NovelToon NovelToon
Berbisnis Di Isekai

Berbisnis Di Isekai

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Epik Petualangan / Dunia Lain / Anime / Fantasi Isekai / Toko Interdimensi
Popularitas:949
Nilai: 5
Nama Author: Yeffa

Elise, Luca dan Rein. Mereka tumbuh besar disebuah panti asuhan. Kehidupan serba terbatas dan tidak dapat melakukan apa-apa selain hanya bertahan hidup. Tapi mereka memiliki cita-cita dan juga mimpi yang besar tidak mau hanya pasrah dan hidup saja. Apalah arti hidup tanpa sebuah kebebasan dan kenyamanan? Dengan segala keterbatasannya apakah mereka mampu mewujudkannya? Masa depan yang mereka impikan? Bagaimana mereka bisa melepaskan belenggu itu? Uang adalah jawabannya.

Inilah kisah mereka. Semoga kalian mau mendengarkannya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeffa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18. Masa lalu Fenrir

Matahari semakin terik walaupun pohon menjulang tinggi menutupi. membuat udara disekitarnya menjadi lebih sejuk. Elise berbincang banyak dengan Rein dan Luca perihal membawa slime lainnya. Tapi mereka tetap tidak mengijinkan. Membuat Elise terpaksa mengiyakan. Toh tidak ada kepentingan yang lainnya. Dia bisa kapan saja membawa mereka karena sudah tahu tempat dimana mereka berada. Elise melihat Tama yang terlihat membaik. Warna birunya kembali. Tidak lagi pucat seperti sebelumnya.

"Taaamaa, akhilnya kamu lebih baik. Makanlah yang banyak." Ucap Elise berlarian menghampiri Tama setelah menyingkirkan slime yang didekatnya. Elise memeluk erat Tama dengan senang.

Baiklah, Sekarang ayo kita bawa herba itu pulang. Untuk jaga-jaga." Luca merenggangkan tubuhnya. Rasanya duduk terlalu lama membuat tubuhnya pegal.

"Baiklah." Jawab Rein membiarkan Elise sibuk dengan Tama sejenak. Bibirnya tersenyum kecil melihat Elise yang sudah tidak sedih lagi.

"Aku senang sekali akhilnya kamu makan dengan baik." kata Elise senang.

"Awalnya ku kila Tama monstel pemakan segalanya, telnyata tidak. Semua sayur mayur dan daging tidak dimakannya. Satu satunya yang disukainya hanyalah herba ini dan potion." Elise berbicara kepada Luca meminta penjelasan.

"Entahlah. Dibuku panduan monster dikatakan begitu. Tapi mungkin karena Dia di tingkat raja makanya perlakuannya mungkin berbeda. Perlukah kita menanamnya diladang?" Tanya Luca memberi ide.

"Itu ide bagus karena kita tidak tahu kapan kita akan bisa kesini lagi." Ucap Rein menambahkan.

"Baiklah mari kita ambil bibitnya juga." Luca setuju. Luca senang jika terkait perkebunan.

"Yang mana ?" Tanya Elise bingung.

"Haduh." Ucap Luca menepuk jidatnya gemas menatapku. "Lihat, bunga-bunga biru itu mengandung biji di putiknya. Itu yang akan kita ambil." Sambung Luca menjelaskan.

"Lagipula rasanya stok herba akan aman karena entah kenapa rasanya sepertinya sebidang tanah ini ditumbuhi tanaman herba." Ucap Rein menunjuk sebidang tanah berukuran 2x15 meter yang dipenuhi oleh herba.

"Yah walaupun akan memakan banyak waktu untuk mengeljakannya. Sepelti mencabut dan memilah bibitnya." Keluh elise malas dan anehnya seperti memahami kalimatnya barusan. Tama awalnya bergerak dengan lambat menuju herba dan mulai mengkonsumsinya.

"Hei, jangan bilang kamu akan memakannya semua?" Ucap Luca panik.

