NovelToon NovelToon
STRANGE MERCHANT

STRANGE MERCHANT

Status: sedang berlangsung
Genre:Bepergian untuk menjadi kaya / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain / Menjadi Pengusaha / Toko Interdimensi
Popularitas:15.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kata Pandu

Menjadi pedagang antar dua dunia? Apakah itu memungkinkan?

Setelah kepergian kakeknya, Sagara mewarisi sebuah rumah mewah tiga lantai yang dikelilingi halaman luas. Awalnya, Sagara berencana menjual rumah itu agar dapat membeli tempat tinggal yang lebih kecil dan memanfaatkan sisa uangnya untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, saat seorang calon pembeli datang, Sagara tiba-tiba mengurungkan niatnya. Sebab, dia telah menemukan sesuatu yang mengejutkan di belakang rumah tersebut, sesuatu yang mengubah pandangannya sepenuhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kata Pandu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24 : Menyelinap Di Malam Hari

Malam telah sepenuhnya menyelimuti Kediaman Adyatama. Cahaya bulan hanya menyusup lewat celah-celah jendela, memberikan kesan seluruh rumah dengan nuansa tenang namun penuh misteri. Sagara duduk di tepi ranjangnya, matanya menatap karung besar yang tergeletak di pojok kamar. Dia baru saja selesai menyantap makan malam ditemani para pelayan, sebuah rutinitas yang kini mulai terasa akrab baginya. Namun, malam ini terlihat berbeda. Ada kegelisahan yang tak dapat ia singkirkan.

Matanya memandangi karung besar itu, penuh dengan barang-barang yang telah dia persiapkan selama beberapa hari terakhir. Barang-barang modern, beberapa berdasarkan rekomendasi dari Fransiskus, sisanya hasil spekulasinya sendiri. Kini, ia menyadari bahwa semangatnya telah membuatnya sedikit berlebihan.

"Bagaimana bisa aku begitu terbawa suasana?" gumamnya pelan sambil tersenyum kecut. "Baru membawanya ke kamar tadi saja, rasanya hampir tidak sanggup. Terlalu berat."

Sagara kembali memeriksa barang-barang dagangannya itu, memastikan bahwa semuanya sudah siap untuk perjalanan malam ini. Tak ada yang terlewat, semuanya sudah disusun dengan rapi. Meski begitu, hatinya tetap tak tenang. Malam semakin larut, dan ia tahu bahwa saatnya semakin dekat. Ia harus bergerak saat semua orang sudah terlelap, ketika tidak ada satu pun yang berkeliaran.

Ketika jarum jam telah menunjukkan lewat tengah malam, suasana di Kediaman Adyatama menjadi sunyi senyap. Hanya suara angin malam yang sesekali berdesir melewati dedaunan di luar. Sagara berdiri dari tempat duduknya, menyelimuti dirinya dengan jubah gelap, dan mulai mengangkat karung besar itu ke punggungnya. Sedikit oleng, ia berusaha menyeimbangkan diri, sebelum melangkah keluar dari kamar dengan hati-hati.

Di lorong, ia melangkah tanpa suara, melewati kamar-kamar yang tertutup rapat. Tidak ada pekerja yang berkeliaran malam itu. Mereka semua sudah tertidur. Sagara merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang, campuran antara gugup dan antisipasi. Dengan karung di punggungnya, ia menuju rumah tua di belakang mansion utama. Sebuah tempat yang tak bisa dilihat oleh siapa pun kecuali dirinya.

Sagara menatap rumah tua itu dari kejauhan. Bangunan itu berdiri megah namun suram, tampak seperti rumah tua biasa bagi siapa saja yang tak tahu rahasianya. Namun, bagi Sagara, rumah itu adalah pintu gerbang menuju dunia lain. Dunia sihir. Ia masih takjub memikirkan bagaimana rumah itu bisa tersembunyi dari mata orang lain. Fransiskus adalah pengecualian, dia bisa menemukannya karena selalu bersama sang pewaris yang terpilih, dia juga memiliki latar belakang seorang penyintas dari dunia lain dan sudah lama mengabdi pada keluarga sejak masih mengikuti Miles, sang kakek.

"Apakah ini hasil dari sihir?" pikirnya dalam hati. "Atau mungkin sesuatu rahasia yang lebih besar, lebih dalam, dan lebih maha kuasa dari suatu entitas yang mengatur dunia ini." Sagara bertanya-tanya tentang asal usul dari bangunan tua itu, serta portal cahaya yang ada di dalamnya.

Langkah-langkahnya semakin berat ketika ia mendekati pintu rumah tua itu. Ada sesuatu yang membuatnya gugup, sebuah perasaan tak nyaman yang menghantui pikirannya. Dia teringat kejadian selepas meninggalnya sang kakek, ketika lompatan waktu lima tahun terjadi di dunia sihir. Bagaimana jika itu terjadi lagi? Bagaimana jika ia datang ke sana, dan mendapati segalanya telah berubah? Mungkin keluarga Morgans tak lagi ada di sana. Atau lebih buruk, waktu sudah berjalan begitu jauh, dan orang-orang yang dia kenal sudah tidak ada lagi yang tersisa, semua sudah terkubur dalam pusaran waktu.

