Cinta pertama, sesuatu yang menurut orang tak bisa dilupakan dengan mudah, mungkin itu juga yang terjadi pada Alya.
-Kamu cinta pertamaku, ku harap aku dan kamu akan selalu menjadi KITA-
Alya khumaira.
Namun bagaimana jika Alya tau bahwa dirinya hanya menjadi bahan taruhan saja? Mampukah Alya melupakan segalanya?
Dan bagaimana jika suatu hari di masa depan ia bertemu kembali dengan cinta pertamanya?
Mampukah dia menghadapi Cinta sekaligus Kesakitannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasehat Ibu dan Drama
"Ya udah, Beib aku pergi dulu lanjutkan makannya, ya! nanti pulang sekolah aku anter kamu pulang, oh iya tadi aku nunggu di depan gerbang rumah kamu, tapi kamu gak keluar,ternyata sudah berangkat duluan" Faris mengusak rambut Alya, lalu pergi meninggalkan Alya yang masih terpana ditempatnya.
Ada apa dengannya? mengapa mendadak ia jadi tak enak hati, ia sudah berbohong tentang rumahnya pada Faris ,lalu Faris tadi pagi juga menjemputnya lalu bagaimana sekarang.. Alya mengigit bibirnya.
Benar kata Ibu,harus selalu jujur dan jangan pernah berbohong, tapi kan Alya baru kali ini berbohong, lalu kenapa rasanya begitu tak enak hati, ah.. memang tak baik berbohong.
Alya yang masih melamun begitu terkejut dengan bunyi keras tepat di depan wajahnya,
Brak..
Sampai-sampai air bakso di mangkuknya ikut terciprat 'Ah.. baksoku' keluhnya dalam hati.
Alya berjengit lalu melihat kearah Rani dan Anita yang melotot garang kearahnya.
"Heh, Lo gak tau diri banget sih, gak usah ganjen jadi Cewek.."
Nah kan bener ini yang di takutkan Alya, posisinya jadi seperti SanChai dibuly gara gara dekat dengan F4, di bilang gak pantes lah, gak sederajat lah..
"Maaf kak, maksudnya apa ya?" pura pura tak tau saja lah, meskipun dia tau apa maksud kakak kelas di depannya ini.
Alya pusing memikirkan gimana cara menghindar dari Faris nanti saat pulang sekolah, terus sekarang orang ini yang Alya yakini salah satu anggota fanbase nya F4 gadungan melabraknya.
"Alah, sok naif Lo, padahal Lo sendiri tau apa maksud Gue"
"Jangan berani Lo ganjen- ganjen sama Faris! Lo gak pantes sama Faris, mending Lo jauhin Faris dari pada nanti Lo bakal abis sama kita-kita"
Sumpah demi apa pun Alya ingin menjauh, bahkan dia sudah menghindar tapi tetap saja Faris mendekatinya, sampai datang ke kantin untuk menghampirinya, bukan salahnya kan, tapi seperti apapun di jelaskan juga tetap saja orang sepertinya di salahkan.
Alya melihat pada Salsa yang duduk santai namun tatapannya seolah mengintimidasi dirinya bahwa dia memang tak pantas dengan Faris, Salsa bahkan melihat Alya dengan tatapan meremehkan, Ah- iya Salsa kan cewek yang dekat dengan Faris pantes kali, dia marah.. dan mungkin Rani dan Anita sedang menjadi tamengnya saja.
Alya memang lemah lembut disaat orang bicara Lo,Gue dia tetap Istiqomah ngomong Aku,Kamu. pernah dia coba coba ngomong Lo,Gue pas SMP dia langsung di tegur Ibunya waktu ketahuan bicara Lo, Gue sama anak tetangganya, yang satu kelas dengannya.
"Ibu gak suka cara ngomong kamu, jangan ikut ikutan orang, kamu itu harus tau sopan, Ibu takut karena nanti kebiasaan, sama orang tua pun kamu kayak gitu.. itu gak baik Nak" dan akhirnya dia menurut karena ia tak mau melihat Ibunya sedih.
Ibunya wanita yang lembut dan penuh kasih sayang, mungkin sifatnya menurun pada Alya, Alya cengeng, gampang menangis, dia itu gak cerewet, tapi bukan pendiam juga, yang benar benar diam saja saat dia di buly.
