Pertemuan tanpa sengaja menjadi bibit cinta tumbuh dibumbui oleh perjalanan karakter yang penuh rintangan serta persahabatan antar karakter yang membuat kisah mereka lebih berwarna
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gabijh1799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
Gracia memberikan piring dan gelas bekasnya ke Okta dan Okta langsung membawanya ke wastafel di dapurnya, soalnya disana sudah ada Abinya yang menunggu masakan dari bibinya itu. Sontak Okta langsung buru-buru menaruhkan bekas alat makan Gracia namun dia dipergoki oleh Salim.
"Kamu habis ngapain ta?" Tanya Salim melihat Okta seperti terburu-buru
"E... Makan bi" jawab Okta yang gugup
"Lahh kan bibi lagi masak, kamu makan sama apa?" Tanya Salim yang bingung dengan jawaban Okta
"Tadi Okta udah masak buat sendiri" jawab Okta yang benar adanya namun bukan dia yang memakannya namun Gracia
"Ohh gitu ya udah sini Abi mau ngomong sama kamu" pinta Salim sambil menepuk kursi disebelahnya
"Iya Bi tapi sebentar ya"
"Mau kemana lagi kamu hm?" Tanya Salim yang semakin curiga dengan gerak-gerik Okta
"Sebentar kok bi" jawab Okta
"Ya udah cepetan"
Okta langsung mengambil langkah cepat untuk mengambil laptopnya yang ada di kamarnya di lantai dua dan setelah itu menuju dapurnya lagi untuk memenuhi permintaannya Abinya.
"Ngapain kamu bawa laptop kesini?" Tanya Salim yang melihat Okta membawa laptop
"Gpp bi aku mau ngecek laporan harian" jawab Okta menaruhkan laptopnya di meja namun tidak membukanya
"Ohh ya sudah, Abi mau ngomong gimana usaha barunya kamu?" Tanya Salim tentang usaha Okta
"Alhamdulillah lancar Bi sekarang bisa ditinggal sama ada orang kepercayaan Okta" jawab Okta dengan mantap bahwa dirinya bisa
"Jangan terlalu percaya sama dia nanti kamu tau akibatnya" nasihat Salim pada Okta
"Iya Bi Okta selalu hati-hati dan Okta sering baca laporan harian" Okta menerima nasihat itu
"Bagus kalo gitu, oh iya Abi mau ngasih tau itu kakak kamu sebenarnya ada masalah sama suaminya nanti kamu ajak ngobrol ya" ucap Salim sambil menepuk pundak Okta
"Kenapa bi kok Okta baru tau?" Tanya Okta yang baru mendengar keadaan kakaknya
"Abi juga ngga tau, kemaren mereka habis berantem gitu coba kamu ajak ngobrol yah kan kamu yang Deket sama dia barangkali dia mau cerita sama kamu" Salim menjelaskan tentang masalah yang sedang ditimpakan oleh kakak Okta itu
"Iya Bi nanti Okta usahakan" Okta menganggukkan kepalanya
"Ok kalo gitu sana lanjutin baca laporannya, Abi jadi tambah penasaran sama usahanya kamu sekarang" Salim mengijinkan Okta pergi
"Iya Bi" ucap Okta sambil berdiri dan menenteng kembali laptopnya
"Ehh kamu mau kemana?" Tanya Salim menghentikan langkah Okta
"Mau baca laporan bi" jawab Okta
"Ngga disini aja?"
"Ngga bi Okta ngga bisa fokus, enak di halaman belakang"
"Ya sudah"
Okta meninggalkan Salim di ruang makan dan berpura-pura menuju halaman belakang dan sebenarnya kamar bibinya itu sejalan dengan jalan menuju halaman belakang jadi Okta beralasan seperti itu agar Abinya itu tidak mencurigainya. Setelah terlepas dari pengawasan Abinya, Okta langsung masuk ke kamar bibi ya memberikan laptopnya pada Gracia.