Sagara berhenti di depan pintu, menarik napas panjang untuk menenangkan dirinya. Pikirannya berputar, tapi ia tahu bahwa ia tak punya pilihan selain melanjutkan. Keberanian yang terhimpun dalam hatinya membuatnya akhirnya mendorong pintu itu terbuka.

Pintu bangunan tua itu pun terbuka dengan pelan, memancarkan cahaya lembut dari dalam. Sebuah retakan portal bercahaya memancar di tengah tembok ruangan, seperti sebuah cermin besar bercahaya yang menunggu untuk disentuh. Tanpa berpikir panjang, Sagara melangkah masuk, tubuhnya menyelinap ke dalam portal.

Seketika, suasana di sekelilingnya ikut berubah. Udara dingin menyergap tubuhnya, membawa serta aroma asing yang tidak ada di dunia modern. Di seberang portal, Sagara mendapati dirinya berdiri di bagian terdalam ruangan rahasia kediaman keluarga Morgans, sebuah tempat yang tampak seperti tak tersentuh oleh tangan. Lorong gelap membentang di hadapannya, sebuah jalur yang harus ia tempuh sebelum akhirnya mencapai tujuan.

Sagara menyalakan senter yang ia bawa, sorotan cahaya menerobos kegelapan. Ia melangkah dengan hati-hati, merasa berat karena karung di punggungnya, tetapi ia terus maju. Keringat mulai mengalir di dahinya, meski udara dingin menusuk kulitnya.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya Sagara tiba di ujung lorong. Di hadapannya ada sebuah pintu tua, berukir ornamen kuno yang misterius. Dengan satu tarikan napas panjang, ia mendorong pintu itu untuk membukanya.

Sesaat setelah pintu terbuka, di sana berdiri Fransiskus, pria tua yang setia menemani Miles dan kini Sagara, dalam segala perjalanan bisnisnya. Senyum kecil muncul di wajah Fransiskus ketika melihat Sagara.

"Selamat datang kembali, Tuan Muda," kata Fransiskus dengan hormat, sambil membungkuk sedikit. "Saya sudah menanti kedatangan Anda."

Sagara, yang masih terengah-engah, segera menghampiri Fransiskus. "Fransiskus, berapa lama aku pergi? Bagaimana keadaan keluarga Morgans? Apakah semuanya baik-baik saja?" tanyanya dengan nada cemas, serentetan pertanyaan keluar dari mulutnya tanpa jeda.

Fransiskus tersenyum tenang, mengangkat tangannya seolah memberi isyarat agar Sagara tenang. "Tuan Muda, tak perlu khawatir. Hanya beberapa saat berlalu sejak Anda meninggalkan dunia ini. Segala sesuatu masih seperti sebelumnya. Waktu di dunia ini tak bergerak selama Anda melakukan perjalanan."

Mendengar penjelasan itu, Sagara menghela napas lega. Rasa khawatir yang sejak tadi membebani pikirannya perlahan-lahan mulai menghilang. "Jadi, selama aku pergi, waktu benar-benar tak berjalan di sini?"

"Benar, Tuan Muda," jawab Fransiskus, suaranya lembut namun penuh keyakinan. "Anda bisa merasa tenang. Segalanya masih sama seperti sebelum Anda pergi."

Sagara mengangguk, lalu duduk di kursi terdekat untuk menyeka keringat di dahinya. Beratnya karung di punggungnya membuat bahunya pegal, tapi setidaknya sekarang ia merasa lebih ringan secara mental. Ia menatap Fransiskus dengan senyum kecil di bibirnya.

"Fransiskus, mungkin aku akan merepotkanmu lagi dalam hal ini. Aku membawa banyak barang," katanya sambil menunjuk karung besar di sebelahnya. "Bantu saya mengurus semua barang-barang ini untuk diperdagangkan."

Fransiskus memandang karung itu, lalu tersenyum kecil, berusaha menahan tawa. "Tuan Muda benar-benar membawa banyak sekali barang. Baiklah, saya akan segera mempersiapkannya.

Dengan hati-hati, Fransiskus mengambil alih karung besar itu tanpa bersusah payah. Sagara merasa beban di pundaknya akhirnya terlepas. Sesaat, ruangan itu dipenuhi kehangatan yang aneh, sesuatu yang selama ini telah lama hilang dalam hidup Sagara. Sebuah keluarga, tempat di mana dirinya pulang.

1
black_mask
penting ceritane dirampungke thor, ojo kyo le dsik"
Mohakbar
cerita enak di dengar, setiap kalimat mudah di pahami, rekomen baget!
Abu Nipah
Lumayan
yatarasa
...
Kai🍁
harapannya kali ini ceritanya dapat diselesaikan dengan baik dan pembaca terpuaskan.
Violet Ros
Mungkin ini udah lama sejak terakhir kali gue baca novel lu yang necromancer itu. Tapi novel lu masih bagus aja bg, tapi rasa rasanya teksnya pada kepanjangan.
Violet Ros: wkwk iyaa cuman gak konsisten
Kai🍁: iya baru balik nulis lagi, akunmu juga rajin sekali nulis.
total 2 replies
Sato
ceritanya selesain ya, semoga ga ngagantung.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!