NovelToon NovelToon
Terjebak Permainan Tuan Galak

Terjebak Permainan Tuan Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:260.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kopii Hitam

Saran author, sebelum membaca novel ini sebaiknya baca dulu "Gadis Bayaran Tuan Duren" ya kak. Biar ceritanya nyambung.

Novel ini menceritakan tentang kehidupan putra dari Arhan Airlangga dan Aina Cecilia yaitu King Aksa Airlangga dan keempat adiknya.

Sejak tamat SMP, Aksa melanjutkan studinya di Korea karena satu kesalahan yang sudah dia lakukan. Di sana dia tinggal bersama Opa dan Oma nya. Sambil menyelesaikan kuliahnya, Aksa sempat membantu Airlangga mengurusi perusahaan mereka yang ada di sana.

Tak disangka sebelum dia kembali, sesuatu terjadi pada adiknya hingga menyebabkan sebuah perselisihan yang akhirnya membuat mereka berdua terjebak diantara perasaan yang seharusnya tidak ada.

Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?

Jangan lupa dukungannya ya kak!
Semoga cerita ini berkenan di hati kakak semua.
Lope lope taroroh untuk kalian semua 😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TPTG BAB 7.

Saat Rai tiba di halaman, dia mendapati Aksa yang tengah berbicara dengan Pak Anang. Entah apa yang mereka bicarakan Rai sendiri juga tidak tau.

"Oke Pak, makasih." Setelah mengatakan itu, Aksa berjalan menghampiri Rai.

"Bawa mobilnya!" titah Aksa sambil melemparkan kunci mobil ke tangan Rai.

Rai dengan sigap menyambutnya. "Mau kemana?" tanya Rai dengan kening mengkerut.

"Mau nyari kucing liar," jawab Aksa asal, lalu masuk ke dalam mobil.

"Kucing liar?" Rai mengerutkan keningnya sambil mengangkat bahu, lalu dia ikut masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku kemudi. "Dimana kucing liarnya?" tanya Rai dalam mode seriusnya.

"Jalan angkasa no 27," ucap Aksa. Dia kemudian merebahkan sandaran bangkunya ke belakang, lalu merebahkan diri.

Rai menggertakkan giginya saat melihat kelakuan Aksa yang menjengkelkan. Aksa enak-enakan berbaring sementara dirinya disuruh mencari alamat yang dia sendiri tidak tau dimana.

"Kalau kau tidur, kapan kita bisa sampai di alamat itu? Aku sama sekali tidak tau tempatnya, kau pikir ini Seoul?" ketus Rai dengan tatapan kesal.

"Dasar bodoh, cari di google!" ketus Aksa sambil memejamkan matanya.

"Kau yang bodoh, tanganku cuma dua. Kalau aku pegang hp, lalu stir nya dipegang pakai apa?" Rai mengeratkan rahangnya. Jika saja dia punya taring, ingin sekali dia menggigit Aksa dan menghisap darahnya sampai habis.

Aksa membuka matanya dan menatap Rai dengan tatapan mematikan. "Jalan saja cepat, nanti aku kasih tau jalannya!"

Terpaksa Aksa meluruskan sandaran bangkunya kembali. Sayang sekali mobil semewah itu tidak memiliki holder hp di dalamnya. Lagian siapa suruh dia memakai mobil yang biasa dipakai Pak Anang? Padahal mobil lainnya masih banyak berjejer di garasi.

Setelah Rai melajukan mobilnya, Aksa menuntunnya menuju jalan angkasa yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Hanya butuh waktu sepuluh menit saja untuk sampai di sana.

"Itu dia, rumah nomor 27." ucap Rai sambil membuka kaca jendela dan menoleh ke sebuah rumah yang cukup sederhana.

"Tunggu di sini!" Aksa turun sendirian dan berjalan mendekati pintu rumah. Baru saja dia ingin mengetuk pintu, seseorang sudah lebih dulu muncul di hadapannya.

"Anda siapa?" tanya gadis itu sambil menautkan alisnya.

"Apa kau yang bernama Riska?" tanya Aksa yang langsung saja pada intinya.

"Iya, ada apa ya?" Lagi-lagi Riska menautkan alisnya, dia bingung karena tak mengenal pria itu sebelumnya.

"Kau tidak perlu tau siapa aku. Aku ke sini untuk mencari tau keberadaan Inara, dimana dia?" tanya Aksa dengan tatapan tajam menuntut kejujuran.

"Aku tidak tau," jawab Riska gugup, dia berusaha menghindar dan segera menutup pintu tapi Aksa dengan sigap menahan pintu itu dengan kakinya.

"Jangan main-main denganku kalau kau masih ingin bernafas besok pagi!" ancam Aksa dengan tatapan membunuhnya.

"Aku tidak tau, jangan ganggu aku!" Riska berusaha mendorong pintu, tapi kekuatannya tak sebanding dengan Aksa. Sekali dorong saja, tubuh Riska sudah terpental dibuatnya.

"Satu kesempatan lagi, itupun kalau kau masih ingin hidup." Aksa menggerakkan tangannya ke belakang lalu mengeluarkan senpi dan menodongkannya ke arah Riska. "Mau bagian yang mana dulu? Kepala, dada, perut, atau kaki?" tawar Aksa sambil tersenyum sumringah.

"Jangan, aku mohon!" Riska menyatukan kedua telapak tangannya memohon agar Aksa tidak menembaknya.

"Pilihan ada di tanganmu." Aksa kembali tersenyum tanpa rasa bersalah sedikit pun.

"Satu..."

"Dua..."

"Ti-..."

"Iya iya, akan ku katakan. Tolong simpan dulu senjata itu!"

