NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Untuk Keponakanku

Menjadi Ibu Untuk Keponakanku

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Dijodohkan Orang Tua / Menikah Karena Anak
Popularitas:804.1k
Nilai: 4.8
Nama Author: syitahfadilah

S 4

Rangga begitu terpuruk saat Fiona, istri tercintanya meninggal dunia setelah melahirkan anak kedua mereka. Di saat duka masih menyelimuti, ia dipaksa menikahi Flora yang merupakan adik kembar mendiang istrinya, demi memberikan kasih sayang sosok ibu untuk kedua anaknya.

Mampukah Flora menghadapi sikap Rangga yang dingin dan terkadang tak ramah padanya, sementara hatinya pun sedang tak baik-baik saja. Selain duka atas kepergian saudari kembarnya, ia juga terpaksa harus memutuskan hubungannya dengan sang kekasih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7. BUKAN PERHATIAN TAPI PERINGATAN

Mama Sinta mengembangkan senyum tipis kala Flora datang ke ruang makan dengan menggendong Azka, sebelah tangannya menggenggam tangan Kiara. Ia sungguh merasa terharu, Flora begitu cekatan mengurus kedua keponakannya ditengah kesibukan kuliah. Kiara sudah tampak rapi, begitupun dengan Azka yang juga sudah dimandikan.

Flora menarik kursi untuk Kiara, melihat Flora tampak kerepotan mama Sinta langsung mengambil alih menggendong Azka barulah Flora mendudukkan Kiara di kursi. Sedang Rangga, sejak tadi hanya bergeming menikmati sarapannya. Saat Flora datang bersama anak anaknya ia seakan tak melihat.

"Kia, mau sarapan apa?" Tanya Flora.

"Roti selai strawberry aja, Tante." Jawab Kiara.

"Loh, kok masih manggil Tante sih? Kia Sayang, sekarang Tante Flora itu juga Mamanya Kia. Jadi Kia harus panggil Mama, bukan Tante lagi ya?" Mama Sinta tersenyum pada cucunya itu.

Kia langsung menatap papanya. Semalam, papanya sempat berkata padanya bahwa ia memanggil Flora dengan sebutan tante saja seperti biasanya. Tidak perlu memanggil mama.

"Gak apa-apa Tante, biar Kia terbiasa dulu." Sahut Flora. Meski ia benar-benar tulus menikah dengan Rangga demi menjadi ibu untuk dua keponakannya, tapi ia juga tak terlalu berharap dipanggil Mama.

"Maka dari itu harus dibiasakan dari sekarang. Kia, panggil Mama ya sama Tante Flora." Mama Sinta berucap dengan lembut namun kalimatnya begitu menekankan bagi Kiara terlebih sudah lebih dulu mendapat peringatan dari papanya.

"Kamu juga Flo, masa panggil Tante sama Mama mertua. Harus dibiasakan juga panggil Mama ya?" Ujar mama Sinta menatap Flora.

Bukan hanya Kiara yang merasa bingung harus menuruti papa atau neneknya, Flora pun turut merasa sungkan harus memanggil mama pada mertua kakaknya.

Flora hanya mengangguk pelan, kemudian mengambil roti dan mengolesinya dengan selai strawberry lalu memberikannya pada Kiara. Disaat semuanya memulai sarapan, Flora justru nampak gelisah. Ia sesekali melirik jam tangan, dalam waktu satu jam ia sudah harus berada di kampus. Jika biasanya ia akan berangkat menggunakan mobil pribadinya tapi sekarang ia harus memesan taksi dulu dan tentu akan memakan waktu lagi. Ah, andai saja kemarin saat ikut pulang bersama Rangga ia membawa mobil sendiri saja, pagi ini ia tidak akan merasa was-was telat sampai kampus.

"Flo, kok gak sarapan? Mau ke kampus kan?" Tanya mama Sinta.