"Nih laptopnya" ucap Okta sambil memberikan laptopnya pada Gracia
"Iya" ketus Gracia
"Ketus banget sih"
"Lo yang bikin gw kesel"
"Iya ya maaf"
"Ini udah nyambung WiFi kan?" Tanya Gracia agar laptop itu tersambung WiFi dulu
"Udah kok" jawab Okta
"Ohh iya udah, bentar gw cek dulu laporan gw" ucap Gracia memulai mengoperasikan laptop Okta
"Iya gre, ketus banget sih"
"Diem Lo, udah bikin gw kayak gini" ketus Gracia sambil menatap tajam ke arah Okta
"Iya ya"
"Syukur deh ada semua, dah sana Lo gw mau fokus ngerjain laporan sama skripsi gw" ucap Gracia mengelus dadanya karena dia khawatir barangkali laporan yang dia tulis belum di-upload ke cloud
"Iya ya sampe ngusir gitu" Okta memasang wajah cemberutnya
"Ehh gw keluar nih" ancam Gracia
"Ehh jangan, iya ya gw keluar" akhirnya Okta mengalah
"Nah gitu dong"
Okta mengalah pada Gracia dan akhirnya keluar dari kamarnya, namun karena dia teringat beralasan ingin ke halaman belakang dirinya langsung menuju gazebo dekat kolam renang dan tiduran sebentar disana karena dia tidak tahu ingin melakukan apa untuk mengisi kekosongan waktunya.
*
Beberapa menit kemudian ada suara bel dari pintu utama rumah Okta, salim mendengar itu langsung menuju ke sana dan membukakan pintu itu dan ternyata itu adalah kakak dari Okta yaitu Hanna bin Salim atau biasa dipanggil Hanna dia kakak dan satu-satunya saudara kandung dari Okta.
Dia adalah pewaris perusahaan Salim karena Okta menolak jadi terpaksa Hanna menerimanya, namun setelah penerimaan hak warisnya keluarga kecil Hanna sedikit menimbulkan masalah karena suami dari Hanna yaitu Saktiawan Alexi Kamal adalah seorang direktur juga namun beda perusahaan.
Masalah itu timbul karena anak mereka yang jarang mereka awasi jadi mereka memperkerjakan seorang baby sitter, namun ada masalah juga dari baby sitter itu yaitu sering ijin dan juga melalaikan pekerjaannya.
Itu membuat mereka sering bertengkar, sebenarnya Hanna ingin anaknya di bawakan ke Okta namun Okta juga sedang sibuk membangun perusahaannya sendiri jadi mungkin tidak terurus. Untuk umi mereka, kebetulan umi mereka sudah meninggalkan mereka dari beberapa tahun lalu karena kanker yang di deritanya sudah sejak lama jadi mereka hidup sendiri-sendiri dan Salim juga hidup sendiri tidak ada istri yang menemani.
Kedatangan Hanna di rumah onta disambut hangat oleh Salim yang membukakan pintunya.
"Assalamu'alaikum bi" salam Hanna sambil menyalami Salim
"Walaikumsalam, anak Abi yang cantik dateng juga. Gimana perjalanannya?" Jawab Salim sambil memeluk anak pertamanya itu
"Alhamdulillah bi lancar, tadi aku ketemu sama temen dulu jadi agak lama kesini nya" jawab Hanna sambil melepaskan pelukannya
"Gpp kok Abi juga tadi istirahat dulu pas nyampe sini, ya udah masuk yuk itu bibi udah masakin kesukaannya kamu" ucap Salim mempersilahkan Hanna masuk
"Wih iya Bi baunya udah nyampe sini" ucap Hanna yang sedari tadi sudah mencium bau makanan yang sangat dia rindukan
"Ya udah yuk masuk udah mau Maghrib juga"
"Iya Bi"
Hanna masuk terlebih dahulu dan membawa barangnya kemudian disusul oleh Salim yang menutupkan pintu rumah dan menuju ke ruang makan.