Tidak ada pilihan lain lagi, mau tidak mau Riska terpaksa mengatakan keberadaan Inara kepada pria yang tidak dia kenal itu. Tidak hanya mengatakan dimana Inara berada, Riska juga terpaksa menyebutkan nama rumah sakit tempat Inara magang dan memberikan nomor ponsel Inara yang baru kepada pria itu.

"Anak pintar, sekarang masuklah ke dalam dan jangan lupa kunci pintunya!" Aksa menyimpan senpi nya kembali, lalu meninggalkan rumah itu dengan senyum penuh kemenangan.

Kemudian Aksa melangkahkan kakinya menuju mobil sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Setelah duduk di bangkunya, Aksa menyalakan ponselnya.

"Bagaimana? Apa kucing liarnya ada?" tanya Rai yang masih fokus dalam mode seriusnya.

"Tidak ada, sekarang antar aku ke bandara!" perintah Aksa sambil terus menggeser layar ponselnya.

"Bandara lagi?" Rai mengerutkan keningnya. "Memangnya mau kemana lagi? Kita baru sampai, apa kau tidak lelah?" keluh Rai yang sebenarnya sudah sangat lelah dan butuh waktu untuk istirahat.

"Kali ini aku akan pergi sendirian. Setelah mengantarku, kau boleh pulang dan istirahat sampai aku kembali." jelas Aksa.

Mendengar itu, tentu saja Rai sangat bersemangat dibuatnya. Sudah hampir tiga tahun dia ikut dengan Aksa tapi tak sekali pun dia diberi kesempatan untuk istirahat. Kali ini dia akan memanfaatkan waktunya untuk pulang ke rumah keluarganya yang ada di Semarang.

Rai menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu, lalu memasuki jalan raya. Hanya dalam waktu seperempat jam saja mobil mewah itu sudah berhenti di depan bandara.

"Turunkan koperku!" Aksa turun lebih dulu dan berdiri di depan mobil sambil memakai kacamata hitamnya. "Bawa saja mobil ini bersamamu, saat aku kembali kau sudah harus ada di sini!" imbuh Aksa, lalu mengambil alih kopernya dari tangan Rai dan berjalan memasuki bandara.

"Pergilah, bila perlu agak lama. Aku ingin bebas untuk sementara waktu," teriak Rai yang begitu bahagia lepas dari cengkraman Aksa.

Aksa berbalik dan mengepalkan tinjunya ke arah Rai, Rai yang melihat itu hanya bisa tersenyum dan menghela nafas lega. Lalu Rai pun pergi melajukan mobilnya menuju kota Semarang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tepat pukul delapan malam, pesawat yang Aksa tumpangi sudah mendarat di Bandara Internasional Minangkabau. Berbeda dengan Inara waktu itu, Aksa justru merental satu mobil untuk dirinya sendiri. Dia tidak suka duduk berdesak-desakan dengan orang lain apalagi orang yang tidak dia kenal sama sekali.

Sesampainya di kota Bukittinggi, Aksa meminta sang sopir menurunkannya di novotel. Sebuah hotel yang berada di tengah kota dan sangat dekat dengan ikon kota tersebut yaitu Jam Gadang.

Mengingat hari yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam, Aksa segera membersihkan diri dan memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu sebelum melakukan pencariannya esok hari.

Namun sayangnya mata Aksa sangat sulit di pejamkan meski sebenarnya dia sudah sangat lelah. Dia menyalakan ponselnya dan membuka video itu, tiba-tiba saja otaknya kembali eror saat menyaksikan kelincahan Inara ketika mencumbui dirinya malam itu.

Ini benar-benar aneh, tak disangka kejadian itu membekas begitu dalam di hati Aksa. Dia tidak bisa seperti ini, dia berusaha meredam perasaan yang berkecamuk di hatinya namun rasanya begitu sulit.

Dia sadar bahwa dirinya tidak boleh menyukai Inara. Inara adalah adiknya dan sampai kapan pun akan tetap menjadi adiknya.

Setelah berusaha meyakinkan dirinya sendiri, Aksa akhirnya tertidur sambil memegangi ponselnya yang masih menyala.

Bersambung...

1
Anita Choirun Nisa
keren thor
Adila Ahmad
bgus
Aurora
Luar biasa
Ruk Mini
happy.. happy... seneng..bgt
Kopii Hitam: setia maksudnya 😄
Kopii Hitam: halo kk, maacinaaa udah setiap baca novel receh aku. Maaf kalau ado kurang2 ya kk, maklum masih pemula 🙏
total 2 replies
Ruk Mini
bisac.bunting madal ye thorrr..😆😆😆kau adil thorr
Ruk Mini
happy..smua...
Ruk Mini
Alhamdulillah..slamat ya mamud
Ruk Mini
heran ye pd gede ambek ... hadeuhhhh
Ruk Mini
dih..ko gtu sehh
Ruk Mini
kesian kau sar. sabar y nenk
Ruk Mini
roman .roman ye inara hamidun ye thorrr
Ruk Mini
sabar.. sabar...
Ruk Mini
dih...pake drama..sih dh tau ade bom..bank..bank...cari penyakit aje
Ruk Mini
tamat kau ciwi 😖😖😖
Ruk Mini
tuntas ye bank...smoga awet.ampe loucing debay y
Ruk Mini
ga ada kapok-kapok y ye
Ruk Mini
ky bocah..lo pa ..pa .
Ruk Mini
krjam kau bank ak..ngerjain org tua
Ruk Mini
bank baron ..kau ga enak y sm Boss mu .. sabar.. sabar..
Ruk Mini
ulu...ulu .babank ar. bisa ae
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!