"Tidak mungkin. Ayo bergegas mencabutnya terlebih dahulu sebelum keduluan Tama." Ucap Rein memberikan perintah. Membuat Elise bergegas mengejar Tama tetapi Tama terlihat memuntahkan sesuatu.

"Eh, Tama terlihat aneh." Tunjuk Luca membuat kami berhenti.

"Tama, ada apa?" Ucap Elise khawatir mendekatinya. Luca menatap muntahan Tama dengan seksama.

"Bukankah ini biji herba itu?" Tunjuk Luca membuka bungkusan muntahan Tama yang berwarna biru transparan tetapi teksturnya lunak seperti kertas basah. Terlihat sejumlah biji seukuran biji apel didalamnya.

"Jadi Tama bisa melakukan ini. Baguslah. Ini menghemat waktu." Ucap Rein singkat. Tama terlihat bergoyang senang karena dipuji. Elise masih memeluk Tama karena khawatir

"Terima kasih" bisik Elise pelan dan tersenyum memeluknya. Tama menatap Elise dengan mata berbinar.

"Piii" ucapnya.

"Sepertinya dia sudah sehat.." Ucap Luca ikut bahagia.

"Syukurlah." sahur Rein. Elise memeluk Tama semakin erat. Bahagianya. Elise bahkan tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata.

"Ayo bergegas. Kita tidak boleh membuang waktu. Mari kita bagi tugas." Ucap Rein membuyarkan kebahagiaanku membuat Elise cemberut.

"Penglusuh. Dasar." Cibir Elise kesal.

"Ayolah Elise kita tidak punya waktu. Sebelum langit menjadi sore kita harus sudah di panti atau akan ketahuan." Jelas Rein.

"Baiklah." Elise mengalah. Melepaskan Tama yang mulai melahap dan memuntahkan biji herba.

"Luca dan Elise Disini memilah bibit herba. Aku akan melihat ke sekitar sebentar. Jangan kemana-mana. Karena aku tidak akan lama." Ucap Rein memberikan perintah.

"Siap." Ucap Elise dan Luca bersamaan. Rein meninggalkan kantungnya agar mereka bisa langsung memasukannya kedalam kantong. Agar menghemat waktu. Maka jadilah mereka disini memilah biji herba dan dimasukan kedalam kantong sementara Rein sudah melesat pergi menjauh.

...****...

Dalam diam sepasang mata miliknya mengawasi anak-anak kecil itu dari kejauhan. Membuat serigala kelaparan itu segera berlari saat melihat sesosok anak dengan pakaian perempuan berambut abu-abu dengan mata birunya diantara ketiga anak lainnya yang sedang memperhatikan kumpulan slime itu.

Perkenalkan, Namanya adalah Fenrir. Dirinya yang setengah dewa selalu merasa tidak ada makhluk lain didunia ini yang bisa menandingi kekuatannya selain dewa. Jika saja dirinya tidak dengan bodohnya melakukan perjanjian dengan seseorang pahlawan 100 tahun yang lalu demi melepaskan jerat dari pita sialan itu. Untung saja setelah Pahlawan itu mati dirinya bisa berkelana hingga tiba dihutan ini. Dan selama itu juga Fenrir berhasil lolos dari para keturunan bodoh pahlawan itu yang menganggap dirinya hanya sebuah mitos.

Mereka tidak tahu jika perjanjian kontrak dengannya adalah seumur hidup Fenrir harus mengabdikan dirinya kepada keturunan asli kepala keluarga itu. Sehingga orang yang menaklukannya berati sama saja akan diakui sebagai kepala keluarga pahlawan itu. Fenrir terkekeh mengingatnya. Manusia-manusia bodoh itu bertarung dan menjatuhkan satu sama lain demi tahta yang bahkan tidak bisa menjeratnya sebagai bukti kelayakan kepala keluarga.

"Kenapa kau tertawa." tanya manusia itu mengangetkan Fenrir. Dirinya yakin jika dia telah menghilangkan jejaknya.

"Hei manusia!! Berani sekali Kau—" kalimatnya terpotong melihat manusia yang dihindarinya.