"Assalamu'alaikum bi" ucap Hanna sambil menyalami bibinya
"Walaikumsalam salam ehh nona baru nyampe yah" bibinya menyalami Hanna
"Iya Bi, oh iya bibi bikin apa?" Tanya Hanna yang melihat masakan bibinya itu
"Bikin nasi liwet non kesukaan nona" jawab bibi sambil melanjutkan memasaknya
"Wih jadi kangen rasanya, ya udah saya tunggu ya bi"
"Iya non ini sebentar lagi selesai"
Hanna meninggalkan bibinya di dapur dan menuju ke ruang makan bersama Salim yang juga menunggu makanannya selesai di masak.
"Bi Okta mana?" Tanya Hanna dimana Okta sekarang
"Tuh tadi katanya lagi baca laporan di belakang" ucap Salim sambil memberi isyarat kakao Okta di halam belakang
"Ohh gitu yah, ya udah aku ke belakang dulu ya mau ketemu sama Okta" pamit Hanna
"Iya gpp nanti kalo udah jadi masakannya Abi panggil yah"
"Iya Bi"
Hanna langsung menuju ke halaman belakang di rumah Okta dan dia mendapati Okta sedang tiduran di gazebo dekat kolam renang, dia menghampirinya dan dia melihat Okta ternyata tertidur disana. Dia sengaja mengerjainya dengan membangunkan dengan menyiramnya dengan air kolam.
"Banjir... Banjir" teriak Hanna sambil mengetuk kayu di gazebo itu
"Dimana banjirnya? Itu diangkat semua" teriak Okta yang setengah sadar
"Apaan sih Lo rumah Lo kan dataran tinggi mana ada banjir hahaha" ucap Hanna sambil tertawa lepas melihat reaksi adiknya itu
"Kurang ajar Lo lagi tidur diganggu" ucap Okta sambil melempar bantal yang ada di gazebo itu
"Lo juga, kata Abi Lo lagi baca laporan" Hanna menerima lemparan bantal itu dan melemparkannya kembali ke Okta
"Udah tadi, baru nyampe Lo?" Tanya Okta yang meminta Hanna duduk disebelahnya
"Iya baru nih, tadi ketemu sama Rachel, Dena, sama Sisil" ucap Hanna sambil duduk di sebelah Okta
"Ohh gitu pantesan Lo lama"
"Iya sorry"
"Ohh iya katanya Lo ada masalah yah" ucap Okta yang to the point pada Hanna
"Loh kok tau?" Tanya Hanna yang kaget Okta yang tahu tentang masalahnya
"Tadi Abi cerita sama gw jadi gw mau denger langsung dari lo"
"Ohh gitu, gini ceritanya"
Hanna mulai menceritakan masalahnya dengan suaminya itu yang membuatnya kebingungan dan stress setelah menerima warisan itu dan anaknya yang baru lahir beberapa bulan lalu.
"Kalo Lo mau bawa anak Lo aja kesini" saran Okta
"Lah kan Lo ngurusin usahanya Lo" tolak Hanna karena takut akan mengganggu kerja adiknya
"Kan ada bibi bisa lah bantu dikit pas gw lagi berangkat"
"Bisa sih tapi gw ngga enak sama bibi, takut dia pengin pulang kampung" ucap Hanna yang tidak enak dengan bibinya juga
"Udah gpp nanti gw yang bilang bibi"
"Beneran?"
