Plakk!!!
"Kamu itu emang beban ya" kata Papa
"Ma-Maaf Pa, aku cuma pengen Papa dateng besok ambil rapotku"
"Papa Sibuk, kamu suruh Bi ijah aja yang ambil sana"
"Tap..."
"Jangan banyak omong kamu"
Tak Di Pedulikan, Tak Di anggap dan tak Di Inginkan itulah hal yang selalu Laili rasakan, setiap ia pulang ke Rumah yang sudah lama Runtuh itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laililya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Rumah Sakit??
Di Rumah Sakit.
Laili langsung di bawa ke UGD, untuk pemeriksaan lebih lanjut. Diva menghubungi Papa dan Mama Laili.
"Tolong tunggu di sini ya, selain pasien di larang masuk" kata Dokter
"Baik Dok"
Semua pun menunggu Dokter keluar ruangan, lama mereka menunggu akhinya dokterpun keluar.
"Gimana Dok, temen saya?" Tanya Diva
"Di mana keluarga pasien?" Tanya Dokter
"Masih dalam perjalanan Dok"
"Baik, nanti suruh lansung ke ruangan saya ya, ada yang perlu saya bicarakan"
"Baik Dok"
"Kalau gitu, saya permisi"
"Iya Dok"
Dokter pun kembali ke Ruangannya, tak lama kemudian Papa Laili, pun sampai di rumah sakit.
"Dimana Laili?" Tanya Papa Herman
"Masih di UGD Om, Om herman di suruh ke ruangan Dokter katanya ada yang perlu di bicarakan" kata Lussy
Tanpa pikir lama Papa pun lansung ke ruangan Dokter.
Di Ruang Dokter.
"Permisi" kata Papa
"Silakan masuk, apa Bapak Papa nya Laili?" Tanya Dokter
"Iya Dok, ada apa ya?" Tanya Papa
"Jadi begini Pak, sepertinya Pasien mengalami Anemia tapi kita perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut" kata Dokter
"Tidak perlu Dok, saya yakin anak saya baik-baik saja, hari ini juga akan saya bawa pulang" kata Papa
"Tapi Pak, jika memang benar anak Bapak terkena Anemia itu sangat berbahaya sekali" kata Dokter
"Saya tidak perduli, itu anak saya jadi terserah saya" kata Papa
"Baik kalau begitu terserah Bapak, tolong tanda tangani surat ini jika ada apa-apa pihak rumah tidak bertanggung jawab"
Papa pun dengan cepat mentanda tangani surat dari Dokter, setelah mentanda tangani surat tersebut Papa lansung keluar dan lansung ke UGD untuk mengambil Laili yang masih tertidur.
"Om Laili udah boleh pulang?" Tanya Diva
"Sudah, Om yang akan rawat Laili sendiri" kata Om Herman
"Oh begitu"
"Buat kalian semua makasih ya udah nolongin Laili, Om sangat berhutang budi sama kalian semua" kata Papa
"Iya Om sama-sama"
Tiba-Tiba.
"Gimana Om Laili, udah bangun aku pengen ketemu sama Laili" kata Sinta
Pak Herman lansung terkejut saat melihat Sinta ada di Rumah Sakit. Ia tak tahu kalau Sinta juga ada di Rumah Sakit.
"Wah Laili punya temen baru ya, nama kamu siapa?" Tanya Om Herman
"Anda pasti sudah tau nama saya siapa" kata Sinta
"Maaf boleh kita berbicara berdua?" Tanya Om Herman
"Tentu saja boleh"
Sintan dan Om Herman pun berbicara di belakang Rumah Sakit.
"Sinta apa-apaan kamu bilang seperti itu?" Tanya Papa
"Pa, Laili sakit Pa, pasti gara-gara Papa, aku tau itu"
"Jangan sok tau kamu"
"Alah Papa ga usah bohong, aku tadi denger semuanya, apa Dokter bilang kalau Laili sakit Anemia, Pa itu bahaya tolong tangani Laili dengan cara yang tepat Pa" kata Sinta
"Diam kamu, jauhi saja Laili jangan pernah dekat-dekat dengan dia"
"Ga mau, alasan apa yang bikin aku harus jauh-jauh sama Laili, Laili itu anak yang baik Pa"
"Tapi dia anak haram" kata Papa
"Pa, yang salah itu Papa bukan Laili, kenapa Laili yang harus Papa benci?" Tanya Sinta
"Dengerin omongan Papa Sin, jauhi Laili"
"Ga mau, meskipun Laili saudara tiri aku, aku ga bakal mau jauhi dia"
"Sinta"
"Apa, Papa itu jahat" kata Sinta sambil meninggalkan Papa
Om Herman pun kembali ke UGD untuk mengambil Laili.
"Makasih ya buat kalian, udah nolongin Laili" kata Om Herman
"Iya Om"
"Kalau gitu Om sama Laili, pulang dulu ya"
"Iya Om, hati-hati"
"Iya"
Papapun membawa Laili pulang menggunakan mobilnya.
"Gue pamit dulu ya, semuanya" kata Sinta
"Iya Sin, hati ya"
"Iya"
Sinta pun pulang.
"Gaes kalian curiga ga sih sama Om Herman sama Sinta juga, kenapa ya Sinta bilang kayak gitu sama Om Herman?" Tanya Diva
"Mungkin mereka saling kenal"
"Tapi Om Herman kenapa kayak kaget gitu tadi pas liat Sinta"
"Iya juga ya"
"Alah udahlah, ga usah dipikirin ga penting juga" kata Lussy
"Tapi gue penasaran" kata Diva
"Udahlah ayok pulang" kata Lussy sambil mengandeng tangan Diva dan Luna
***
Di Rumah Laili.