"Kau mencari ini?" tanya manusia itu dengan sombongnya mengeluarkan Pita perak dari dalam sakunya. Tubuh Fenrir gemetar ketakutan.

"Tidak, kumohon jangan." Fenrir berguling-guling seperti anjing ditanah ketakutan.

"Sudah kukatakan jangan menampakkan wujudmu lagi di depanku terakhir kali. Tapi kau bebal juga." manusia itu tersenyum sinis. Aura membunuhnya menakutkan.

"Aku tidak sengaja. Sungguh. Aku lapar." Fenrir terpaksa berlutut dihadapannya.

"Lalu kau akan memakan mereka jika tidak ada aku? Hah!!" Manusia itu menepuk kepala Fenrir dengan kasar.

"Iya eh tidak. Tentu tidak." Fenrir sangat ketakutan. Dirinya tidak tahu jika manusia itu masih belum tahu keseluruhan ceritanya. Hanya sebagian dan sisanya menebak.

" Jawab yang benar! Atau aku akan memasang lagi pita ini di lehermu hingga kau mati kesakitan tanpa bisa melepasnya seumur hidupmu!!" ancamnya dengan aura membunuh yang kuat.

"Tentu saya tidak berani. Tuan**ku." tubuh Fenrir seperti dicengkeram oleh sesuatu jika dirinya tidak menuruti perintah manusia itu yang merupakan keturunan Pahlawan.

Itulah konsekuensinya dari orang yang merupakan keturunan Pahlawan dan memegang pita perak ditangannya. Juga membuktikan bahwa ada darah pahlawan didalam tubuhnya. Jika manusia selain keturunan Pahlawan maka tubuhnya tidak aja kuat menanggung beban dari perjanjian itu. Karena bagaimanapun fenrir adalah monster setengah dewa. Setidaknya manusia yang menggenggam erat tali kekangnya haruslah setara dengan dewa. Pahlawan itu sendirilah inkarnasi atau avatar dari dewa. Untuk menyelamatkan manusia dari kepunahan.

"Baiklah. Segera pergi." usir manusia itu marah.

"Tidak, tolong jangan usir saya. Jadikan saya sebagai pendamping. saya akan berguna bagi tuanku." Fenrir tidak lagi ingin bersembunyi jika dirinya sudah tahu pita itu berada ditangan manusia didepannya. Dirinya harus berada didekatnya atau dirinya akan menjadi menggila kembali seperti orang bodoh saat bulan purnama. Fenrir tidak mau disamakan oleh monster lainnya karena dirinya adalah monster dengan darah dewa mengalir ditubuhnya.

"Aku tidak butuh." manusia itu melangkah pergi meninggalkan Fenrir yang berdiri mematung. Harga dirinya tercoreng. Sungguh. Jika dia bukanlah keturunan Pahlawan itu maka sudah sejak tadi dia akan menerkamnya dan memakannya. Menyebalkan tapi dirinya terpaksa menundukkan kepalanya dengan patuh. Fenrir mengejar manusia itu dengan mengibaskan ekornya.

"Tuanku tunggu." Fenrir mengikuti manusia itu dari belakang hingga kedalam hutan.

1
Miawchan
authooor semoga sehat selaluuuuu biar bisa update tepat waktuuuu ..
One More: terima kasih kak atas komentar dan dukungannya kak
total 1 replies
Miawchan
Aku sukaaaaa ... plis jadiin komik ini seru bangettt
aku tiga
Semangat Thor..
aku tiga
Semangat authooor... ditunggu update selanjutnya..
One More: terima kasih kak.. atas dukungannya/Angry//Angry//Angry/
total 1 replies
Bianca Garcia Torres
Mantap banget ceritanya!
One More: 😍😍😍 terima kasih komentar dan dukungannya...
total 1 replies
PR0_GGRAM3D
Menegangkan tapi juga romantis, pertahankan kualitasnya!
One More: terima kasih komentar dan dukungannya.. 😍😍😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!