"Iya ah ngga percayaan banget sih"
"Gw percaya tapi gw takut nyusahin Lo"
"Astaghfirullah ini kakak kandung gw apa tiru sih, kalo Lo butuh apa-apa bilang aja gw bantu tentang aja" ucap Okta yang frustasi mendengar tolakan dari kakaknya itu
"Iya ta tapi ini kan beda urusannya"
"Udah gpp demi ponakan gw, gw bantu asalkan ada imbalannya" ucap Okta sambil memberi isyarat tentang bayarannya
"Halah katanya Lo mau bantu ponakan Lo malah minta imbalan" tolak Hanna yang tidak habis pikir dengan adiknya
"Hahaha bercanda ah, gitu aja marah. Tenang aja gw akan bantu Lo dan semoga keluarga Lo bisa balik lagi seperti semula" ucap Okta sambil terkekeh
"Aamiin, makasih ya ta"
"Sama-sama"
"Okta Hanna makanannya udah siap sama mau Maghrib yuk masuk" panggil Salim dari dalam
"Tuh Abi udah panggil masuk yuk" ajak Hanna
"Ya kak"
Akhirnya mereka masuk ke dalam karena waktu sudah memasuki waktu Maghrib dan juga malam hari.
*
Akhirnya mereka sudah melaksanakan sholat Maghrib dan Isya bersama dan makan malam juga, Okta terpikirkan untuk menuju ke kamar bibinya itu untuk mengajak Gracia pulang karena kakaknya dan Abinya sudah masuk ke dalam kamar mereka masing-masing.
"Gre" panggil Okta yang baru masuk ke dalam kamar bibinya
"Hm" ketus Gracia
"Kamu jadi pulang?" Tanya Okta untuk memastikan
"Jadi lah, udah aman?" Tanya Gracia
"Udah sih"
"Ya udah yuk"
"Tapi bentar, nanti kamu jalannya agak cepetan ya biar ngga ketauan"
"Iya ya ah, buruan nanti ketauan"
"Iya gre"
Mereka berdua keluar dari kamar dan menuju ke garasi, namun sialnya Okta dipanggil oleh Salim padahal dia sudah berada di kamarnya.
"Okta" panggil Salim
"Iya Bi?" Jawab Okta
"Kamu mau kemana?" Tanya Salim yang mendengar langkah kaki dari luar
"Aku mau ketemu temen sebentar bi" jawab Okta
"Udah malem gini, temen kamu yang mana?"
"Yang di perusahaan bi"
"Yakin?"
"Iya Bi"
"Ya udah hati-hati sama jangan malem-malem pulangnya"
"Iya Bi"
Setelah tidak mendengar lagi ucapan dari Salim, Okta langsung menghampiri bibinya yang ada di dapur sedang membersihkan bekas makan mereka.
"Bi" bisik Okta
"Iya tuan"
"Titip rumah sebentar ya"
"Iya tuan"
"Sama makasih juga kamarnya buat tempat dia sementara"
"Iya tuan sama-sama"
"Ya sudah saya pergi dulu sebentar yah"
"Iya tuan hati-hati yah"
"Iya Bi"
Okta akhirnya bisa keluar dari rumahnya dan menuju ke garasi dan disana Gracia sudah menunggunya disana.

"Lama banget" ucap Gracia yang sedari tadi menunggu Okta di mobil
"Tadi Lo ngga denger gw dipanggil" balas Okta
"Iya ya ah, buruan cepet"
"Sabar Napa sih ngebet amat" ucap Okta yang baru mematikan alarm mobilnya
"Lo juga lama banget"
"Iya sorry gw anter sampe rumah Lo deh ini"
"Beneran nih? Rumah gw jauh loh"
"Iya ini sebagai permintaan maaf gw ke Lo udah bikin Lo terseret kondisi kayak gini"
"Iya ya terserah Lo tapi Lo jangan kesel ya"
"Kesel kenapa?"
"Pokoknya Lo jangan kesel aja"
"Ya udah yuk masuk mobil"
"Iya"
Mereka masuk ke dalam mobil dan Okta langsung melajukan mobilnya ke rumah Gracia. Sudah 1 jam perjalanan mereka berdua belum kunjung sampai di rumah Gracia, Okta berpikiran dia sedang dijebak olehnya dan dia bertanya pada Gracia.