Papa lansung mengendong Laili yang masih tertidur, Papa membawa Laili ke ruang tamu.
BYURRR
BYURRR
"BANGUN ANAK SIALAN, NYUSAHIN AJA" teriak Papa
Laili pun lansung tersadar dari tidurnya.
"Pa maaf Pa" kata Laili
"Maaf katamu, ga ada kata maaf ya buat kamu"
"SINI KAMU" teriak Papa sambil menyeret Laili sampai Laili terjatuh
BRAKKK.
"Pa ampun Pa"
BUGH
BUGH
BUGH
PLAKK
PLAKK
PLAKK
"Papa udah bilang ke kamu jangan deket-deket dia, tapi kamu masih ga mau dengerin kata Papa" kata Papa
"Dia siapa Pa, aku ga tau"
"Temen baru kamu itu"
"Maksud Papa Sinta"
"Iya, jangan deket-deket dia"
"Tapi kenapa Pa"
PLAKK
PLAKK
PLAKK
"ga usah banyak ngomong kamu ya, Papa bilang jangan deket-deket dia paham kamu" kata Papa
"I-iya Pa, maaf"
"SINI KAMU" kata Papa sambil menyeret Laili ke dalam Toilet
"Pa ampun Pa"
BYURRR
BYURRR
BYURRR
"Pa Ampun"
"INI HUKUMAN BUAT KAMU, KARENA KAMU GA NURUT SAMA PAPA, PAHAM KAMU"
"Pa Ampun"
"Ampun, pusing Pa"
Tanpa Laili sadari bajunya sudah merah semua, hidung Laili mimisan. Darah segar terus keluar dari hidungnya.
"Pa Ampun Pa, Tolong berhenti" kata Lalili yang sudah sangat lemas
Papa yang tak memperdulikan teriakkan Laili, Papa terus menerus menghajar Laili.
"Pa to-tolong ber-henti"
BRAKKK
Laili pun jatuh pingsan.
"Anak manja" kata Papa sambil meninggalkan Laili di toilet sendirian.
***
Ke Essokan paginya.
Laili di temukan oleh Bi Ijah masih dalam keadaan pingsan dan berulumuran darah.
"NENG LAILI" teriak Bi Ijah
Bi Ijah pun lansung membawa Laili ke Rumah sakit, tanpa sepegetahuan Papa dan Mama.
Di Rumah Sakit.
Dokter lansung memeriksa Laili.
"Mohon maaf ada keluarga pasien?" Tanya Dokter
"Saya Dok"
"Keadaannya sangat buruk, pasien harus segera di periksa lebih lanjut" kata Dokter
"Tolong Dok selamatkan Neng Laili, saya mohon"
"Kalau begitu saya harus memeriksa keadaan pasien lebih lanjut"
"Lakukan apapun yang terbaik untuk Neng Laili Dok"
"Baik"
Dokter pun lansung memeriksa Laili kembali. Laili di ambil darahnya oleh Dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut, satu jam berlalu namun Dokter tak kunjung keluar dari ruangannya.
Tak lama kemudian Dokter pun membawa hasil pemeriksanan Laili.
"Mari ikut saya ke ruangan saya" kata Dokter
Bi Ijah pun mengikuti Dokter.
"Bagaimana Dok hasilnya?" Tanya Bi Ijah
"Pasien mengalami Anemia akut, Pasien harus di rawat di rumah sakit untuk sementara waktu, untuk pengobatan yang maksimal" kata Dokter
"Tapi dok, saya harus tanya dulu ke Papa Pasien" kata Bi Ijah
"Baik silakan ditanyakan terlebih dahulu" kata Dokter
Bi Ijah pun menghubungi Pak Herman, Papa Laili.
"Halo ada apa ya Bi?" Tanya Pak Herman
"Pak, Neng Laili terkena Anemia Akut, saran Dokter Neng Laili harus dirawat di rumah sakit"
"Bawa pulang sekarang juga"
"Tapi Pak"
"BAWA PULANG SEKARANG" bentak Bi Ijah
Bi Ijah pun membawa Laili pulang ke rumahnya.
Di Rumah.
"Neng cepet bangun ya Neng, Bibi khawatir sama Neng" kata Bi Ijah
Tak lama kemudian Laili pun terbangun.
"Alhamdulillah Neng, udah bangun"
"Aku abis kenapa emangnya Bi?" Tanya Laili
"Tadi Bibi nemuin Neng Laili pingsan di Toilet Neng Laili juga bajunya penuh sama darah, Bibi abis bawa Neng ke rumah sakit tadi"
"Terus gimana Bi aku ga papa kan?" Tanya Laili
"Ga papa kok Neng, Neng cuma perlu istirahat aja" kata Bi Ijah berbohong
"Syukur deh kalau aku ga papa" kata Laili
"Neng makan dulu ya, biar Bibi ambilin"
"Iya Bi"
Bi Ijah pun mengambilkan makanan untuk Laili.
"Dimakan ya Neng" kata Bi Ijah
"Iya Bi, Makasih ya Bi"
"Iya Neng, Neng yang sabar ya" kata Bi ijah
"Bibi tau ya?" Tanya Laili
"Bibi tau Neng, Neng Laili setiap hari di siksa sama Bapak, kalau Neng Laili mau cerita ke Bibi ga papa kok, Bibi dengerin" kata Bibi
"Makasih Bi"
"Neng Laili istirahat ya, Bibi mau ke bawah beres-beres rumah"
"Iya Bi, kalau gitu aku tidur ya Bi"
"Iya Neng"
Laili pun beristirahat ia tertidur lelap, sedangkan Bi Ijah turun ke bawah untuk membersihkan Rumah.