"Iya, ini lagi mau pesan Taksi dulu Tan, eh Ma." Kata Flora agak canggung.

"Kok pesan Taksi, berangkat bareng Rangga aja. Ya Rangga, antar dulu istri kamu ke kampusnya baru kamu ke kantor." Ujar mama Sinta.

"Iya Ma." Jawab Rangga. Namun, dalam hatinya begitu enggan untuk melakukan itu. Baginya merepotkan saja, sementara dengan Fiona saja ia tidak pernah mengantarkan isterinya itu ke kampus karena sebelum menikah Fiona memutuskan untuk berhenti kuliah. Tapi Rangga lupa, kalau Flora kuliah itu juga adalah cita-cita Fiona yang ingin melihat adiknya menjadi wanita sukses.

"Ma, Pa, aku berangkat dulu." Rangga yang telah selesai sarapan beranjak dari tempat duduknya.

Papa Digo yang sejak tadi hanya diam, menganggukkan kepalanya. Sedang mama Sinta langsung menatap Flora tampak cemas. Sebab menantunya itu sejak tadi belum sarapan.

"Rangga, tungguin Flora sebentar, dia belum sarapan."

"Gak apa-apa Ma, nanti biar aku sarapan di kantin kampus aja." Kata Flora. Sebenarnya perutnya sudah keroncong, tapi melihat tatapan Rangga yang tidak bersahabat ia harus menahan lapar hingga sampai di kampus. Beruntung sampai kampus masih sempat isi perut, mengingat sekarang jam mata kuliahnya sudah mepet. Jarak dari rumah Rangga ke kampus juga lumayan jauh, semoga tak terjadi macet dan bisa sampai tepat waktu.

Rangga melangkah lebih dulu, sementara Flora menyempatkan menghampiri Azka yang digendong mama Sinta. "Azka baik-baik ya Sayang. Jangan rewel dan jangan susahin Nenek." Ucapnya lalu mengecup pipi mulus bayi laki-laki itu kemudian berpindah menciumi Kiara. "Kia juga yang pintar ya, bantuin Nenek jagain Adek Azka."

Kia mengangguk, "Iya Mama." Jawabnya. Jika papanya belum pergi dari ruang makan, mungkin ia akan masih memanggil tante.

Kedua mata Flora jadi berkaca-kaca dipanggil mama oleh keponakannya. Sekali lagi ia mengecup pipi Kiara kemudian berpamitan pada kedua mertuanya. Usai itu dengan cepat ia menyusul Rangga yang mungkin sudah berada di mobil sekarang. Dan benar saja, kakak iparnya yang telah menjadi suaminya itu menatapnya dengan tajam dari dalam mobil.

"Gak perlu pake drama-drama," sindir Rangga dengan sinis ketika Flora baru saja masuk ke mobil dan duduk disampingnya. Ia tahu Flora lambat menyusulnya pasti karena berpamitan pada kedua orangtuanya dan juga memberi petuah pada anak-anaknya.

Flora memilih diam, menanggapi ucapan Rangga sama saja menciptakan masalah karena ujung-ujungnya hanya akan menimbulkan perdebatan. Ia tahu drama apa yang dimaksud suaminya itu, tapi sungguh itu bukanlah drama. Ia benar-benar tulus.

Rangga lalu melajukan mobilnya, beruntung jalanan tak macet sehingga mobilnya bisa melesat dengan cepat menuju kampus Flora, kampus yang sama tempat Fiona kuliah sebelum menikah dengannya. Dan di kampus itu jugalah ia dulu kuliah.

Sepanjang perjalanan sepasang suami istri itu hening. Flora memilih melempar pandangan pada jalanan disampingnya, sedang Rangga fokus dengan kemudi. Namun, tiba-tiba saja ia ingat kalau Flora belum sarapan. Bergelut dengan pelajaran yang menguras otak, dengan perut kosong tentu tidak akan bisa fokus, ia juga pernah merasakannya. Tidak bisa fokus mendengar penjelasan dosen karena perut sedang lapar.