Tapi biarlah, cuma ngomong doang, gak sampai lecet juga..tapi lain ceritanya jika sudah fisiknya yang terluka, yah.. meski perlawanannya pun akan tetap sia sia.
Maka dari itu dia lebih suka menghindari masalah, dari pada dapat masalah..
Disini serba salahnya mau diam salah, bicara juga salah, orang sederhana melawan orang berkuasa itu memang sulit... Ah lagi lagi dia ingat adegan drama, begini ini anak jaman sekarang kebanyakan nonton drama,padahal Ibu juga sudah sering mengingatkan "Jangan keseringan nonton drama Al, apalagi drama luar, banyak adegan gak pantas, belum lagi adegan cium ciuman.. tuh kan bener apa kata Ibu" apesnya saat itu ada adegan tokoh cewek dan cowok lagi ciuman. "Udah matiin Nak, kamu belum cukup umur" Iya sih dia kan baru 16 tahun.
Mereka akhirnya pergi meski masih bersungut-sungut, jadi tinggal lah Alya yang mendesah pelan karena seluruh siswa yang ada di kantin menatapnya tajam.
Sani mendesah gemas "Lo gak ngikut melototin Alya?" tanya nya pada Sakira.
"Kenapa?"
"Lo kan salah satu dari mereka- FANBASE"
"Gue gak se-terobsesi itu, cuma kagum aja, lagian kan Alya temen Gue.. jadi Gue harus belain dia"
Alya mengangkat alisnya "Sumpah Lo?" dari tadi Rani dan Anita maki maki dia mereka gak ada tuh belain, bilang aja sama sama takut.
Sani dan Sakira membelalak tak percaya pada apa yang di ucapkan Alya.
"Kenapa sih pada melotot gitu?"
"Barusan Lo ngomong apa Al?"
"Biasanya juga Aku, Kamu" Sakira mengangguk.
"Anggep aja aku keceplosan.."
"Iya deh, yang Solehah.. gak suka pergaulan" Alya mencebik.
"Lo kenapa gak lawan sih Al, diem aja di hina begitu?"
"Ngapain sih buang-buang energi aja, lagian mereka bener, aku gak selevel sama Kak Faris" Alya menatap nanar pada semangkuk bakso yang dingin gara gara kepending drama, tapi sayang kalo dibuang, akhirnya Alya melanjutkan makannya meski agak malas.
Kata Ibu gak baik buang buang makanan, lagian gak jatuh sampe tumpah kok, cuma airnya berkurang gara-gara terciprat di meja.
"Demi apa tuh bakso masih mau Lo makan?" Sani bertanya dengan sedikit bergidik, air dari Bakso sudah dingin dan tetelannya sudah mengendap, tau kan lemak putih yang suka beku kalo dingin, padahal kalo panas panas itu bisa tambah gurih..
"Kata Ibu, gak baik buang buang makanan, ini di beli pakai uang.." dan orang tuaku gak semudah itu cari uang.. lanjutnya dalam hati.
Akhirnya dia makan baksonya dan menyisakan air kuahnya di mangkuk yang sudah mengendap.
🌹🌹🌹🌹
Jam pelajaran terakhir selesai saat bel tanda pulang berbunyi, sekarang Alya kembali bingung bagaimana caranya menghindari Faris..
Dia kan harus nurut buat jauhin Faris seperti kata ajudannya Salsa.
Rani dan Anita.
Dari pada dia di habisin mereka, begitu kan katanya.
"Disekolah kita ada jalan belakang gak sih?" tanyanya sambil berdiri di depan meja Sani, beberapa orang sudah keluar kelas, jadi kelas sudah lenggang.
"Mau apa ke jalan belakang?"
"Jangan pura pura gak tau deh, aku harus menghindar dari Kak Faris dari pada di abisin Kak Rani, sama Kak Anita"
Sani mendesah "Ribet banget sih" yang satu mepet, yang satu ngancem harus jauhin.
"Nah itu, sejak awal kan aku bilang, jangan sampai berurusan sama mereka, tapi sia..l" Alya menutup mulutnya dia baru saja mengumpat "Yah.. aku jadi terjebak begini" Alya juga gak Solehah amat kok, dia masih suka mengumpat meski kebanyakan di dalam hati.
"Ya udah gini aja" Sani membisikan sesuatu pada Alya, bagaimana caranya melarikan diri.
.
.
"Bisik-bisik apa Lo?"
🌹🌹🌹🌹