NovelToon NovelToon
Aku Tidak Mandul, Bu!

Aku Tidak Mandul, Bu!

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / Lari Saat Hamil / Berbaikan
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: prettyaze

Aisyah, seorang istri yang selalu hidup dalam tekanan dari mertuanya, kini menghadapi tuduhan lebih menyakitkan—ia disebut mandul dan dianggap tak bisa memiliki keturunan.

mampukah aisyah menghadapi ini semua..?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prettyaze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

terpaksa menerima

Hari itu, Farhan dipanggil ke rumah orang tuanya. Ia sudah bisa menebak alasan ibunya ingin berbicara dengannya. Sesampainya di sana, ibunya sudah duduk di ruang tamu bersama ayahnya, dengan ekspresi tegas yang tidak bisa ditawar.

"Duduk," perintah ibunya tanpa basa-basi.

Farhan menghela napas dan duduk berhadapan dengan mereka. "Ada apa, Bu?"

Ibunya menyilangkan tangan di dada. "Aku sudah mengambil keputusan. Jika kau masih ingin bekerja di perusahaan ini, kau harus menerima Rania sebagai asistenmu tanpa ada penolakan lagi."

Farhan langsung menegang. "Ibu tidak bisa memaksaku seperti ini. Aku tidak butuh dia, aku bisa mengurus semuanya sendiri."

Sang ibu menatapnya tajam. "Ini bukan tentang butuh atau tidak, Farhan. Ini tentang masa depan. Aku tidak bisa membiarkan seorang wanita seperti Aisyah menghalangi jalanmu."

Farhan mengepalkan tangannya. "Aisyah istriku, Bu! Kenapa Ibu terus bersikap seperti ini? Apa salahnya dia?"

"Salahnya?" ibunya mendengus. "Salahnya adalah dia tidak bisa memberikan keturunan untuk keluarga kita! Kau tahu betapa pentingnya itu bagi kami!"

Farhan berdiri dari tempat duduknya, suaranya meninggi. "Kami sudah melakukan pemeriksaan, Bu! Kami berdua sehat, jadi berhentilah menyalahkan Aisyah!"

Sang ibu tetap tak terpengaruh. "Kalau begitu, kenapa sampai sekarang belum ada anak? Ini sudah lima tahun, Farhan. Waktu terus berjalan, dan aku tidak akan diam saja melihat anakku membuang kesempatan untuk memiliki keturunan."

Ayahnya yang sejak tadi diam akhirnya bersuara. "Farhan, keputusan ibumu sudah bulat. Jika kau menolak, maka jangan harap kau bisa tetap bekerja di perusahaan ini."

Farhan menatap ayahnya tak percaya. "Ayah juga setuju dengan ini?"

Ayahnya menghela napas. "Kami hanya ingin yang terbaik untukmu."

"Yang terbaik?" Farhan terkekeh pahit. "Yang terbaik untuk siapa? Untukku atau untuk ambisi Ibu?"

Ibunya berdiri dan mendekati Farhan. "Aku memberimu pilihan, Farhan. Terima Rania di sisimu, atau kau kehilangan segalanya. Pekerjaanmu, posisimu di perusahaan, dan warisanmu."

Farhan merasa dadanya sesak. Ini bukan sekadar ancaman, ibunya benar-benar serius. Ia menatap kedua orang tuanya satu per satu, lalu menegakkan bahunya.

"Kalau itu pilihan yang Ibu berikan..." suaranya dingin, "maka aku memilih untuk pergi."

Ibunya tersentak. "Apa?"

"Aku lebih baik kehilangan semuanya daripada mengkhianati istriku."

Setelah mengatakan itu, Farhan berbalik dan melangkah pergi. Ibunya memanggil namanya dengan marah, tapi ia tidak peduli. Ia sudah memutuskan, ia tidak akan pernah membiarkan siapa pun merusak rumah tangganya.

Namun, ia tahu ini belum selesai. Ibunya dan Rania pasti tidak akan tinggal diam.

Farhan duduk di ruang kerja pribadinya di kantor, pikirannya penuh dengan beban. Setelah perdebatan panjang dengan ibunya, ia akhirnya tak punya pilihan lain selain menerima Rania sebagai asistennya. Jika tidak, ia akan kehilangan pekerjaannya dan seluruh masa depan yang telah ia bangun.

Pintu diketuk, dan tanpa menunggu jawaban, Rania masuk dengan senyuman penuh kemenangan. "Selamat pagi, Farhan," sapanya ceria, seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka.

Farhan menghela napas panjang, menatap wanita yang kini akan bekerja di sisinya. "Aku harap kau profesional, Rania. Aku tidak ingin ada masalah."

Rania tersenyum kecil, duduk di kursi di depannya. "Tentu saja, Farhan. Aku hanya ingin membantumu. Bukankah dulu kita pernah bekerja sama dengan baik?"

Farhan mengepalkan tangan di bawah meja, mencoba menahan emosinya. "Itu dulu. Sekarang aku sudah menikah, dan aku ingin kau tetap pada batasanmu."

Rania tertawa pelan. "Tentu, tentu... Aku akan bersikap profesional," katanya, tapi ada nada licik di balik suaranya.

Hari-hari berlalu, dan kehadiran Rania mulai mengganggu Farhan. Ia selalu berusaha mencari cara untuk lebih dekat, entah dengan sengaja membawa kopi untuknya setiap pagi atau berdiri terlalu dekat saat mereka bekerja bersama.

Suatu hari, saat mereka sedang membahas proyek di ruang kerja Farhan, Rania tiba-tiba mencondongkan tubuhnya, menyentuh lengannya dengan lembut. "Farhan, kau terlihat lelah... Apa semuanya baik-baik saja?"

Farhan langsung menarik diri. "Aku baik-baik saja, Rania. Fokus pada pekerjaan kita."

Namun, Rania tidak menyerah begitu saja. Ia tersenyum manis. "Aku hanya ingin kau tahu... Jika kau butuh seseorang untuk berbagi beban, aku selalu ada untukmu."

Farhan menatapnya tajam. "Aku sudah memiliki istri untuk itu, Rania."

Rania mengangkat alis, seolah tidak terpengaruh. "Oh, tentu saja. Tapi, sampai kapan kau akan terus mempertahankan sesuatu yang jelas-jelas tidak bisa memberikan apa yang keluargamu inginkan?"

Farhan langsung berdiri, marah. "Jangan pernah berbicara seperti itu tentang Aisyah!"

Rania tersenyum kecil, tidak gentar sedikit pun. "Baiklah, aku mengerti. Aku hanya ingin mengingatkanmu, Farhan... Kau dan aku, kita memiliki masa lalu. Dan mungkin... kita juga punya masa depan."

Farhan mengepalkan tangannya, merasa terjebak. Ia tahu Rania dan ibunya tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Tapi ia bersumpah, tidak peduli seberapa sulitnya, ia tidak akan membiarkan Aisyah tersakiti.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!