"Gre rumah Lo dimana sih kok belum nyampe?" Tanya Okta yang sedari tadi belum keluar dari jalan tol
"Ini bentar lagi kok" jawab Gracia
"Jauh banget kek nya, Lo ngga jebak gw kan?" Tanya Okta yang curiga
"Ngga lah ngapain" jawab Gracia dengan nada emosi
"Barangkali Lo mau balas dendam gara-gara tadi"
"Ngga lah gw udah cape ngapain balas dendam"
"Iya ya, tapi ini bentar lagi kan?"
"Iya itu nanti Lo keluar tol aja, Deket kok dari sana" ucap Gracia sambil menunjuk penanda jalan
"Bener nih"
"Bener lah"
"Rumah Lo dimana sih?" Tanya Okta yang ingin tau rumah Gracia
"Bekasi" jawab Gracia
"Hahh Bekasi?" Kaget Okta sambil sedikit berteriak
"Bisa ngga sih ngga usah teriak gitu" Gracia menutup telinganya
"Lo bilang di Bekasi?" Tanya Okta yang tidak percaya
"Iya kenapa, gw kan tadi sebelum berangkat bilang jangan kesel" jawab Gracia
"Iya tapi kenapa di Bekasi, bukannya Lo ada temen yah di Jakarta"
"Emang ada tapi gw mau pulang dulu"
"Ya Allah gre, untung kesabaran gw masih ada kalo ngga awas aja Lo" ancam Okta yang sudah mengepalkan tangannya
"Apa? Lo mau apa?" Gracia berbalik menantang Okta
"Ng...ngga ngga jadi" seketika itu nyali Okta menciut setelah melihat tatapan Gracia yang benar-benar tidak main-main
"Awas lo ye, kalo Lo macem-macem sama gw abis Lo" ucap Gracia sambil menunjuk kepalan tangannya
"Iya ya"
"Dah itu bentar lagi keluar tol"
"Hm"
Okta kembali memfokuskan diri untuk mengemudi dan mengikuti arahan dari Gracia, dan benar rumah Gracia tidak jauh dari pintu tol yang tadi dia arahkan bisa dibilang rumah komplek gitu.
"Ya udah gw turun dulu" ucap Gracia yang baru melepas sabuk pengamannya
"Ehh gre" panggil Okta sebelum Gracia turun
"Apa?" Tanya Gracia segera ingin turun dari mobil
"Lo kalo ada apa-apa hubungi gw ya" ucap Okta khawatir dengan Gracia karena dia sedang bersama Stefi
"Iya ya"
"Sama satu lagi"
"Apa lagi sih?"
"Sorry yah, Lo Kristen?" Tanya Okta yang mulai memasuki hal pribadi
"Iya gw protestan, kenapa?"
"Ehmmm gpp ya udah selamat istirahat ya"
"Iya Lo juga hati-hati"
Gracia turun dari mobil Okta dan masuk ke dalam rumahnya dan Okta masih di depan rumah Gracia.
"Ya Allah dia protestan lagi, kalo gw sama dia dia mau ngga yah?" Batin Okta yang baru mengetahui bahwa Gracia tidak seiman dengannya
"Aduhh kenapa gw kayak gini sih selalu aja kalo gw suka sama orang pasti beda ras kek atau beda agama" lanjut batin Okta sambil menggelengkan kepalanya
"Ya Allah semoga dia jodoh hamba dan bukakan hatinya untuk menerima Islam, aamiin" doa Okta
Akhirnya Okta meninggalkan rumah Gracia dan menuju kembali ke rumahnya, dan di kamar Gracia memperhatikan mobil Okta setelah dia masuk ke dalam kamarnya.
"Ya Tuhan kalo memang dia jodohku dekatkanlah dan semoga keluargaku dan keluarganya menerimanya" doa Gracia setelah melihat Okta sudah pergi dari rumahnya
Akhirnya Gracia juga bisa beristirahat dengan baik setelah dirinya dibuat tegang selama di rumah Okta.
***