Rangga lalu menepikan mobilnya ketika melihat penjual bakpao dipinggir jalan.

"Kak Rangga, kok berhenti?" Tanya Flora, ia harus segera sampai di kampus tapi Rangga malah berhenti dipinggir jalan.

Rangga tak menjawab, pria itu melepas seat belt kemudian turun dari mobil. Flora berdecak kesal dibuatnya, ia bisa telat sampai kampus jika begini. Namun, ketika melihat Rangga menghampiri penjual bakpao, ia terdiam. Dalam hati bertanya, untuk apa Rangga membeli bakpao? Bukankah suaminya itu sudah sarapan sebelum pergi. Atau mungkin untuk seseorang di kantor, pikirnya.

Tak lama kemudian Rangga kembali ke mobil dengan membawa bungkusan yang berisi dua buah bakpao, ia memberikannya pada Flora.

"Untuk aku?" Tanya Flora, ia bingung sekaligus terkejut. Tidak menyangka jika Rangga membeli bakpao itu untuknya.

"Memangnya buat siapa lagi?" Tukas Rangga.

Flora langsung meraih bungkusan bakpao itu. Ia memang sangat lapar sekarang. Dalam hati sangat bersyukur bisa mengisi perut sebelum sampai kampus. "Terima kasih, Kak."

"Lain kali sebelum memperhatikan yang lain, lebih dulu perhatikan dirimu sendiri. Jangan sampai kamu sakit karena hanya fokus memperhatikan Azka dan Kia saja." Ujar Rangga.

"Terima kasih atas perhatiannya, Kak." Kata Flora. Jujur, ia sangat tersanjung mendengar ucapan suaminya itu barusan. Ternyata dibalik sikap ketus Rangga padanya, terselip sebuah perhatian.

"Jangan geer. Aku hanya tidak mau kamu sampai sakit dan ujung-ujungnya juga merepotkan aku. Dan anak-anak juga tidak ada yang merawat kalau kamu sampai sakit. Andai saja orangtuaku kita tidak memaksa, aku lebih memilih menyewa pengasuh untuk Azka dan Kia daripada menikahi kamu."

Flora hanya dapat tersenyum getir. Ia pikir, Rangga masih memiliki rasa perhatian padanya tapi ternyata tidak. Ternyata itu bukan perhatian tapi peringatan. Yah, peringatan agar ia selalu menjaga kesehatan untuk Azka dan Kiara.

1
Nuryati Yati
malu2 meong 😅
Nuryati Yati
sabar ya Arkan semoga Dea menerima dan membuka hati utk Arkan
Nuryati Yati
isinya apa hayo penasaran🤔
Nuryati Yati
selamat Arkan Dea semoga bahagia selalu🤗
Nuryati Yati
gemes sama Dea dan Arkan
Nuryati Yati
👍
Jumaiyah Iyah
Biasa
Jumaiyah Iyah
Kecewa
Adriana Wiriadinata
rangga..rangga..mssa gitu aja ga ngrti..
Nuryati Yati
semangat berjuang Rangga
Nuryati Yati
wis sakerepmu Rangga
Nuryati Yati
emang kamu suami gk becus Rangga
Nuryati Yati
cemburu bilang bos gk usah mrh2
Nuryati Yati
semangat Flo
Nuryati Yati
pengen tak tapok mulutnya Rangga pake sandal sejuta umat
Nuryati Yati
demi keponkana Flo ikhlas jd istri kakak ipar
Nuryati Yati
mampir thor..
Nurlinda: mampir jg di karya baru. kak 🤭
total 1 replies
Siti Ramsah
Luar biasa
Nurlinda: terima kasih kk 🤗
total 1 replies
Anda Anda
Lumayan
Anda Anda
baru nyadar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!