantik sepupunya itu kayak mau menelannya hidup-hidup.
Kalau kedua orang itu bisa bercanda sebebas itu, beda lagi dengan atmosfer di sekitarnya yang mendadak tegang dan hening.
"Ya udah gue tunggu di bawah ah, ntar orang-orang pada nggak bisa kerja gara-gara gue." Lalu Val pergi dari sana.
Kanaka bersiap menyusul Val, tapi sebelum melangkah Kanaka menoleh ke Rere.
"Gue maksi dulu, kerjaan gue nggak usah lo kerjain, ntar gue kerjain sendiri aja." Lalu Kanaka pergi dan meninggalkan Rere yang terbengong dan kaget.
Rere meraba jantungnya yang berdetak tak berirama itu, melihat Kanaka semanis itu kepadanya.
Rere melihat keluar melalui kaca besar di dekatnya, memeriksa cuaca, takutnya hujan akan mengguyur karena perubahan sikap Kanaka terhadapnya.
Sedang Kanaka dengan santai melangkah menuju lift yang akan membawanya ke lantai dasar.
Di lobby, Vetsa dan Val sedang berdiri menunggu Vin yang sedang mengambil mobil.
"Belum makan kan Ka?" tanya Vetsa saat Kanaka sampai kepadanya.
"Masih belum jam makan siang Unc, bisa-bisa ditendang keluar kalo aku nyolong start," celetuk Kanaka yang ditimpali kekehan oleh Vetsa dan Val.
Interaksi ketiganya membuat siapapun yang melihat menatap mereka dengan tatapan penasaran.
Selama ini kabar burung yang beredar tentang siapa Kanaka nyaris benar, kini malah satu lagi tebakan mereka bahwa kemungkinan Kanaka itu calon suami Valerie, buktinya Val yang biasanya kaku itu bisa tertawa lebar.
Dengungan ghibahan itu semakin memanas saat ketiganya masuk ke dalam mobil Vincent.
Mobil yang mereka tumpangi berhenti di sebuah restoran yang menyediakan beraneka ragam masakan dimsum.
"Aneh sih ini, padahal resto hotel menyediakan dimsum, tapi malah memilih resto orang lain," celetuk Kanaka santai.
"Namanya cari suasana baru Ka, lagian aku pengen banget bebek peking, di resto hotel nggak se komplit disini, bebek peking nya juara banget," sahut Vincent.
Kanaka menganggukkan kepala menyetujui ucapan Vincent, karena memang nyatanya resto ini memang makanannya juara.
Mereka menikmati makan siang mereka dengan sesekali membicarakan masalah perusahaan, karena bagaimana pun Kanaka juga memiliki saham di Aurora group.
"Selepas magang tetap stay kan?" tanya Vetsa.
"Um.... apa nggak papa uncle, takutnya kan aku masih disibukkan dengan kuliah juga," jawab Kanaka.
"Bisalah kamu atur-atur, yang nggak bisa itu kalo kamu sambi dengan balapan pasti susah atur waktunya," kata Vetsa.
"Ya namanya hobby, susahlah kalo langsung distop begitu saja," balas Kanaka dengan senyum lebar.
"Alesan lo!" celetuk Vincent.
Kanaka terbahak mendengar kalimat ketus dari Vincent tadi, mereka melanjutkan makan siang mereka, dan setelah dirasa cukup, mereka kembali ke kantor.
Sampai lobby, Kanaka memisahkan diri, dia butuh kopi untuk menemaninya bekerja dan menginput data ke komputer.
Dia berbelok ke kedai kopi yang tersebar hampir di seluruh penjuru Indonesia itu.
Mendadak dirinya teringat dengan Rere yang sering lupa makan karena pekerjaan yang menumpuk.
Kanaka memesan kopi untuk dirinya dan kopi beserta sandwich untuk Rere, dia merasa belakangan hari ini sering tak manusia kepada teman satu kampusnya itu.
Lalu Kanaka naik ke lantai tempatnya bekerja, tanpa bicara meletakkan paper bag di hadapan Rere.
Yang diberi hanya bisa melongo, menatap paper bag yang Rere tahu isinya apa, dari labelnya juga sudah jelas kan.
"Buat lo, daripada kuping gue ngedengerin bunyi perut lo yang keroncongan itu!" ucap Kanaka tanpa melihat Rere yang terlihat terharu.
Kanaka si ice prince itu ternyata perhatian juga kepadanya.
"Jangan melow, gue nggak ada perasaan apa-apa ke lo!" celetuk Kanaka saat melirik Rere masih memperhatikan dirinya dengan sorot mata terharu.
"Makasih Ka." Hanya kalimat itu yang bisa Rere ucapkan.
"Makan! Habis itu selesaiin apa yang tadi gue suruh lo kerjain!" perintah Kanaka lalu berdiri dan meninggalkan Rere sendiri.
Percayalah bahwa andai Rere punya kemampuan super, Rere ingin membalas semua perlakuan Kanaka kepadanya dan dia sedang merencanakan itu semua sekarang.
cerita nya bagus tapi jadi ngeh setiap bab gini mulu